7
Kriteria Memilih Pasangan Hidup dalam Iman Kristiani
Kunci untuk memilih
pasangan hidup yang tepat adalah carilah seseorang yang berkarakter baik, bukan
kepribadiannya saja yang baik. Sebab karakter akan menentukan cara ia
memperlakukan dirinya, Anda dan anak-anakmu suatu hari kelak. Karakter adalah
dasar dari setiap hubungan yang sehat. Hubungan itu seperti kue tart, di mana
karakter adalah bahan dasarnya dan kepribadian adalah lapisan gulanya. Ketika
Anda sedang menimbang apakah si dia cocok untuk dijadikan pasangan hidup,
daripada bertanya ”Apakah dia mencintaiku?” lebih baik
Anda bertanya ”Seberapa
mampukah si dia mencintaiku?” Jika si dia adalah seorang pemarah, jelas dia
tidak memiliki kapasitas untuk mencintai Anda. Jika si dia belum dipulihkan dari
luka batin masa lalunya, si dia juga sulit mencintai Anda sepenuhnya. Jika si
dia tidak bertumbuh dalam Kristus, maka si dia tidak mampu mencintai Anda
dengan benar. Jika si dia tidak mampu bersikap tegas terhadap campur tangan orang
tuanya, maka si dia akan mengalami kendala untuk mencintai Anda. Kita akan
belajar ketujuh kriteria yang harus ada dalam diri si dia. Kriteria ini adalah
karakter yang baik dalam diri seseorang.
1.
Komitmen Terhadap Pertumbuhan Pribadi
Inilah
kriteria utama yang perlu ada dalam diri calon pasangan hidup kita. Jika Anda mampu menemukan
seseorang yang memiliki komitmen terhadap
pertumbuhan pribadinya, berarti Anda telah meraih setengah dari pernikahan yang bahagia.
Jenis
masalah apakah yang paling sering dihadapi oleh para pasangan ? Yang satu mau
maju yang satunya tidak mau. Yang satu coba membahas persoalan yang
dihadapinya, yang satunya menolak. Yang satu melihat celah yang memerlukan
perbaikan, tetapi yang satunya menyangkal.
Komitmen terhadap
pertumbuhan pribadi artinya :
a.
Si dia bersungguh-sungguh terhadap
Firman Allah dan gaya hidup yang saleh. Si dia benar-benar yakin bahwa Alkitab
adalah sumber iman satu-satunya. Dia meyakini mutlak kekuatan Firman Allah. Dia
bersedia hidup menurut apa yang diajarkan Alkitab seperti : Kasih, Pengampunan,
Penerimaan, Saling Menghormati, Kehidupan Berkeluarga dsb (1 Yoh 4 :7,12)
b.
Si dia bersedia dibantu dan menerima
bimbingan. Bantuan itu bisa berupa buku-buku, kaset kotbah, seminar-seminar,
dan bila perlu konseling pribadi. Amsal 12:1 berkata ”Untuk belajar, Anda harus
bersedia diajar.” Tidak ada hubungan yang langgeng apabila salah satu pasangan
menolak mencari bimbingan jika diperlukan. Kriteria ini harus Anda temukan
sedini mungkin dalam diri si dia. Sebab dengan berjalannya waktu Anda akan
menghadapi krisis dalam pernikahan, dan ketika Anda sadar bahwa si dia ternyata
“tidak percaya terhadap konseling” atau malas untuk belajar dari buku tentang
bagaimana agar hubungan kalian menjadi manis kembali, maka hal itu sudah
terlambat.
c.
Si dia harus menyadari kelemahan dan
masalah emosinya. Sungguh bahaya terlibat dengan seseorang yang tidak menyadari
kelemahannya dan area yang rawan masalah. Tidak ada kebohongan yang lebih
menyesatkan daripada “Errrr… saya baik-baik saja! Saya tidak bermasalah; jangan
kuatir”. Yakobus 5:16 berkata, agar kita dipulihkan dari segala luka yang
menyakitkan, kita perlu saling mengakui kesalahan kita dan saling mendoakan.
Keangkuhan dan keras kepala hádala jalan pintas menuju perpecahan.
d.
Si dia harus memiliki target pribadi
yang real untuk berubah. Dengan kata lain, kita dapat melihat secara spesifik
perubahan positif yang terjadi pada dirinya dari waktu ke waktu. Betapa
pentingnya menemukan seseorang yang bukan hanya rindu untuk bertumbuh, tetapi sungguh-sungguh
melakukannya. Seorang yang tegas, beriman, berani menghadapi ketakutannya,
memperbaharui pikirannya dan berdoa untuk perubahan. Ia tidak perlu
didorong-dorong untuk bertumbuh. Karena ia sendiri menginginkannya. (1 Kor
9:26) Banyak sekali orang yang sekedar basa basi bilang mau berubah, tetapi
ketika diperhadapkan kepada situasi yang sesungguhnya, ia menghindar. Bagaimana
Anda akan berubah dalam 5 tahun mendatang ? Bagaimana dengan sifatmu yang harus
dibuang ? Karakter ilahi apa yang Anda rindu untuk dikembangkan ? Setiap kita perlu
bertumbuh dalam karakter, bukan hanya sebagai orang Kristen, tetapi juga
sebagai seorang pribadi.
2.
Keterbukaan Emosional
Hubungan
yang intim tidak terjalin lewat berbagi tempat tinggal, tempat tidur, atau kamar mandi saja; tetapi
dengan berbagi perasaan. Si dia harus
memiliki kepekaan. Artinya si dia tahu apa yang sedang dirasakannya dan rindu berbagi perasaannya denganmu, dan tahu cara mengungkapkan perasaannya. Banyak pria dan wanita yang tidak
berbahagia karena mereka terikat dengan pasangan yang tidak mampu
mengekspresikan perasaannya. ”Ayahnya
tidak pernah bilang bahwa ia mengasihinya, sehingga ia pun tidak mampu berkata bahwa ia mengasihiku.” ”Dia sangat terluka
oleh mantan kekasihnya, akibatnya ia
sangat sulit menunjukkan perhatiannya kepadaku.”
”Tumbuh di tengah keluarga yang melecehkan membuat dia ngeri menunjukkan perasaannya.” Jika semua yang dikeluhkan di atas itu
benar, berarti mereka semua sedang
kehilangan satu hal penting, yaitu : Jika si dia tidak mampu mengenali dan berbagi perasaannya
denganmu, berarti si dia belum siap naik
ke jenjang hubungan yang lebih intim. Apa
gunanya tinggal bersama seseorang yang perasaannya tumpul ? Tinggal bersama seseorang yang tidak mampu
berbagi perasaannya sungguh tersiksa.
Amsal 18:14 berkata ”Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan
memulihkan semangat yang patah?”
Cara
lain untuk menggambarkan ”keterbukaan emosional” adalah ”kemurahan emosional” – seseorang yang bermurah
kasih, membagikan kasihnya dengan tulus
dan melimpah tanpa hambatan. Jika Anda hidup bersama seorang yang mudah menyatakan kasihnya dan
memperlihatkan betapa ia menghargaimu, maksud
saya bukan setahun sekali pada saat ulang tahun pernikahan saja, atau pada saat Anda mengancam untuk
meninggalkannya. Karena itu Anda perlu
erdoa untuk mendapatkan seseorang yang mampu menunjukkan kasih dan pengharapannya secara konsisten.
Keterbukaan
emosional adalah hal yang vital dalam diri si dia, karena hal itu memberikan akses kepada jiwanya, menyediakan jalan menuju hatinya. Tanpa keterbukaan emosional,
si dia tidak akan menjadi belahan jiwamu.
3.
Integritas
Ini
adalah konsistensi dari karakter. Tindakanmu cocok dengan perkataanmu. Pilihanmu cocok dengan visimu. Perilakumu cocok
dengan keyakinanmu. Agar suatu
hubungan kasih dapat berjalan baik, kejujuran dan dapat dipercaya harus menjadi dasarnya. Mengetahui bahwa si dia selalu
dapat dipercaya memberi rasa aman
tersendiri. Jika tidak ada saling percaya,
maka tidak ada hubungan. Apabila Anda selalu ketakutan jangan-jangan si dia membohongimu, hal itu aka
membuatmu selalu was-was. Anda akan selalu
curiga dan merasa dikhianati. Jika Anda meragukan integritas si dia, maka Anda akan kehilangan respek
terhadapnya. Anda tidak dapat mempercayai
perkataan dan tindak tanduknya terhadapmu.
Oleh
karena itu Anda harus menemukan seseorang yang :
- Jujur terhadap
dirinya sendiri
- Jujur terhadap orang
lain
- Jujur terhadap Anda
4.
Dewasa dan Bertanggung jawab
Banyak
sekali orang yang belum siap masuk dalam suatu hubungan berkomitmen. Sekalipun mereka terlihat sangat menyenangkan, dan
bahkan sangat mencintaimu, tetapi
apabila si dia belum mencapai tingkat kedewasaan
tertentu, maka Anda akan merasa sedang mengadopsi seorang anak daripada seorang kekasih. Pada akhirnya Anda akan merasa
”Saya sangat mencintai si dia, dan
saya juga berharap si dia akan bertumbuh.”
Dari
mana Anda mengetahui bahwa si dia cukup dewasa untuk memasuki suatu hubungan
yang berkomitmen ?
a. Si dia mampu mengurus dirinya sendiri.
Apabila si dia cukup dewasa, seharusnya ia mampu menghasilkan uang untuk
membiayai hidupnya sendiri, menjaga tempat tidurnya tetap bersih, mengerti
prinsip dasar kebersihan, dsb. Kebersihan jasmani adalah cerminan dari apa yang
ada di dalam rohaninya. Apabila si dia penampilannya acak-acakan, kemungkinan
besar di dalamnya kacau balau. Jika si dia tidak mampu mengurus dirinya, apa
yang membuatmu berpikir bahwa dia sanggup memperhatikan kebutuhan emosimu ?
Yang pasti orang seperti itu belum siap untuk menikah.
b.
Beranggung jawab. Kedewasaan tidak
diukur dari umur, tetapi diukur dari seberapa berani ia bertanggungjawab.
Penuhi segala kewajibanmu. Perkataannya harus dapat dipegang – lunasi semua
tagihanmu, tepati janjimu, datang tepat waktu, jangan membuat orang kecewa dsb.
Yesus berkata ”Jika ya, katakan ya! Jika tidak, tidak ! ”Tanggung jawab bukanlah
konsep yang abstrak melainkan tindakan nyata. Setiap orang berhak dicintai,
tetapi tidak setiap orang siap untuk memikul tanggung jawab yang dibutuhkan
dalam suatu hubungan yang dewasa.
c.
Menunjukkan rasa hormat. Satu-satunya
cara kita mengenali seorang anak telah tumbuh besar adalah kemampuannya
menunjukkan rasa hormat kepada orang-orang di sekelilingnya. Kanak-kanak tidak
mengenal batas. Ketika tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, langsung
ngambek. Orang dewasa tidak bersikap buruk di tempat umum. Dari mana Anda tahu bahwa
hubunganmu termasuk cukup dewasa? Lihat seberapa peduli ia terhadap perasaanmu.
Apakah si dia merendahkanmu di muka umum? Seberapa besar ia menaruh hormat
terhadap keterbatasanmu, waktu, kepemilikan dan perasaan orang lain?
5.
Memiliki Citra Diri Yang Sehat
Yesus berkata
”Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.” Artinya si dia hanya bisa
mengasihimu sebesar ia mengasihi dirinya sendiri. Seorang yang citra dirinya
sehat mengasihi karena ia merasa dirinya baik. Semakin sehat citra diri si dia
semakin kuat hubunganmu.
Apa ciri-ciri orang
yang citra dirinya sehat ?
- Ia tahu siapa dirinya di dalam Kristus. Ia
memiliki pengertian yang Alkitabiah tentang posisi dan otoritasnya sebagai anak
Allah
- Ia tidak melecehkan dirinya, melainkan merawat
dirinya dengan baik.
- Ia tidak membiarkan
orang lain melecehkan dirinya.
- Bersikap proaktif
(tidak pasif)
6.
Bersikap Positif Dalam Hidup Ini
Ada
2 jenis manusia di dunia ini Manusia Positif dan Manusia Negatif. Jika Anda
harus menghabiskan hidupmu bersama satu di antara dua orang ini, manakah yang
akan Anda pilih ? Tentu yang positif bukan ? Akan tetapi mengapa banyak di
antara kita yang akhirnya mendapatkan pasangan hidup yang negatif – selalu
kuatir, gelisah dan berfokus pada masalah, selalu bersungut-sungut, tidak mudah
percaya dan pesimis akan masa depan.
Orang
positif menciptakan hubungan yang positif. Orang yang negatif menciptakan
hubungan yang negatif. Itu sebabnya jatuh cinta dengan orang yang negatif
bagaikan mendengar orang yang sedang mencakar papan tulis dengan kukunya. Kasih
adalah positif. Ia tumbuh di dalam atmosfir yang positif. Ia tenggelam di dalam
atmosfir yang negatif. Hubungan jauh lebih mudah dibangun dengan orang yang
positif. Konflik akan lebih cepat diselesaikan, sedkit saling menyalahkan dan
ada kerjasama yang baik karena kasih.
7.
Ada perasaan tertarik
Sekalipun
ini bukan termasuk dalam kualitas karakter, namun tanpa perasaan itu Anda tidak
akan pernah mengalami jatuh cinta. Mungkinkah kita memiliki pernikahan yang
bahagia dengan seseorang yang kita tidak tertarik ? Biasanya ada orang-orang
yang bertanya demikian kepada saya karena mereka telah mengalaminya. Mereka
mengasihi pasangannya tetapi tidak memiliki perasaan tertarik sama sekali.
Secara jujur saya katakan ”Tidak mungkin” Saya tidak yakin Anda akan memiliki
hubungan jangka panjang yang sehat dan romantis tanpa perasaan tertarik dengan
si dia.
Jatuh
cinta dengan seorang sahabat akan menjadi pengalaman yang luar biasa dalam
hidup seseorang. Survey membuktikan bahwa pasangan yang menjalin persahabatan
terlebih dahulu sebelum mereka meningkat ke hubungan yang romantis akan
mengalami pernikahan yang lebih sukses dan memuaskan.
Syarat seorang pria
boleh mendapatkan pasangan (pria sejati) :
Sudah
dewasa secara rohani; Seorang pria harus menjadi imam dalam sebuah keluarga,
karena suami melambangkan Kristus. Seorang pria harus dewasa secara rohani dan
sudah dipulihkan sehingga nantinya mampu membimbing wanita dan mengambil
keputusan dalam keluarga, bukan malah dikendalikan oleh istri
Memiliki
visi / tujuan hidup; Sehingga dia memiliki arah yang jelas dalam hidupnya untuk
menggenapi rencana Tuhan dalam hidupnya bersama seorang wanita sebagai penolong
untuk bersama-sama memenuhi visi yang Tuhan berikan kepada mereka
mengasihi
pasangannya (Efesus 5:25)
Bertanggung
jawab
Sudah
bekerja
Syarat
seorang wanita boleh mendapatkan pasangan (wanita bijak) :
1.
Memiliki visi, Wanita adalah seorang
penolong, tetapi wanita juga harus memiliki visinya sendiri, tidak bergantung
pada laki-laki. Seorang wanita harus memiliki visi yang jelas yang diterima
dari Tuhan, dimana visi itu sepadan dengan visi pasangannya untuk menggenapi
rencana Tuhan dalam hidup mereka
2.
Cantik luar dalam, Seorang wanita harus
memiliki kecantikan luar dalam. Dia juga harus pandai merawat tubuhnya.
Terlebih penting kecantikan dalam (inner beauty) yang merupakan faktor utama.
Seorang wanita harus dipulihkan dari berbagai macam kepahitan dan kekecewaan.
Dia tidak boleh mencari pasangan karena kesepian, kurang kasih sayang, dll,
sehingga cinta hanya merupakan pelampiasan kebutuhan emosionalnya. Seorang
wanita harus benar-benar dipulihkan terlebih dahulu sehingga ia dapat mendukung
pasangannya dengan luar biasa. Tidak menjatuhkan tetapi malah membuat
pasangannya berhasil
3.
Dapat ditundukkan laki – laki (Efesus
5:22-24), Wanita diciptakan sebagai seorang penolong laki-laki tetapi wanita
bukanlah seorang pembantu. Walaupun demikian, wanita harus belajar penundukan
diri terhadap pasangannya. Dia tidak boleh memiliki roh controlling yang selalu
mengendalikan laki-laki, karena laki-laki adalah seorang kepala
Pertunangan
Bukan Pacaran Duniawi
Sejak
awal ada kepastian menikah, bukan coba – coba. Hubungan pria-wanita harus
langsung dipikirkan sampai ke jenjang pernikahan. Bukan untuk mencari
kesenangan belaka. Bukan untuk mengisi hati yang kesepian atau kosong.
Seringkali anak muda terjebak dalam memilih pasangan dengan sistem ‘trial and
error’ atau coba-coba. Kalau cocok ya jadi dan menikah, kalau tidak putus saja.
Sistem ini memiliki dampak yang buruk. Kedua pihak atau salah satu pihak akan
merasa sakit, dan bagi perempuan, ada kemungkinan dia akan dinilai ‘buruk’ oleh
lingkungannya karena gonta-ganti ‘pacar’
Dasar
hubungan adalah kasih Allah, bukan nafsu asmara
Seringkali
anak muda memiliki hubungan pria-wanita yang berdasarkan pada nafsu asmara.
Kasih yang dimiliki bukanlah kasih agape tetapi kasih eros yang penuh dengan
nafsu. Dalam hal ini, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan pada masa
‘berpacaran’ atau persahabatan antara pria dan wanita :
- Bergandengan tangan
- Berpelukan
- Mencium (apapun)
- Kontak fisik dalam bentuk apapun
Mengapa
hal ini dilarang? Karena walaupun kelihatannya sepele, hal-hal di atas (adanya
kontak fisik) akan mendorong kita untuk melakukan hal-hal yang lebih jauh
sehingga memicu terjadinya percabulan bahkan perzinahan. Hati-hati dengan tipu
daya iblis!!!
Ada
beberapa kualitas karakter yang penting bagi orang Kristen yang akan memasuki
pernikahan pada masa kini, yaitu :
· Kesediaan
untuk melayani, kerendahan hati (Yohanes 13:1-7, Roma 12:16).
· Kemurnian
dalam hal seksual (Roma 13:13-14,Ibrani 13:4).
· Prioritas
yang benar dalam hidup (Pengkhotbah 2:1-11).
· Komitmen
untuk bergereja dan melayani (Ibrani 10:24-25).
· Sikap
mengasihi (Yohanes 13:35).
· Penguasaan
diri (Amsal 23:20-21).
· Tanggung
jawab (1 Timotius 5:8).
Dek erni tulisannya bagus, kk izin share ya,,
BalasHapusthankyou..
teruslah menulis untuk Tuhan :)
Hehehe... Iya kak, makasih. Sorry baru lihat komentar kakak :)
Hapus