MANTRA

OLEH
·
ERNIMAWATI HALAWA
o
HAPIZAH
§ MEILANI
NAINA SAIDAH
· MUHAMMAD
TAUFIK
o
SABAR HERIBOWO
§ WANDY
SARAGI
Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
Pekanbaru
2014
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar .................................................................................... i
Daftar
Isi
.............................................................................................
ii
I.
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2
Tujuan .......................................................................................... 2
II.
Pembahasan
2.1 Pengertian Mantra
2.2
Mantra dalam kebudayaan masyarakat......................................... 4
2.3
Contoh mantra.............................................................................. 5
III.
Penutup
3.1
Kesimpulan....................................................................... 14
3.2 Saran
................................................................................ 15
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberi kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Mantra
Bahasa Jawa”. Dalam makalah ini, kami membahas tentang pengertian, contoh
mantra-mantra serta beberapa penjelasan yang terkait dengan materi pembahasan
dalam makalah ini.
Kami
menyadari bahwa banyak kekurangan yang terdapat dalam penjelasan makalah dengan
materi Mantra Bahasa Jawa. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik maupun saran dari teman-teman atau saudara
sekalian namun yang bersifat membangun, agar kami dapat menjadi yang lebih baik
lagi. Semoga pembahasan dalam makalah ini bermanfaat untuk kita.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Mantra
diambil dari kata sansekerta yaitu "mantra" atau "manir"
yang merujuk pada kata-kata dalam kitab suci umat Hindu, Veda. Dalam masyarakat
Melayu, mantra atau juga dikenal sebagai jampi, serapah, atau seru adalah
sejenis pengucapan yang terdengar seperti puisi yang mengandung unsur sihir dan
ditujukan untuk mempengaruhi atau mengontrol sesuatu hal untuk memenuhi kenginan
penuturnya. Antara lain, mantra merupakan ayat yang dibaca untuk melakukan
sihir, yaitu melakukan sesuatu secara kebatinan, seperti menundukkan musuh,
melemahkan musuh. Selain itu mantra dianggap memiliki kekuatan gaib yang
luar-biasa yang memungkinkan pembacanya mengontrol seseorang atau alam.
Adapun
ciri-ciri mantra adalah Mantera yang berbentuk puisi, isi dan konsepnya
mencerminkan kepercayaan masyarakat waktu itu, dibuat untuk satu tujuan
tertentu.
Biasanya, Mantra
bersifat sihir simpati, yaitu sesuatu sifat disebut atau dikaitkan dengan
sesuatu atau seseorang agar pembaca mantra tersebut dapat memiliki sifat yang
sama. Misalnya bacaan mantra, ".... Aku bukan tepuk bantal, tetapi tepuk
hatimu ....."
ciri-ciri
mantra pada umumnya adalah:
• Mantra
terdiri dari beberapa rangkaian kata berirama.
• Isinya
berhubungan dengan kekuasaan gaib
• Mantra
diamalkan dengan memiliki tujuan tertentu.
• Mantra
diwarisi dari perguruan atau melalui cara gaib seperti menurun atau keturunan atau mimpi.
Biasanya membutuhkan pengamalnya yakin
keras, dan jika pengamalnya merasa kurang keyakinan, Mantra akan menjadi tawar
atau tidak bereaksi dan tidak efektif.
1.2
Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui beberapa jenis mantra bahasa jawa
dan contoh-contohnya serta cara penggunaan mantra.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Mantra
Mantra adalah Aum atau Om dalam aksara
Dewanagari. Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata
yang dianggap mampu "menciptakan perubahan" (misalnya perubahan
spiritual).[1] Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan
filsafat yang terkait dengan mantra tersebut.
Mantra (Dewanagari: मन्त्र;
IAST: mantra) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian
penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha,
Sikhisme dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai
gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam
tradisi dan agama ketimuran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Mantra diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan
irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun
atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.
Khanna (2003: hal. 21) menyatakan hubungan
mantra dan yantra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
Mantra-mantra, suku kata Sanskerta yang
tertulis pada yantra, sejatinya merupakan 'perwujudan pikiran' yang
merepresentasikan keilahian atau kekuatan kosmik, yang menggunakan pengaruh
mereka dengan getaran suara.
Mantra juga dikenal masyarakat indonesia
sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu (maksud baik maupun maksud
kurang baik). Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang
mengandung daya magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra,
biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Mantra di dalam bahasa Minangkabau
disebut juga sebagai manto, jampi-jampi, sapo-sapo, kato pusako, kato,
katubah,atau capak baruak. Sampai saat ini mantera masih bertahan di
tengah-tengah masyarakat di Minangkabau. Isi mantra di Minangkabau saat ini
berupa campuran antara bahasa Minangkabau lama (kepercayaan animisme dan
dinamisme)[4], Melayu, bahasa Arab (pengaruh Islam) dan bahasa Sanskerta (pengaruh
Hindu Budha).
2.2 Mantra dalam kebudayaan
masyarakat
Sebagian masyarakat tradisional
khususnya di nusantara biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. Hal
tersebut sebenarnya bisa sangat efektif bagi para penggunanya, Selain merupakan
salah satu sarana komunikasi dan permohonan kepada Tuhan, mantra dengan kata
yang ber rima memungkinkan orang semakin rileks dan masuk pada keadaan trance.
Dalam kalimat mantra yang kaya metafora dengan gaya bahasa yang hiperbola
tersebut membantu perapal melakukan visualisasi terhadap keadaan yang
diinginkan dalam tujuan mantra. Kalimat mantra yang diulang-ulang menjadi
Afirmasi, Pembelajaran di level unconscious dan membangun apa yang para
psikolog dan motivator menyebutnya sebagai sugesti diri.
2.3 Contoh Mantra
1. Mantra yen arep tarakbrata
Yen
arep tarabrata (tirakat), kudu adus wuwung disik, mantrane:
Niyatingsun
adus, angedusi badan kayun, manggih toya rabani, dus lali, dus mani, badan adus
den dusi padha badan, roh adus den dusi pada roh, suksma adus den dusi padha
suksma, dat teles suksma ngalam, dat urip tan kena kawoworan, urip sajroning
karsa, ingsun adus banyu saking kodratolah, byur njaba, suci njeroning badan
rabani, alahu sakarsa, alahu alaihi wasalam. Sawuse maca mantra, banjur adus
wuwung kang resik.
2.
Mantra supaya betah tarakbrata
Ingsun nutup rahsa,
sang sir rahsa payungana ingsun, rahsa mangan cahya, cahya mangan rahsa,
langgeng ing ciptaku, tetep mantep tan kena owah.
Mantra diwaca saben
bakda magrib kaping 40, yen lagi tarakbrata.
3.
Mantra supaya betah pasa
Bismillahirrohmanirrohim.
Allahuma sakati’I maut, badanku gumulung cahyoku jumeneng, ya ingsun ratuning
cahyo, ngadeg ing damar murub, urube murub ing sajroning ati, terus ing
paningal, laa illaa illallaahu, muhammadurrasullulah.
Mantra diapalke yen
duwe niat arep nglakoni sesirih/ pasa.
4.
Mantra niat melek
Bismillahirrohmanirrohim.
Niatingsun melek tutuga tekan sedina sesuk, manjing teguh rahayu kang santoso
kagunganne Allah.
5.
Mantra supaya betah melek
Manik coyo, bahyo coyo,
coyo bahyo, sarine Allah ya Allah kulo nyuwun betah melek. Laa ilaa illallaahu,
muhammadurrasuulullah.
6.
Mantra keslametan
Shallallaahu alaihi wa
sallam. Shifatullah, qulhu sungsang, tekenku poro malaekat, Nabiku Nabi
Muhammad, luputo kang diarah, kenoho kang ngarang. Allahu akbar.
Lakune mutih 2 dina 2
bengi. Mantra yen diwaca kanggo nemu slamet lan ora dijahili wong liya.
7.
Mantra ngambah papan angker
Kun kanikun ingsun kun,
kowe kama salah, aja angganggu gawe, aku ratuning kun.
Lakune mutih 3 dina 3 bengi,
wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca sapisan aja ambegan.
8.
Mantra ngedohake ula
Seh merling, Seh
dumeling, dohna ingon-ingonira, sapembalangan dohe karo aku, aja wuruk sudi
gawe marang awakku, golek sandhang pangan dhewe-dhewe, aku anak putune Nabi
Solaiman.
Lakune mutih 3 dina 3
bengi, wiwite dina Kamis Wage. Mantra diwaca yen lumaku ana ngalas, utawa ing
papan kang sakira ana ulane.
9.
Mantra Pangirupan
Allahu cahya mulya,
sira sun kongkon, sira irupen cahyaning wong agung kang disuwitani, amora lan
cahyaku. Laa ilaa illallah, muhammadurrosullullah, sir-sir-sir-sir-sir.
Lakune mutih 3 dina 3
bengi wiwite dina Rabu Pon. Kasiyate mantra iki kanggo nundukake kekuatan
suksma negatip wong liya. Utawa mantra diwaca yen weruh wong nyalawadi arep
ngalani. Yen ditujuke mungsuhe, “wong agung kang disuwitani” diganti “mungsuh
lagi sengit”.
10.
Mantra Kesakten Gaib
Bismillahirrohmanirrohim.
Ono jopo sewu, jopo siji datan tumomo. Sing mandi japaku dhewe. Laa ilaa
illallah, muhammadurrosullulah.
Lakune pasa Ngasrep 2
dina 2 bengi lan patigeni sedina sewengi. Wiwite pasa dina Slasa. Mantra diwaca
ping 7 saben ba’da salat fardlu. Yen arep dicoba diwaca ping 7 utawa yen arep
mangkat perang diwaca ping pisan.
11. Mantra Senggoro Macan
Ana kedawang miber ing
tawang alat-alat, macan sewu ing mripatku, macan putih ing dhadhaku, gelap
ngampar suwaraku, durga mendhak kala mendhak, teko kedhep teka wedi, teka asih
mungsuhku, khodeng madhep manut sakarepku, kersaning Allah.
Lakune mutih 3 dina 3
bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca yen
wis adhep-adhepan karo mungsuhe.
12.
Mantra Arya Bangah
Wiyak bumi Wiyak
langit, jagad suwung tan ana bebaya, ingsun sajatining manungsa anukarsa
bissekulem, tissekulem tan ana babayane, tikur-tikur, tekane tundhuk, mulihe
ndhungkul.
Lakune mutih 3 dina 3
bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra diwaca ten ana
babaya, utawa yen mlebu ing alas, sato galak pada wedi.
13.
Mantra tunggu / pagar omah
Sipat Allah ananning
Muhammad, sipat Rasul ananing Manungsa, luput sing diarah, kena kang ngarah,
banyu erang kulhu sungsang, tekenku Malaekat, pinayungan para Widadari, Nabiku
jeng Mohammad Rasullullah alaihi wassalam.
Lakune mutih 3 dina 3
bengi patigeni sedina sewengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca yen
pinuju akeh durjana, utawa yen ninggal omah ing wayah bengi.
14.
Mantra Srabat Pagering Awak
Allahuma kulhuallah,
lungguhku imbar, payungku imbar, wong sajagad kabeh kang sumedya ala marang
aku, nyawane kari sadhepa, sa’asta, sakilan. Wong kang sengit marang aku,
cupeten angen-angene, sandhang pangane lan sabarang niate kabeh, pet cupet
kersaning Allah.
Lakune mutih 7 dina 7
bengi, wiwite dina Kamis Wage. Mantra diwaca yen ana rerusuh utawa yen perang.
15.
Mantra panulak peluru
Bismillahirrohmanirrohim.
Salla’llahu Ibnu birahmatika ya arkamman rahimin
Lakune mutih 7 dina 7
bengi. Mantra diwaca yen ana rerusuh utawa yen campuh perang. Supaya ora kena
peluru nyasar.
16.
Mantra Rubuh lumpuh
Bismillahirrohmanirrohim.
Allahu akbar Nur arah Nur wantah rubuh lumpuh ketiban palune Gusti Allah. Ojo
pisan-pisan tangi yen durung tak gugah nganggo tanganku kiwo. Laa ilaaha
illallaah, muhammadurrosullulah.
Sak uwise diwaca banjur
didamu’ake ing tangan tengen. Yen mungsuhe klenger, disadarke utawa
ditambani nganggo tangan
sing kiwo.
17.
Mantra Sindhung Aliwung
Bismillahirrohmanirrohim.
Aku sindhung Aliwungan, si Sindhung dadi klambiku ya kaharuku, sa Liwung ya
kamaluhu, sedyaku dadi kutaku, ya ki jamaluhu, si Sindhung Liwung katingalan
kaya buta ya jalaluhu asiyung Rasulullah kang tengen lan kang kiwa sakathahing
para nabi, dadi siyung kiwa ngemut jagad pramudita tak emut dadi sak pulukan.
Laa ilaaha illallaah, muhammadurrosullulah.
Lakune mutih 7 dina 7
bengi lan patigeni sedina sewengi. Mantra yen diwaca, awake kethok gede kaya raksasa.
18.
Mantra panulak durjana lan wisa/racun
Bismillahirrohmanirohim.
Tulak daya balik, luput kang dinaya kena kang andaya, jahil jahilullah sapa
kang jahil dadi satruning Allah, tutup kunci mata kalbu. Laa illaha ilallah,
muhammadurrosulullah.
Lakune mutih 7 dina 7
bengi. Mantra diwaca ping 100 pendhak bengi, nganti malem ke-6, sing sewengi
(ba’da mutih) cukup diwaca ping 3.
19.
Mantra kekuatan
Bismillahirrohmanirrohim.
Ya Malaekat Jibril kang nambahi digdayaku, Ya sayyidina Muhammad ya Rosullullah
kang ngrewangi ngentengake. Malaekat Israil kang njogo endasku, Allah, Allah,
Allah, entheng, entheng, entheng koyo keleyang, empuk, empuk, empuk, koyo
kapuk. Laa haulaa walaa quwwata illa billahil aliyyil’azhiimi.
Lakune mutih 7 dina 7
wengi. Diwaca ping 1144 pendhak dina. Mantra yen diwaca kuat nggangkat barang
kang abot.
20.
Mantra Pambungkem
Assalamualaikum
ngalasabidina Khidir alaihissalam, assalamualaikum ngalasayidina ngaliyi
ratiyalahu, kem-kem pambungkem kang sarwa galak cangkeme pinantek ing paku
kencana.
Lakune mutih 7 dina 7
bengi lan nglowong sadina sawengi, wiwite dina Rebo Pon. Mantra yen diwaca,
ulo, bajul lan sato galak liya-liyane kabeh ora bisa nyakot lan nyaplok.
21.
Mantra Penolak Tenung Tujulayar
Allahuma kulhu buntet,
kulhu balik, durga teluh, jim setan peri prayangan padha mara padha mati, jalma
mara jalma mati, mati kersaning Allah.
Lakune mutih 7 dina 7
bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca
mbarengi surup srengenge, diwaca ing banyu diwadahi pinggan, banyu kadamu ping
3, banjur kaombekake marang wong kang kena tenung utawa tujulayar.
22.
Mantra Siyungwanara
Gebyar sapisan sakehing
cahya padha sirna, gebyar pindho sakehing roh padha sirep, rep sirep sajagade,
kepyar-kepyur si bajul padha lumayu bubar.
Lakune nglowong 3 dina
3 bengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca kanggo nyingkirake baya lan
buron banyu kang galak, sarta uga diwedeni wong akeh.
23.
Mantra panulak mungsuh
Kulhu buntet,
badaningsun Nabi panutan, rasaningsun rasul, tekenku Maloekat, luputo kang den
arah, mbalik marang kang ngarah.
Lakune Nglowong 3 dina
3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Rabu Pon. Mantra diwaca saben
bengi yen lagi memungsuhan.
24.
Mantra Panglarutan
Raga suksma rasa
diluwih, aja pepeka sira sun kongkon lolosana otot bayune mungsuhku kabeh,
elingna utawa ilangna sedyane anggone memungsuhan karo ingsun iki, nglemprek
keder larut saparan-paran ninggal paprangan kersaning Allah.
Lakune patigeni 3 dina
3 bengi, wiwite dina Setu Kliwon. Mantra diwaca sajroning peperangan, kanggo
netralisir nepsu/niat lan ilmu mungsuh.
25.
Mantra Kulhu Geni
Bismillahir rohman
nirrohim, kulhu geni bismillahir rohmanirrohim, kulhu allah hu ahad, kun
payakun, massa’allahu Qadiru abadan-abada.
Lakune 3 dina 3 bengi
patigeni, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca sapisan, setan tugel bahune
tengen, ping pindho: tugel bahune kiwa, ping telu: tugel gulune, ping papat:
sirna badane.
26.
Mantra Kulhu Sungsang
Rajah iman kudungku
Moloekat Jibril, tekenku Nabi Mohammad, lailaahailallaahu Mohamad rasullullahi
salallahu alaihi wassalam.
Lakune 3 dina 3 bengi
patigeni, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra yen diwaca diwedeni setan lelembut,
teluh braja, tenung tujulayar lan liya-liyane kabeh ora tumama.
27.
Mantra Kulhu Durgabalik
Sato mara sato mati,
jalma mara jalma mati, setan mara setan mati, buna mara buna mati, sedya ala
mati kersaning Allah, lailahailallah Mohamad rasulullah.
Lakune 3 dina 3 bengi
patigeni, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra yen diwaca kasiyate sakabehing
panggawe ala ora tumama sarta banjur balik marang wong kang gawe piala, sarta
jim setan padha wedi lumayu adoh.
28.
Mantra Sahadat Kencana
Sahadat kencana sun
gawa mati nyegeri, sun gawa urip, nguripi, urip kersaning Allah.
Lakune mutih 7 dina 7
bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca yen
arep mangkat perang sarta yen methukake mungsuh, lan yen wus campuh perang.
29.
Mantra Sahadat Ayem
Sahadat ayem wus
dumunung neng kalbuningsun, pan ingsun duwe lopak-lopak salaka, isine menur
malati sajodo, ora kanta ora kanti, ora uwas ora sumelang, murub muncar
cahyaku, gumilang cahyaning Allah, murubing cahya terang kersaning Allah.
Lakune ngebleng 3 dina
3 bengi, wiwite dina Kemis Wage. Mantra diwaca yen arep mangkat perang, sarta
yen methukake mungsuh, lan yen wus campuh perang.
30.
Mantra Sahadat Panatagama
Sahadat panatagama,
minta salamun, Allah kang basuki, Allah kang suci, Allah bok rara Supiyah,
lakinira menyang ngendi, kesah perang, sangune niyat keris bener, tumbak bener,
adege sajatining urip, tungganganku jaran napas, lungguhe ana ngesir,
sanggawedine pamancade iman, kendaline santosaning iman, cumethine kedeping
iman, lapake kang nyangga raga, suksma wesi purasani, dalanmu metu ngendi, metu
tepsiring Allah, alarah cahyaning Allah, sing nunggang titiyang agung kitab
Qul’an payung kula, tawapmur Nabi WaliAllah bumine nabi panutup.
Lakune ngebleng 3 dina
3 bengi, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca yen arep mangkat perang, sarta
yen methukake mungsuh lan yen wus campuh perang.
31.
Mantra Makdumsarpin
Sang kun dat suksma,
suksmadiluwih kang ana jatining wawayangan, ni endhang suksmadiningsih kang
ngideri jroning wawayangan, sira aja ngaling-ngalingi aku, aku arep katemu
kadangku kang sajati, kang langgeng tan owah gingsir, sira metua dak
kongkon……………………(disebutake kaperluane)
Lakune ngebleng 7 dina
7 bengi, wiwite dina Slasa Kliwon. Mantra diwaca jam 12 bengi.
32.
Mantra Durgateluh
Allahumma durgateluh
bolak-balik kasumpet, mara ngetan pepet, ngidul sumpet, ngulon rapet, ngalor
dempet, kersaning Allah ana tengah dhaleg-dheleg ngedheprek bingung
kamitenggengen.
Lakune Ngebleng 7 dina
7 bengi, wiwite dina Jumat Kliwon. Mantra diwaca yen adhep-adhepan karo mungsuh
arep perang.
33.
Mantra Panulak Ampuhing Wesi Aj
Ingsun kawulaning
Allah, kang matek saka suryakumara, bukiyadi angambah jagad walikan, langgeng
tan kenaning owah, huyahu, huyahu, huyahu, salalahu alaihi wassalam, dating
suci ing sahudaya, ratuning sadatulah, ingsun lanang sejati, kang tan pasah
sakehing tumumpang, ampang ngalumpruk kadi tibaning kapuk, yahu jabardas, bar
tan tedhas ing keris Soleman lan sakehing gagaman kabeh.
Lakune ora mangan uyah
40 dina, banjur mutih 3 dina 3 bengi lan patigeni sedina sewengi, wiwite dina
Kamis Wage. Mantra diwaca ana ing paperangan lan yen ana babaya pakewuh.
34.
Mantra Panawaran
Niyatingsundhahar,
rowaningsun tapa kang dhahar. Niyatingsun sare, rowaningsung tapa kang sare,
krana ingsun iki wus kawengku ing alam nasut, Moloekat jabarut yaiku kang dhahar,
kang sare jagade sahir kabir, cahya mangan rasa, rasa mangan cahya, cahya mulya,
rasa sampurna.
Lakune mutih 3 dina 3
bengi, sarta nglowong 3 dina 3 bengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca
yen arep mamangan, supaya menawa diracun ing wong, bisa tawar ora tumama.
35.
Mantra Ngisi Watu Akik
Allahumma shalli ‘alaa
sayyidinaa muhammadin wa aalihi washahbihii wasallim, badanku roso sejati.
Sejatine roso manjing ono ing tengah-tengahe Ka’batullah.
Mantra diwaca ping 440.
Saben sa’wacanan langsung didamu’ake ing watu sing arep diisi.
36.
Mantra Arep Weruh
Sadurunge Winarah
Sir rahsa cahyaning
rahsa, mut maya tejaning maya.
Lakune saben duwe niat
arep meruhi sabarang kang durung kelakon, banjur mutih 3 dina 3 bengi lan
patigeni sedina sewengi, wiwite dina Jumat Pahing. Mantra diwaca kaping 500
saben arep mapan turu.
Mantra
Hampir setiap Ilmu Spiritual dan
ilmu kedigdayaan pasti memiliki Mantra. Bahkan semua doa pasti memuat mantra.
Karena Mantra adalah suatu bentuk permohonan. Sebagai sarana permohonan kepada
Yang Maha Kuasa untuk bermacam-macam.
Mantra berasal dari bahasa Sanskerta
yaitu MAN yang artinya PIKIRAN, dan TRA yang berarti PEMBEBASAN. Jadi Mantra
adalah kegiatan membebaskan pikiran. Ketika seseorang sedang membaca mantra
maka disaat itu juga selain sedang menjalin komunikasi dan permohonan kepada
Yang Kuasa, mantra dengan kata yang ber-rima memungkinkan orang yang membaca
mantra semakin rileks dan masuk pada keadaan hening.
Jadi
Mantra adalah susunan kata yang berunsur puisi (rima dan irama) yang diyakini
dapat menghasilkan energi ghaib jika diucapkan oleh orang yang menguasai ilmu
mantra. Biasanya diucapkan oleh dukun, pawang, spiritualis, atau orang yang
telah mengetahui tatacara dan syarat untuk menggunakan mantra tersebut.
Asal mula mantra umumnya diperoleh dari
ilham (wahyu) atau bisa pula diciptakan oleh seorang dukun (guru spiritual)
yang mumpuni. Terlahir dari rasa ingin tahu tentang misteri hidup dan pencarian
tentang hakekat kesejatian. Berawal dari keyakinan adanya Yang Maha Kuasa maka
lahirlah rapal Mantra sebagai suatu bentuk sarana.
Ada
bermacam-macam bentuk mantra, yaitu mantra suara, mantra gambar (rajah, wafaq
dll), Mantra yang dimasukan dalam benda (keris dll), ada mantra yang dirupakan
dengan gerak dan ada pula mantra dalam bentuk upacara tertentu.
Istilah Mantra lebih dikenal dalam
tradisi Hindu dan Budha disebut Mantra Galib, di Arab disebut Doa atau Ru’yah.
Di Jawa disebut Donga, Rapal atau Aji-aji. Sebenarnya semua sebutan tersebut memiliki kesamaan makna.
Sebagian penggunaan mantra juga
sangat sakral dan mistis. Mantra tidak boleh diucapkan sembarangan, karena
bacaannya dianggap keramat. Misalnya pada Mantra Pengusir Makhluk Halus, para
guru melarang untuk membacanya didekat anak kecil dan ibu yang sedang hamil.
Karena bisa mempengaruhi kesehatan janin yang sedang dikandungnya.
Mantra bukan hanya sekedar ilmu
Sugesti. Atraksi-atraksi supranatural yang sering kita lihat seperti debus,
ilmu kekebalan, atau ilmu gendam dan pelet, diakui atau tidak, sungguh-sungguh
efek yang dihasilkan dari kekuatan ghaib dari pembacaan mantra. Sugesti hanya
bisa mempengaruhi pikiran dan kondisi perasaan, tapi tidak bisa mengubah
metabolisme tubuh. Contoh, sugestikan diri anda bahwa api tidak panas dan tidak
menghanguskan, kemudian jilatlah dengan lidah sebuah lempengan besi membara
dari seorang pande besi. Apa yang terjadi?!
Mantra hanya akan bekerja di tangan
orang yang telah menjalani penempaan batin melalui berpuasa, semedhi atau
tirakat lainnya. Tanpa dasar itu, alaunan mantra hanya seirama dengan sebuah
bacaan sastra. Seolah tidak mengandung apa-apa.
Dari generasi ke generasi mantra
diwariskan. Tetap sama baik format maupun bahasanya. Mencari orang yang berniat
membaca dan menerapkannya. Menunggu dengan penuh kesabaran dibalik pintu dan
jendela. Beredar tanpa kasak kusuk.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mantra adalah bunyi, suku kata,
kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan
perubahan" (misalnya perubahan spiritual).[1] Jenis dan kegunaan mantra
berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra
tersebut.
Mantra (Dewanagari: मन्त्र;
IAST: mantra) berasal dari tradisi Weda di India, kemudian menjadi bagian
penting dalam tradisi Hindu dan praktik sehari-hari dalam agama Buddha,
Sikhisme dan Jainisme. Penggunaan mantra sekarang tersebar melalui berbagai
gerakan spiritual yang berdasarkan (atau cabang dari) berbagai praktik dalam
tradisi dan agama ketimuran.
Mantra
berasal dari bahasa Sanskerta yaitu MAN yang berarti PIKIRAN dan TRA yang
berarti PEMBEBASAN. Secara harfiah Mantra berarti kegiatan membebaskan pikiran.
Mantra dari sisi istilah berarti bunyi, kata, frasa atau kalimat yang
digumamkan, dibisikkan, diucapkan, dinyanyikan dengan cara diulang-ulang,
diyakini mempunyai kekuatan, sebagai sarana komunikasi dengan sang Maha, dan
bermanfaat untuk beragam tujuan perapalnya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Mantra diartikan sebagai susunan kata yang berunsur puisi (seperti rima dan
irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun
atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain.
Khanna (2003: hal. 21) menyatakan
hubungan mantra dan yantra dengan manifestasi mental energi sebagai berikut:
• Mantra-mantra,
suku kata Sanskerta yang tertulis pada yantra, sejatinya merupakan 'perwujudan
pikiran' yang merepresentasikan keilahian atau kekuatan kosmik, yang
menggunakan pengaruh mereka dengan getaran suara.
• Mantra
juga dikenal masyarakat indonesia sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan
tertentu (maksud baik maupun maksud kurang baik). Dalam dunia sastra, mantra
adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis. Setiap daerah di Indonesia
umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah
masing-masing.
• Mantra
di dalam bahasa Minangkabau disebut juga sebagai manto, jampi-jampi, sapo-sapo,
kato pusako, kato, katubah,atau capak baruak. Sampai saat ini mantera masih
bertahan di tengah-tengah masyarakat di Minangkabau. Isi mantra di Minangkabau
saat ini berupa campuran antara bahasa Minangkabau lama (kepercayaan animisme
dan dinamisme), Melayu, bahasa Arab (pengaruh Islam) dan bahasa Sanskerta
(pengaruh Hindu Budha).
3.2 Saran
Adapun saran kami adalah makalah
yang kami buat yaitu masih banyak kekurangan baik dari referensi. Dan kami
sarankan bagi pembaca untuk bisa memberikan masukan-masukan dan kritik yang
sifatnya membangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar