Selasa, 20 November 2018

Artikel *Sosok Kartini dalam Dunia Pendidikan


SOSOK KARTINI DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Siapakah yang tidak mengenal Kartini? salah satu tokoh pahlawan perempuan di Indonesia yang hingga saat ini perjuangan dan dedikasinya bagi Indonesia masih di ingat dan dikenang, baik dari sabang sampai marauke. Ia dikenal karena telah memperjuangankan emansipasi perempuan pribumi. Sosok Kartini menjadi inspirasi bangsa Indonesia khususnya bagi kaum perempuan di Indonesia semenjak Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Raden adjeng Kartini atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Kartini, lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada tanggal 21 April 1879. Kartini yang terlahir dari keluarga Bangsawan, membuatnya dapat meraih pendidikan dengan baik dan saat itu ia juga aktif membaca berbagai buku untuk menambah wawasannya serta sangat suka menulis surat. Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).

Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat Kartini untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus, karena ia akan segera dinikahkan dengan Adipati Rembang. Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.

Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka yang dibernama Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

            Usaha Kartini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akhirnya menjadi tidak sia-sia. Ia dapat membuktikan bahwa meski ia tidak dapat melanjutkan sekolahnya tetapi ia dapat membuat perempuan-perempuan lainnya dapat merasakan pendidikan layaknya seperti yang didapatkan oleh laki-laki. Berkat kegigihan Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Perjuangan dan ketekunan bahkan pengorbanan Kartini membuat ia menjadi sosok yang sangat berjasa bagi pendidikan di Indonesia. Usahanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sangat terlihat dengan banyaknya sekolah wanita yang didirikan pada saat itu. Kartini memiliki tekad yang kuat demi kemajuan pendidikan perempuan, ia merasa bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama untuk maju dan bebas dalam menyampaikan aspirasi mereka serta berhak untuk mengenyam dunia pendidikan.

Oleh sebab itu, selayaknya dunia pendidikan baik para guru, siswa, maupun bagian yang berkecimpung dalam dunia pendidikan sekarang ini terkhususnya para perempuan Indonesia sepatutnya meneladani sosok Kartini yang gigih dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dan tidak menyerah meski tantangan perkembangan zaman semakin kuat. Perjuangan Kartini akan berlanjut pula kepada orang-orang yang bertanggung jawab dengan dunia pendidikan di Indonesia. Usaha-usaha dan niat yang baik akan membuahkan kebaikan pula pada orang-orang disekitar, terkhususnya para siswa-siswi yang saat ini membutuhkan orang-orang yang dapat mendidik, mengajar dan sekaligus menjadi sosok yang dapat diteladani baik dalam pengetahuan dan kehidupan sehari-hari. Maka, perjuangan itu harus tetap kita lanjutkan dengan menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan orang-orang yang berkualitas pula serta berguna dan memberikan yang terbaik bagi agama, bangsa dan negara.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar