Selasa, 20 November 2018

Sederhananya mimpi seorang anak di tanah rantau_(Catatan 2015)


Aku kenang kembali masa lalu ku..
Masa dimana aku lahir kedunia, masa dimana aku terlahir sebagai bayi kecil yang tidak tahu apa-apa, bahkan tidak mengerti siapa ibu-bapaknya,,. aku hanya mendengar dan memahami masa kecilku dengan menggambarkannya dan merangkainya sesuai dengan imajinasiku saja. Aku mendengar bahwa aku tumbuh dalam keluarga yang kehidupannya sangatlah tertekan dan melelahkan dikarenakan kepahitan hidup dan tekanan batin yang dirasakan kedua orang tuaku saat itu. Mereka harus merawatku. Namunselalu menyukuri kehadiranku sebagai anak pertama mereka,
Mereka lalui hari-hari dengan bekerja dibawah paksaan dan penderitaan sebagai seorang pekerja yang layaknya disebut pekerja kasar.. aku juga selalu meneteskan air mata jika merasakan pahitnya dan sakitnya bathin serta raga mereka waktu itu, dan cukup untuk membuatku takut mengecewakan mereka jika aku mengingat hal itu yang layaknya kegembiraanlah dan kebanggaanlah yang harus aku berikan kepada mereka selalu.
Kembali lagi teringat, saat itu aku selalu diberikan kecukupan gizi dan makanan, serta berusaha menjadikanku putri yang sangat berkecukupan sama senangnya dengan mereka putri-putri orang yang berkehidupn layak dan sangatlah berkecukupan bahkan lebih berkecukupan, walaupun bapakku harus memikul dan menjunjung beratnya beras 50 kg berjalan kaki sepanjang 5 km dengan jalan lalu lintas yang  mereka lalui saat itu hanyalah jalan lumpur yang licin dibawah pokok-pokok karet yang bahayanya dapat mnggelincirkan orang yang melaluinya, dengan tebing dan jurang yang sangat berbahaya. Namun bapakku selalu menjadi pahlawan buatku.Tidak berbeda jauh dengan ibuku,.. ibuku yang kukasihi, bahkan melebihi hidupku. Jika aku melihat tubuhnya, aku teringat akan pengorbanan luar biasanya mencoba menjadi ibu yang sempurna buatku walaupun sebenarnya ibuku sudah sangat sempurna dimataku dan dihatiku.Kesempurnaan itu hanya ada pada pandanganku sebagai seorang anaknya yang akan selalu menjadi orang yang selalu ada baginya sekalipun kelak aku tidak dapat berjalan lagi tetapi aku akan terus menjadi mata untuknya sekalipun aku tidak dapat menemaninya berbicara lagi tetapi aku akan berusaha menjadi pendengar setianya kelak, berusaha menjadi bagian dirinya yang sudah semakin sangat rapuh. Masa itu ibuku, orang yang rela mati buatku, selalu membawaku dan membimbingku serta membesarkanku tanpa kurang suatu apapun dari hatinya untukku. Saat itu ia selalu memberikanku motivasi, membimbingku dan mendidikku hingga aku menjadi kuat dan menjadi seperti harapannya yaitu kelak aku akan menjadi wanita yang memuliakan Tuhan dan menjadi wanita yang berpendidikan serta penuh dengan perilaku yang baik layaknya harapan-harapan kalangan semua ibu-ibu untuk anaknya, anaknya yang ia kasihi.
Aku bisa melihat juga dalam raut wajahnya bekas-bekas luka dan kepahitan yang besar dalam hidupnya dan usahanya dulu. Tidak ada rasa malu, tidak ada rasa lelah, tidak ada kekecewaan dan tidak ada penyesalan dalam hidup dan kata-katanya.. dia selalu tersenyum walaupun terkadang hatinya menangis.. walaupun terkadang hatinya menjerit dan walaupun bathinnya tertekan luar biasa, tetaplah ia tersenyum kepada siapapun.. sungguh ibuku yang luar biasa, jika ditanyakan pada saat ini, apakah kamu rela meninggal demi ibumu? Maka aku dengan sangat senang hati dan dengan sangat rela akan menyerahkan hidupku deminya, demi ibuku, ibuku.. ibuku seorang sumber ketenanganku. Begitulah besarnya rasa cintaku dan rasa sayangku kepada ibuku..
Rasa sayang dan kasih mereka hingga kini pun masih kurasakan dan kuterima. Kasih yang dengan Cuma-Cuma mereka berikan tanpa meminta balasan dari seluruh pengorbanan mereka. Dari segala jerih payah dan tetesan keringat dan air mata mereka.
Kini aku berada dalam semester dua di Universitas Riau. Sebuah kebanggaan pada saat ini aku boleh bersama dengan mereka yang menjadi mahasiswa unri, kuliah untuk menggapai cita-cita. Sebuah kebanggaan pula aku dapat meraih beberapa penghargaan dari prestasi yang dapat kucapai saat ini.
Aku sadari semuanya bukan karena kekuatan dan kelebihan kami. Tetapi berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Namun, disisi lain aku juga sangat berterima kasih terhadap orang tuaku tercinta… dua insan yang dipersatukan, dengan usaha dan jerih payah mereka, dengan doa-doa mereka aku dapat merasakan semua ini layaknya seperti anak-anak lainnya yang kehidupannya jauh lebih baik..
Aku akan berusaha membanggakan dan menyenangkan mereka, hingga mereka akan melihatku wisuda dan meraih gelar sarjana. Sebuah gelar yang mereka inginkan. Sebuah tanda tetesan keringat dan air mata mereka. Bapakku dan ibuku..
Tuhanlah yang selalu akan melihat dan menjagai kalian disaat aku tidak ada disisi mu.. bapakku dan ibuku…
Terimakasih buat segalanya, aku akan berusaha memberikan yang terbaik buat kalian, dan akan aku usahakan segala yang terbaik dari usaha yang terbaik hingga aku tidak mampu lagi untuk melakukannya…J
TERIMAKASIH BAPAK…
TERIMAKASIH IBUKU..

…SALAM HANGAT DARI ANAKMU DI SINI…
…DITANAH PERANTAUAN UNTUK PERKULIAHANKU YANG JAUH DARI KALIAN…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar