Rabu, 28 November 2018

Asa dan masa_

Membumbung dan melayang jauh
Entah pada tuan yang mana kan terjatuh
Berbisik dan terus merayu
Memutar kembali
Menguak asa pada masa yang usang
Kenang

Rintih pada anat tak terkata
Rasa ingin bertegur
Sapa ingin berbalas
Tatap ingin bertemu

Masa pada rindu
Entah,... tetiba
Entah,... Mengapa
Entah,... Apa

Rasa ada yang membara
Rasa ada yang mengembara
Rasa ada yang berlari
Rasa ada ingin kembali
Rasa ada ingin disana
Rasa ada ingin bersua

Pada rasa ada asa
Pada masa nelangsa
Rindu.

Selasa, 20 November 2018

Artikel *Sosok Kartini dalam Dunia Pendidikan


SOSOK KARTINI DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Siapakah yang tidak mengenal Kartini? salah satu tokoh pahlawan perempuan di Indonesia yang hingga saat ini perjuangan dan dedikasinya bagi Indonesia masih di ingat dan dikenang, baik dari sabang sampai marauke. Ia dikenal karena telah memperjuangankan emansipasi perempuan pribumi. Sosok Kartini menjadi inspirasi bangsa Indonesia khususnya bagi kaum perempuan di Indonesia semenjak Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Raden adjeng Kartini atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Kartini, lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada tanggal 21 April 1879. Kartini yang terlahir dari keluarga Bangsawan, membuatnya dapat meraih pendidikan dengan baik dan saat itu ia juga aktif membaca berbagai buku untuk menambah wawasannya serta sangat suka menulis surat. Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).

Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat Kartini untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus, karena ia akan segera dinikahkan dengan Adipati Rembang. Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.

Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka yang dibernama Sekolah Kartini (Kartinischool), 1918. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

            Usaha Kartini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akhirnya menjadi tidak sia-sia. Ia dapat membuktikan bahwa meski ia tidak dapat melanjutkan sekolahnya tetapi ia dapat membuat perempuan-perempuan lainnya dapat merasakan pendidikan layaknya seperti yang didapatkan oleh laki-laki. Berkat kegigihan Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

Perjuangan dan ketekunan bahkan pengorbanan Kartini membuat ia menjadi sosok yang sangat berjasa bagi pendidikan di Indonesia. Usahanya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sangat terlihat dengan banyaknya sekolah wanita yang didirikan pada saat itu. Kartini memiliki tekad yang kuat demi kemajuan pendidikan perempuan, ia merasa bahwa perempuan juga memiliki hak yang sama untuk maju dan bebas dalam menyampaikan aspirasi mereka serta berhak untuk mengenyam dunia pendidikan.

Oleh sebab itu, selayaknya dunia pendidikan baik para guru, siswa, maupun bagian yang berkecimpung dalam dunia pendidikan sekarang ini terkhususnya para perempuan Indonesia sepatutnya meneladani sosok Kartini yang gigih dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, dan tidak menyerah meski tantangan perkembangan zaman semakin kuat. Perjuangan Kartini akan berlanjut pula kepada orang-orang yang bertanggung jawab dengan dunia pendidikan di Indonesia. Usaha-usaha dan niat yang baik akan membuahkan kebaikan pula pada orang-orang disekitar, terkhususnya para siswa-siswi yang saat ini membutuhkan orang-orang yang dapat mendidik, mengajar dan sekaligus menjadi sosok yang dapat diteladani baik dalam pengetahuan dan kehidupan sehari-hari. Maka, perjuangan itu harus tetap kita lanjutkan dengan menjadikan pendidikan di Indonesia menjadi pendidikan yang berkualitas dan menghasilkan orang-orang yang berkualitas pula serta berguna dan memberikan yang terbaik bagi agama, bangsa dan negara.




Puisi *Apa yang dapat ku perbuat?

Melerai rintik-rintik hujan diantara ruang kosong dilangit,
memisahkan seribu butir-butirnya diantara raut wajah sang bunda,
ketidakmungkinannya memanjakan wajahnya yang letih,
susah payah dan titik-titik air di lereng keanggunan dan manisnya,
kini berlari mengucur, seakan-akan berlomba-lomba ingin menang,

apa yang dapat ku perbuat?

cuka, siapa yang membawanya? tak ada yang tahu, tetapi ada,
seandainya hidup dan masa depan penuh dengan sinar-sinar permata yang merah
seandainya penuh dengan gunung pengharapan,

apa yang dapat ku perbuat?

ku kirimkan beribu-ribu syair,
beribu-ribu cerita kepada-Nya, agar aku dapat berbuat,
kelak, untuk menghentikan dan menggantikan titik-titik air dilereng keanggunan dan manis mu itu.

Puisi *Keliaran Hari

KELIARAN HARI...

gemerlap bintang terasa kuat...
kerlingan mata menepis sangsi...
ketika jiwa bergetir menangis...
kuatkan ketika menatap...

langkah gontai malu dengan kerjaan kita
koran lepas jarak menutup
gerak menitip kuatkan saja

keras lagi kerjaan kusapu
kias jiwa si kunang-kunang

Puisi *Benang Kalbu

hampa...
kehampaan di atas asa
raga melayang, jiwa di angkasa
terhempas
 si merah jambu
tewas
si benang kalbu
tembus
hati karena ragu

lalalalla...

senandung
s
u
nyi
senandung
s
e
nyap

lalallalla...

ku tempatkan si merah jambu
ku tempatkan di atas kartu

kartu
menggerutu
menunggu
kaku
tangis
tipis
kisah
kasih



Puisi *Batu

BATU

ba
tu
bi
la
bu
ta
be
nar
bo
cah
 cegah
cakar
mati
raga
kabut
wajah
di sini...

Puisi *Sapa di akhir

Tetaplah meratap...
tetaplah menangis...
tetaplah mengeluh...

janganlah menatap...
janganlah menepis...
janganlah menabuh...

jika awan tak lagi putih...
jika matahari tak lagi merah...
jika angin tak lagi menyejukkan...

tutuplah tangan...
tutuplah mata...
tutuplah waktu...

_selamat tinggal_

Puisi *Aku tidak lemah

menunggu saat-saat aku bisa merasa bebas dengan inspirasi,
menjangkau segala sesuatu dengan pasti.
apabila aku kelak menjadi orang yang hanya menatap sepi,
itu lain hal.
aku mampu menjadi sosok mengerikan, aku mampu menjadi sosok monster..
tetapi,
aku juga bisa menjadi sosok bidadari, bisa menjadi sosok malaikat.

melaju sekencang angin, menembus kelemahan hati.  aku tidak di anggap lemah.
berhenti di atas api, menerjang dingin jiwa

siapa aku?
tahukah kau?

ketika mereka melihat sosok seramku, aku tertawa menahan tangis sakitnya..
ketika mereka melihat sosok malaikatku, aku marah menahan senyum bahagiaku..

aku menutupi semuanya...

ku sengaja, agar aku tidak di anggap lemah..
ku biarkan agar aku tidak malu nantinya...

Puisi *Waktu


SETIAP DETIK ITU INDAH

Setiap detik itu Indah
Jika kamu mulai dengan Doa
Setiap detik itu Indah
Jika kamu mulai dengan senyuman
Setiap detik itu Indah
Jika kamu mulai dengan sabar

                              Setiap detik itu Indah
                              Jika kamu menyukuri rasanya
                              Setiap detik itu Indah
                              Jika kamu menyukuri apa adanya
                              Setiap detik itu Indah
                              Jika kamu menyukuri pahitnya

Setiap detik itu Indah
Jika kamu pahami artinya
Setiap detik itu Indah
Jika kamu mau menerimanya
Setiap detik itu Indah
Jika kamu menganggapnya anugrah
….Setiap detik itu Indah….
…nikmatilah dan syukurilah…
JJJ

Puisi *IBUKU


IBUKU…
Semangat ku kian melebur, membasahi dinding hatiku
Membakar darah ku hingga merasuk ke dalam raga dan jiwaku
Saat ku melihat senyummu dan tawamu…

Mata kunanar, hatiku teriris, jiwa kugila
Tubuhku hancur, tulang ku lunglai, aku mati rasa
Saat kulihat engkau menangis…

Aku gelisah, aku khwatir, aku resah
Aku malu, aku takut, aku mengamuk pada diriku
Saataku melihatmu bekerja keras…

Ada saat kuingin menciummu, ada saat aku ingin menggendongmu
Ada saat aku sangat ingin memelukmu,sangat ingin merawatmu
Saat ingin melihat mu bangga padaku….
Saat ingin melihatmu tersenyum puas terhadapku…
Dan saat aku mampu memenuhi permintaanmu…

Namun, semua itu masih angan, aku belum dapat melakukannya
Aku masih mengganggu mu, masih membebani mu, masih membuat mu khawatir
Meresahkan mu dan membuat mu bekerja keras..

Semua itu engkau usahakan demi ku..
Tapi….
Apa yang telah ku usahakan buatmu???

Puisi *Ayahku


AYAHKU…
Terasa kian lama engkau semakin lelah
Terasa kian lama engkau semakin tak berdaya
Terasa kian lama engkau semakin tua…
Ayahku…

Saat engkau bekerja demi membeli bukuku, aku hanya berkata uang …
Saat engkau bersusah payah, merasakan panas, merasakan hujan hanya demiku…
Saat engkau menangis ketika aku sakit….
Tapi adakah aku bersedih saat engkau terkena hujan yang deras ketika bekerja??
Tidak…
Aku hanya berkata,, kok hujan???! 
Basah nih…!

Ayah,,…
Seandainya aku terlahir kembali, aku akan mengubah semuanya..
Seandainya aku bisa membuatmu bahagia, bangga, tertawa puas padaku…
Seandainya aku tidak membebanimu lagi…
Seandainya aku dapat membelikan pakaian yang bagus untukmu…
Seandainya….’’

Ayah…
Maafkan aku….
Maafkanlah aku…maafkan aku ayah…
Hingga kini aku belum dapat meringankan bebanmu,
Mengambil beban dipundakmu yang berat…
Menggendongmu agar engkau tidak letih lagi..

Namun,, 
Apa yang aku perbuat selama ini?? 
Tidak ada.. maafkan aku ayah.. 
Maafkanlah aku…

Puisi *Apatis tak berujung (Catatan 2015)


Apatis Tidak Berujung

Menetes air mata ku tak berujung
Mencengkram bahu yang tidak bergerak
Merebut nyawa yang tidak bernafas
Apa sanggupku kata? Tanpa solidaritas?!

Kemarin adalah kenangan, dan hari ini adalah tantangan
Melupakan yang telah terjadi dan mencoba melawan ego
Aku meremas air, menangkap udara
Aku meraba bayangan dan menggertak

Apatis tak berujung…
Kata itu yang tiba-tiba mengombang-ambingkanku
Diantara banyaknya gajah, ada semut yang menggigit
Hanya karena sifat ku seorang teman menjauhiku
Diantara semua cahaya, aku tak berdaya
Menahan kemampuan, cahaya dan jiwaku

Apatis tak berujung…
Aku terus terjerat didalamnya
Aku terus terkepung ketakutan…
Takut membuka mata dan selalu berkata,,,

Apatis tak berujung…

Cerpen *Call Me TI


Ti
Kamu menangis lagi? Kamu mengijinkan air mata kamu yang bersih dan tulus itu hanya untuk menagisi orang seperti dia? Untuk apa???! Kamu harus sadar! Bangun dari mimpi-mimpimu yang tidak akan menjadi kenyataan itu! Tidak ada gunanya kamu mengharapkan sosok seorang ayah yang baik dari orang seperti dia! Ingat,dulu kamu bukan siapa-siapa di matanya, meskipun kamu adalah anak kandungnya dan kamu sempat meragukan itu ketika dia  selalu memukulmu seperti musuh bebuyutan tanpa memandang kamu sebagai gadis remaja yang sudah merasakan malu ketika mereka anak seusia kamu melihat dan menertawakan kelakuan ayahmu terhadapmu?! 

Tidak ingatkah kamu bagaimana mereka menghina  ibu kamu, sosok pahlawan yang sangat agung dimatamu, di hina dan dianggap tidak ada?! terlebih lagi ketika ibumu di permainkan oleh segerombolan anak-anak nakal yang seharusnya saat itu kamu lempari dengan batu saja! Ibumu, kamu, adik-adikmu tidak ada di hargai sama sekali!!! Sadar! Kamu harus membalaskan semuanya saat ini, apa yang ayahmu lakukan saat itu, balaskan! Keluarkan semua yang kamu ingin sampaikan kepadanya, cacian, makian ataupun apapun untuk membalas dendam kamu kepadanya! Cepatlah.., dia masih tergeletak lemah di kasur itu, tidak mungkin dia akan membalas memukul mu ketika kamu menghinanya! Lakukan sekarang!
Tapi aku tidak bisa!! Bagaimanapun dia ayahku, karena dia aku bisa berada di dunia ini... karena dia aku mampu berdiri tegak di hadapannya sekarang... tanganku gemetaran melihatnya terbaring sakit di ruangan ini... ayah...

Baiklah, kamu tidak akan membalas semuanya sekarang ini, tapi bagaimana menurutmu adikmu yang sekarang entah dimana, bahkan kamu sendiri belum pernah bisa memaafkan dirimu sendiri karena kejadian itu..! karena ayahmu itu, sosok orang yang buruk,..! ia pemabuk, ia penjudi kelas kakap, ia menjual motor kalian yang merupakan kendaraan satu-satunya keluargamu untuk mengais rejeki sebagai tukang ojek, tentu adikmu marah kepada ayahmu dan ia meninggalkan rumah karena tidak sanggup berhadapan dengan ayahmu lagi!! Kamu tidak melupakan kejadian-kejadian itu begitu saja kan?!


Cerpen *Masa Gelap di Penghujung Waktu (Catatan 2015)


Malam perteduhan

Rintik-rintik air di pelupuk mata mulai berjatuhan. Malam ini suatu kisah baru mulai kujalani. Entah harus bersyukur, entah harus menangis, meratap. Aku dalam kesendirianku seperti dalam penjara gelap yang dikelilingi kegelapan dan kepahitan hati. Malam yang tak pernah terbayang oleh ku, aku mampu mengingat seketika segala kepahitan dan sakitnya masa lalu dalam kisah hidupku yang menurutku sudah aku kubur dalam-dalam hingga tertutup rapat dengan senyuman dan tawa yang indah.

Tapi aku tidak menyadari ada satu celah yang menyebabkan kisah itu tercium baunya hingga keluar dan menyesakkan dadaku juga pikirku malam ini. Aku tidak tahu kepada siapa aku harus menceritakan bagaimana pahitnya malam ini. Aku juga tidak tahu kalaupun ada yang datang atau mau mendengar ceritaku, aku sangat bersyukur. Aku hanya butuh seseorang pribadi yang tulus tanpa harus menjawab dan hanya mendengar semua ceritaku malam ini. Itu saja sudah cukup.
Dulu, malamku begitu gelap. Sama sekali tidak ada setitik celah untuk cahaya memasukinya. Gelap sekali, bahkan terlalu gelap untuk seorang anak yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar. Masa kecil yang terlalu menyakitkan bagiku. Bahkan jika aku mengingatnya, aku dan hatiku seakan-akan terasa sesak tak bernapas. Seakan-akan aku merobek dagingku dengan belati yang tajam, dan pedihnya tak terdefenisikan oleh apa atau siapapun itu.

Aku seorang gadis yang terlahir dalam segala kekurangan. Setidaknya menurutku, itulah kata yang pantas untuk menggambarkan keadaanku saat itu. Tidak ada sesuatu yang spesial. Tidak ada sesuatu yang bisa aku harapkan atau tidak ada sesuatupun yang dapat aku andalkan dan aku banggakan kepada oranglain bahkan untuk diri sendiri. Aku terlalu HINA!

Bahkan dalamnya luka itu masih terasa hangat dan jelas di mataku saat ini. perasaanku tercabik jika ada hal-hal yang membuatku teringat akan hal itu. Jika ada saat-saat yang membuatku terpaksa dan harus membuka kembali rasa yang tak terkatakan itu. Lidahku terlalu kelu untuk mengatakannya, bahkan jika hanya sebuah kata yang dapat mengingatkanku lagi. Tidak juga dengan perasaan-perasaan hangat yang diberikan oleh orang disekitarku, untuk menyayangiku atau yang memang benar-benar mengasihiku. Aku terlalu menutup hatiku. Aku menolak setiap rasa sayang yang diungkapkan maupun yang terungkapkan sekalipun akan aku tolak seketika jika aku menyadari bahwa hal-hal itu ternyata mengganggu kenyamananku. Karena aku TAK PERNAH DIKASIHI, TAK TAHU MENGASIHI dan TIDAK MENERIMA KASIH. Bagiku, duniaku adalah ketika ketenanganku tidak diganggu orang lain maka aku juga tidak akan pernah menggangu yang lain. Cukup menjadi diri sendiri, menjalani kisahku sendiri, dan meratapi nasibku sendiri.

TRAGIS!
Sungguh MENYEDIHKAN!
AKU SENDIRI!!!

Tak ada kata lain yang terucap dalam hati selain ‘AKU INGIN MATI’
Aku teringat saat itu. Mata terpejam tetapi hati menangis. Dadaku sesak menahan amarah dan kesedihan yang dalam itu. Jika aku bisa sebebas-besasnya mengeluarkan isi hatiku, aku ingin sekali menjerit dengan sekuat tenaga hingga kekuatanku hilang dan habis hanya untuk menyatakan bahwa

‘AKU SEDIH’!!!
AKU SAKIT!!
AKU MENDERITA DISINI!!!
AKU INGIN BEBAS, BEBAS, BEBAS DAN BEBAS!!!

Tidak adakah yang mendengar suaraku? Tidak adakah yang melihatku disini?! Disudut kegelapan ini???

Aku kedinginan dalam kebekuan kasih yang sudah lama hilang. Aku kekeringan air mata untuk menyampaikan emosi-emosiku. Aku lelah dengan kebohongan belaka. Aku tidak suka wajah dan hatiku ini berbanding terbalik ketika mereka, orang-orang itu melihatku. Aku seakan-akan orang MUNAFIK yang terlihat tenang tetapi sebagian dari diriku hilang. Hatiku tak lagi merasakan apa perbedaan antara kehangatan kasih yang sesungguhnya dengan perasaan terluka dan menutup diri bahkan menolak mereka yang mendekat. Meski itu tulus dari hati mereka. Aku menyadarinya. Tetapi, mata hatiku terlalu keras tertutup dan aku sendiri saja tidak tahu bagaimana membuka kembali pintu itu meski hanya terbuka untuk sedetik saja.

Aku terlalu nyaman dengan keadaan ini. Nyaman dengan perasaan-perasaan benci dan dendam. Nyaman dengan wajah dan ekspresiku yang pemurung dan bengis. Nyaman dengan fisikku yang keras dan selalu respon menolak uluran tangan orang lain. Terlalu nyaman dengan keirian jika melihat orang lain bahagia bahkan sudah terlalu nyaman dan mencintai kenyamanan akan pribadiku yang emosian dan tertutup menghindari orang lain setiap waktuku. Hanya mencintai kesendirian dalam kegelapan malam bahkan untuk dunia yang luas ini aku tidak dapat menyadari sinar matahari yang panas menyengat kulitku setiap hari. Hanya ada kebekuan dalam setiap sel darahku. Hanya itu yang aku tahu. Dan meski aku tahu, tetapi aku sudah terlalu nyaman akan ini.

NYAMAN dan MENCINTAINYA!

 


Perihal Memberi_


Berilah Tanpa Meminta_

Kututup mata dan kuhempaskan tubuh di bangku yang ada di balkon rumah. Aku mulai mengingat kembali lagi akan kalimat yang tercantum dalam kertas tata cara ibadah muda-mudi tadi siang, yang mengatakan bahwa:

Ketika aku ingin kaya, aku lupa bahwa hidup adalah kekayaan.
Ketika aku takut memberi, aku lupa bahwa semua yang aku miliki adalah pemberian.
Ketika aku takut rugi, aku lupa bahwa hidupku adalah sebuah keberuntungan karena anugerahnya.
Ternyata hidup selalu indah jika kita selalu menyukurinya…

            Sejenak aku ulang-ulang kembali kalimat-kalimat tersebut hingga aku tuliskan kembali dan aku renungkan berkali-kali. Benar memang apa yang tercantum didalam kalimat tersebut, bahwa banyak hal yang tidak aku syukuri dalam kehidupan ini. Hidupku menjadi sulit dan sering menjadi tekanan bagiku karena pola pikir dan cara ku yang tidak pernah puas dan tidak pernah mau memberi dan hanya meminta dan menuntut saja kepada Tuhan.

            Pagi ini aku berangkat kekampus dengan perasaan kacau dan terasa serba terburu-buru, dikarenakan kebiasaan burukku yang sering menunda-nunda dan tidak disiplin. Semua tugasku yang akan dikumpul pada hari ini belum selesai dan aku juga tidak sempat sarapan. Intinya pagi ini benar-benar menjadi mimpi burukku.

Kuliah dimulai dan waktunya pengumpulan dan presentasi tugas, tetapi aku tidak ada persiapan sama sekali, akhirnya hal yang tidak aku inginkan pun terjadi. Dosen memarahiku dan memberikanku nilai terburuk, yaitu D. Selanjutnya aku merasa kesal dan membatin sendiri, dan lebih kesalnya lagi tidak ada teman yang mau membantuku, mereka mengacuhkanku ketika aku meminta diperlihatkan tugasnya atau sekedar mengajariku cara mengerjakannya, mereka tidak mau. Aku benar-benar kesal dan ingin sekali memarahi mereka.

Aku mengutuki mereka dan diri sendiri,ahh.. sial banget aku kali ini, dan awas saja kalian... teman-teman yang baik ketika ada maunya saja.. awas saja kalian...!. akhirnya kekesalan hari ini berakhir juga, jam kuliah berakhir dan aku buru-buru berkemas. Aku menjadi periang kembali, ahhh... bebas juga ternyata, tetapi, aku tidak akan melupakan kejadian tadi dan mereka orang-orang itu, aku akan mengingat kejadian itu dan sebagai motivasi setidaknya agar lebih mempermalukan kalian suatu saat nanti.. hahhaha...

Cerpen *Menunggunya dalam diam (Catatan 2015)


Dia yang kunantikan
Sejauh mata melihat bahkan sejauh hatiku terpaut, maka hanya dia yang selalu ada. Entah sejak kapan rasa ini ada. yang aku sadari perasaanku semakin menjadi dan semakin kuat terhadapnya. Aku bertahan dan tetap menunggu. Aku menanti dan tetap menatap ke arahnya. Aku bahkan tak mengetahui kalau aku sekarang sedang dan masih di tempat yang sama mengharapkannya menjadi bagian dari kisah hidupku dan seseorang yang akan menjadi sandaranku di dunia ini untuk mengarungi berbagai macam gelombang kehidupan yang sangat kuat ini.
Sudah dua tahun aku mendoakannya. Menunggunya dalam diam. Tersenyum kearahnya dan bahkan tak jarang aku memberinya kode dengan berbagai cara yang menurutku masih pantas dan wajar bagi seorang perempuan Allah.
Kesepian???
Ya, tentu. Dikala aku sendiri dan saat aku mulai merasa beban dan tanggung jawab ini semakin banyak terkadang aku menantikan dia ada untuk berada di sisiku. Minimal membaca sms darinya atau mendengar suaranya saja sudah cukup bagiku untuk memulihkan kembali semangat hidupku.