Buatnya selamanya yang
tidak menganggapku
Parfumnya yang wangi ditambah dengan tingkahnya yang
easy going membuat semua temanku bahkan orang-orang disekitar kami pada saat
itu ikut menatapnya tak jenuh. Itu membuatku sedikit agak risih dan boleh
dikatakan sedikit cemburu, tapi kalau di pikir-pikir memangnya aku siapanya,
aku bahkan bukan siapa-siapa baginya bahkan sampai kapanpun mustahil untuk
menjadi bagian dari dirinya.
Ahhh. Suasana hatiku semakin menjadi kacau
dikarenakan kedatangannya menghampiri kelompok kami ketika kami sedang makan
disebuah Rumah makan di dekat jalan kampus. Kami berlima dengan aku yang tidak
cantik juga tidak jelek-jelek banget menurutku, tidak mungkin bagiku ia seorang
Ardi, seorang cowok pintar, baik, sopan dan keren akan melirikku, sifat
apatisku tiba-tiba melumuri hatiku dan pikiranku.
Sudah tiga semester semenjak aku menjadi teman
sekelasnya pada jurusan yang sama, rasanya dapat dihitung berapa kali aku
mendengar ia memanggil namaku atau sekedar tersenyum bahkan menatapku. Aku pun
selalu memperhatikannya secara diam-diam, bahkan aku mengetahui semua
kebiasaannya tanpa dia dan orang lain sadari, aku melakukannya dengan tulus
karena aku menyukainya walaupun sampai sekarang Ardi belum melirikku, juga
belum melirik yang lain dan sampai sekarang pun ia belum terlihat memiliki
pasangan, yah hal ini minimal membuatku sedikit senang, berarti aku masih
mendapat ketenangan dan peluang walaupun sepertinya peluang itu minus banget.
Aku menikmati semuanya itu, perasaanku, bahkan
tingkah dan sikapku ini, walaupun terkadang sakit hati dan rasanya teriris
sekali ketika ia tersenyum kepada gadis lain, dan merasa akrab dengan yang
lain. Aku sangat-sangat menikmatinya selama ini, bahkan jika dia sudah memiliki
kekasih, maka aku akan menjadikannya kekasih di dalam hatiku yang tidak pernah
diketahui siapapun dan bahkan tanpa disadarinya juga sebenarnya aku tidak akan
pernah menyampaikan perasaanku ini.
Pagi ini kami kuliah seperti biasa, lagi-lagi aku
harus terburu-buru dan hampir telat karena kelamaan tidur tadi malam. Aku
sampai di kelas dengan perasaan campur aduk, kira-kira dia masuk kuliah tidak
ya? Kira-kira dia pakai baju apa hari ini ya? Hahhaha…. Aku geli sendiri
memikirkan sikap ku ini, seperti dipermainkan oleh perasaanku sendiri. Aku bergegas
masuk kelas, dan dosen juga belum hadir. Lega rasanya, tapi dimana dia? Aku
melayangkan pandanganku kesegala arah, tetapi dia tidak ada, karena sedikit
kecewa tidak melihatnya, akupun berbalik arah menuju luar kelas hendak
menenangkan pikiranku dan perasaanku sebelum dosen datang, tiba-tiba aku
berpas-pasan dengan ardi dan hampir saja aku bertabrakan dengannya. Emmmm… dia
tersenyum melihat sikapku yang langsung berubah tak karuan. Sepintas aku
menatapnya, arrgghh, aku deg-deg’an, perasaanku ini membuatku hampir tidak
tahan berlama-lama dihadapannya, wajahku memerah seketika. Weitss,, hampir tabrakan maut nih vis.. ucapnya dengan
senyumnya dan candaannya. Maaf… ucapku lirih hampir tidak jelas didengar saking
gugupnya aku saat ini. Lalu dia pun berlalu.
Minggu depan akan diadakan UAS, aku mulai belajar
sampai larut, persiapan ku untuk mendapatkan IPK yang baik dan ingin segera
memasuki semester 4, aku terus berusaha agar menjadi yang terbaik bagi kedua
orangtuaku dan khususnya bagi Ardi. Tidak terasa ujian telah berlalu setelah
kami melaksanakannya dengan berbagai usaha, kami pun libur semester, aku pulang
ke kampungku,
3 minggu adalah waktu yang cukup lama buatku
dikampung, secara tidak lagsung aku tidak dapat bertemu dengan ardi, dan selama
waktu itu aku ingin tahu keadaannya, kabarnya, dia lagi ngapain,, tetapi
lagi-lagi aku bukan tipe seperti itu, aku tidak berani menelepon, bahkan
sekedar untuk SMS dia dengan alasan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
kampus, atau yang lainnya.
Akhirnya kampus sudah dimulai lagi, aku sengaja datang
lebih cepat dari yang biasanya hanya untuk melihatnya, melihat ardi, tetapi dia
belum juga datang, ah. Mungkin dia terlambat hari ini. Kini waktu sudah
menunjukan pukul 10.00 wib, dia belum juga datang hingga
waktu istirahat tiba. Perasaanku menjadi kacau, aku ingin bertanya mengenai
kabarnya, tetapi pada siapa? Kalau aku bertanya pada teman-temanku mereka pasti
akan curiga. Selagi aku berfikir tiba-tiba jenni berteriak kuat dari luar kelas
dengan berlari ngos-ngosan, “cuiy, Ardi sudah pindah dan tidak berada di kota
ini lagi, ia pindah ke bandung. Ternyata surat pindahnya sudah diurus pada saat
kita UAS kemarin. Aku tadi dengar dari pak Bunto di kantor, Pantas saja ardi
kemarin sibuk banget pas Uas” teriak jenni heboh. “dia pindah tidak memberitahu
kita ya.. tega” ucap dita sedih.
“Gubrak”
Sumpah ini semua bagaikan kabar yang melemaskan
semua sendi dan tulangku, jantungku mulai berdegup tak beraturan hatiku hancur,
sedih, aku ingin menjerit sekuat-kuatnya, “ardi
kamu tega…. Aku memang bukan siapa-siapamu bahkan mungkin aku tidak
pernah kamu fikirkan, sekalipun aku ingin sekali mendengar ucapan selamat
tinggal darimu. Yang mungkin menjadi kata terakhirmu buatku, yang selalu
memandangmu, memperhatikanmu, menyayangimu dari jauh.. jauh.. sekali, namun, biarlah rasaku ini selalu bersamamu
sekalipun kamu mencampakkan, tidak menganggapnya, buatmu selamanya yang tidak
menganggapku dan perasaanku”…. L
Tidak ada komentar:
Posting Komentar