Jumat, 24 Oktober 2014

Cerpen

Buatnya selamanya yang tidak menganggapku

Parfumnya yang wangi ditambah dengan tingkahnya yang easy going membuat semua temanku bahkan orang-orang disekitar kami pada saat itu ikut menatapnya tak jenuh. Itu membuatku sedikit agak risih dan boleh dikatakan sedikit cemburu, tapi kalau di pikir-pikir memangnya aku siapanya, aku bahkan bukan siapa-siapa baginya bahkan sampai kapanpun mustahil untuk menjadi bagian dari dirinya.

Ahhh. Suasana hatiku semakin menjadi kacau dikarenakan kedatangannya menghampiri kelompok kami ketika kami sedang makan disebuah Rumah makan di dekat jalan kampus. Kami berlima dengan aku yang tidak cantik juga tidak jelek-jelek banget menurutku, tidak mungkin bagiku ia seorang Ardi, seorang cowok pintar, baik, sopan dan keren akan melirikku, sifat apatisku tiba-tiba melumuri hatiku dan pikiranku.

Sudah tiga semester semenjak aku menjadi teman sekelasnya pada jurusan yang sama, rasanya dapat dihitung berapa kali aku mendengar ia memanggil namaku atau sekedar tersenyum bahkan menatapku. Aku pun selalu memperhatikannya secara diam-diam, bahkan aku mengetahui semua kebiasaannya tanpa dia dan orang lain sadari, aku melakukannya dengan tulus karena aku menyukainya walaupun sampai sekarang Ardi belum melirikku, juga belum melirik yang lain dan sampai sekarang pun ia belum terlihat memiliki pasangan, yah hal ini minimal membuatku sedikit senang, berarti aku masih mendapat ketenangan dan peluang walaupun sepertinya peluang itu minus banget.

Aku menikmati semuanya itu, perasaanku, bahkan tingkah dan sikapku ini, walaupun terkadang sakit hati dan rasanya teriris sekali ketika ia tersenyum kepada gadis lain, dan merasa akrab dengan yang lain. Aku sangat-sangat menikmatinya selama ini, bahkan jika dia sudah memiliki kekasih, maka aku akan menjadikannya kekasih di dalam hatiku yang tidak pernah diketahui siapapun dan bahkan tanpa disadarinya juga sebenarnya aku tidak akan pernah  menyampaikan perasaanku ini.

Pagi ini kami kuliah seperti biasa, lagi-lagi aku harus terburu-buru dan hampir telat karena kelamaan tidur tadi malam. Aku sampai di kelas dengan perasaan campur aduk, kira-kira dia masuk kuliah tidak ya? Kira-kira dia pakai baju apa hari ini ya? Hahhaha…. Aku geli sendiri memikirkan sikap ku ini, seperti dipermainkan oleh perasaanku sendiri. Aku bergegas masuk kelas, dan dosen juga belum hadir. Lega rasanya, tapi dimana dia? Aku melayangkan pandanganku kesegala arah, tetapi dia tidak ada, karena sedikit kecewa tidak melihatnya, akupun berbalik arah menuju luar kelas hendak menenangkan pikiranku dan perasaanku sebelum dosen datang, tiba-tiba aku berpas-pasan dengan ardi dan hampir saja aku bertabrakan dengannya. Emmmm… dia tersenyum melihat sikapku yang langsung berubah tak karuan. Sepintas aku menatapnya, arrgghh, aku deg-deg’an, perasaanku ini membuatku hampir tidak tahan berlama-lama dihadapannya, wajahku memerah seketika. Weitss,,  hampir tabrakan maut nih vis.. ucapnya dengan senyumnya dan candaannya. Maaf… ucapku lirih hampir tidak jelas didengar saking gugupnya aku saat ini. Lalu dia pun berlalu.
Minggu depan akan diadakan UAS, aku mulai belajar sampai larut, persiapan ku untuk mendapatkan IPK yang baik dan ingin segera memasuki semester 4, aku terus berusaha agar menjadi yang terbaik bagi kedua orangtuaku dan khususnya bagi Ardi. Tidak terasa ujian telah berlalu setelah kami melaksanakannya dengan berbagai usaha, kami pun libur semester, aku pulang ke kampungku,

3 minggu adalah waktu yang cukup lama buatku dikampung, secara tidak lagsung aku tidak dapat bertemu dengan ardi, dan selama waktu itu aku ingin tahu keadaannya, kabarnya, dia lagi ngapain,, tetapi lagi-lagi aku bukan tipe seperti itu, aku tidak berani menelepon, bahkan sekedar untuk SMS dia dengan alasan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kampus, atau yang lainnya.

Akhirnya kampus sudah dimulai lagi, aku sengaja datang lebih cepat dari yang biasanya hanya untuk melihatnya, melihat ardi, tetapi dia belum juga datang, ah. Mungkin dia terlambat hari ini. Kini waktu sudah menunjukan pukul 10.00 wib, dia belum juga datang hingga waktu istirahat tiba. Perasaanku menjadi kacau, aku ingin bertanya mengenai kabarnya, tetapi pada siapa? Kalau aku bertanya pada teman-temanku mereka pasti akan curiga. Selagi aku berfikir tiba-tiba jenni berteriak kuat dari luar kelas dengan berlari ngos-ngosan, “cuiy, Ardi sudah pindah dan tidak berada di kota ini lagi, ia pindah ke bandung. Ternyata surat pindahnya sudah diurus pada saat kita UAS kemarin. Aku tadi dengar dari pak Bunto di kantor, Pantas saja ardi kemarin sibuk banget pas Uas” teriak jenni heboh. “dia pindah tidak memberitahu kita ya.. tega” ucap dita sedih.

“Gubrak”

Sumpah ini semua bagaikan kabar yang melemaskan semua sendi dan tulangku, jantungku mulai berdegup tak beraturan hatiku hancur, sedih, aku ingin menjerit sekuat-kuatnya, “ardi  kamu tega…. Aku memang bukan siapa-siapamu bahkan mungkin aku tidak pernah kamu fikirkan, sekalipun aku ingin sekali mendengar ucapan selamat tinggal darimu. Yang mungkin menjadi kata terakhirmu buatku, yang selalu memandangmu, memperhatikanmu, menyayangimu dari jauh.. jauh.. sekali,  namun, biarlah rasaku ini selalu bersamamu sekalipun kamu mencampakkan, tidak menganggapnya, buatmu selamanya yang tidak menganggapku dan perasaanku”…. L

Tidak ada komentar:

Posting Komentar