Senin, 07 Maret 2022

Mencintai Hingga Terluka-

 Cinta dalam KBBI adalah suka sekali; sayang benar; kasih. Sedangkan, mencintai adalah kegiatan yang dalam keadaan sadar dilakukan, merasakan rasa suka sekali; sayang benar; dan kasih terhadap seseorang. Perasaan dimana hal apapun akan dilakukan untuk menyatakan rasa itu kepada seseorang. Akan banyak hal yang dicoba demi menyenangkan orang yang dicintai. Lalu, bagaimanakah jika ketika mencintai, yang didapat adalah justru luka? Sayatan demi sayatannya akan membuat perih dalam hatimu layaknya pisau yang tertusuk tajam dalam dan itu terus dirasakan ketika mencintai seseorang. Bukankah jika demikian, cinta sungguh sangat mengerikan? masih kah akan memberikan yang terbaik? masih kah mau mencinta?


Mencintai hingga terluka...

Siapa yang rela melakukannya?

Setiap orang ingin dibahagiakan. Setiap insan ingin senang dan tidak seorangpun ketika mencintai seseorang dengan sangat, yang ia harapkan adalah luka. Tidak seorang pun. Luka didapati dari sesuatu hal yang diharapkan namun yang terjadi justru kebalikannya. Hal yang diharapkan adalah dicintai juga dengan baik, disayangi, dianggap, dll. Namun, ketika yang didapat bukan balasan yang seperti itu, ketika kamu sudah sepenuhnya memberi yang terbaik, mungkinkah luka yang terasa? ya. Bisa saja. Tersebab ada harapan yang mengikuti. Ada ingin untuk dibalas dan mendapat yang terbaik pula. Ada kemauan untuk bisa memiliki rasa yang sama. 


Namun, bukankah ketika berniat mencintai ada kesiapan yang mengikuti?

Siap dengan segala macam konsekuensi. Siap ketika hatinya dipatahkan, dan siap menanggung penderitaan. Bukankah cinta hakikatnya indah, baik dan menyenangkan? Lalu, mengapa keburukannya juga tidak sekalian kita bungkus sepaket di dalamnya? sebab kita tahu bahwa ketika ada bahagia, ada luka yang tentu harus kita terima.


Tuhan mencintai umatnya.

Demi cinta yang tulus, rasa sayang, dan kasih, maka IA turun dalam rupa manusia. Ada roh yang tinggal yang menjaga umatnya. Ada Yesus yang menunjukkan jalan dan teladan dalam hidup. Bukankah IA juga demi cintanya harus melalui banyak waktu dan perjalanan panjang dalam dunia? ada proses dimana IA ditantang agar egonya muncul. IA dihina. dicaci, dimaki, dijauhi, dipukul, diacuhkan, diabaikan, diragukan, dihianati, bahkan akhirnya demi cintanya IA pun rela mati demi kesalahan yang tidak pernah ia perbuat? padahal hatinya tulus demi cintanya, demi umatnya. GREAT bukan?


Mengapa pada setiap hati yang terluka ketika mencintai tidak belajar dari guru agung kita?

Bukankah kita tahu bahwa pada akhirnya ketulusan cinta akan mengalahkan segalanya?

Sekalipun mungkin mereka meninggalkan kita, atau kita lenyap hilang tak bernyawa, bukankah kita percaya cinta kita akan dikenang dan abadi dalam hati setiap insan yang pernah kita cintai dengan begitu baik?

Jadi, yoook...

Mari terus mencintai hingga terluka. Luka-luka itu akan menguatkan kita pada perjuangan yang seharusnya kita perjuangkan. 

Ingat, bahwa cinta yang tulus akan menghasilkan kebaikan, keindahan, dan kenangan yang tak terlupakan. 


:) :) :)

Senin, 25 Oktober 2021

Pernikahan (Kawin) dalam Kristen

Membentuk keluarga merupakan keputusan yang sangat penting dan perlu dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Seseorang yang akan kamu ajak bersama mengarungi sisa hidup selama Tuhan berkenan memberikan kesempatan di dunia. Hal ini bisa menimbulkan dua dampak. Bisa kebahagian atau bisa juga penderitaan.

Nikah atau kawin dalam KBBI, bermakna "membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristri; menikah".

Melihat pengertian di atas, kita menyadari bahwa pernikahan pada hakikatnya berlangsung dengan sesama jenis. Artinya, anggapan atau penerimaan menikah dengan sesama jenis juga tidak diperbolehkan terutama dalam iman percaya, hal ini juga sangat dilarang.

Dalam Kejadian 2:24 dikatakan bahwa, "sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging". Hal ini memberikan pemahaman bahwa ketika sepasang kekasih/ atau orang muda menyatakan siap menikah, maka hanya akan ada dua pribadi di dalamnya bersama Tuhan sebagai pemimpin keduanya. Keluarga berada di garis luar dari keduanya. 

Berbicara mengenai pernikahan tidak akan pernah ada habisnya. Pernikahan adalah anugerah Tuhan pada setiap kita. Kepercayaan dan tanggung jawab yang Tuhan berikan agar kita bisa membangun hadirat Tuhan di dalamnya membuat setiap keluarga memiliki tantangannya masing-masing. Kekuatan setiap pasangan juga berbeda-beda, untuk itu perlu punya hikmat Tuhan dalam membangunnya. Semakin sukses dalam memecahkan masalah, menghadirkan harmoninya Tuhan dalam sukacita keluarga, relasi yang penuh dengan kasih, dan ucapan syukur dalam segala keadaan, adalah kunci bagaimana menghadirkan Tuhan dan menciptakan pernikahan yang menarik dan dinikmati, baik dihadapan manusia maupun Allah.

1 Petrus 3:7, Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.

Kehidupan saling menghormati juga harus tetap ada dan ditumbuhkan bersama pada suami istri, meski keduanya merasa bahwa pernikahan sudah cukup lama dan sudah saling kenal. Namun, sikap saling menghargai dan mengasihi satu sama lain akan menimbulkan sikap hati yang terus menyadari adanya saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga satu sama lain merasa dibutuhkan dan tidak ada yang merasa tidak dipedulikan.

Menikah itu sangat mengasikkan bagi sebagian orang yang menghargai suatu pernikahan. Neraka bagi sebuah pernikahan yang di dalamnya tidak menghadirkan kasih Allah. Esensi pernikahan terletak pada kedua insan tersebut. Komitmen untuk saling mengasihi dan menolong satu sama lain harus terus dikembangkan dan ditumbuhkan. Allah adalah inti dari semuanya. Selamat berbagi kasih dan bertumbuh bersama. 



Minggu, 26 September 2021

Aku bukanlah aku.

 Ini kali tulisan ku yang pertama sejak berhenti menulis. Aku tetiba merasa menulis bukan hal yang menarik dan mengasikkan. Banyak hal yang rasanya ingin aku tuangkan, namun berakhir pada satu kata, lalu kuhapus. Ah, entahlah. Aku merasa tidak bersemangat untuk merangkai kata, dan menerjemahkan asa dalam lisan.


Dua dekade berkecimpung dalam perjuangan dan masa yang beda. Dunia yang baru saja aku pelajari, kini Sang Empunya terus menambahkan satu tantangan begitu cepat. Anugerah yang terkadang menjadi bencana buatku. Aku tak mampu menjadi yang terbaik dan tak pernah lulus dalam permainan dunia.


Ego

Ya. Ada ego yang semakin meninggi dalam hatiku. Kepalaku rasanya pecah dan batinku rasanya remuk dengan api yang membara memanaskan naluri. Aku sedang mencari apa yang hilang dalam perjalananku. Sepertinya aku bukan aku. Berusaha melihat sedemikan rupa, namun dihentikan oleh satu tatapan dan kata yang tak bermanfaat.


Melakukan yang terbaik itu adalah aku. Mengusahakan yang terlihat sempurna akan aku lakukan, demi orang yang aku cinta. Namun, disini tak ku temukan. Pada jalannya ada banyak liku yang tak bersambut. Kau meneriakkan bunyi, namun bersambut kata. Kau menggemakan nyanyian, namun bersambut hentakkan. Dan bukankah akan lebih terasa pilu, jika kau memberikan senyuman, namun kau hanya mendapat hardikkan. Tak bersambut.


Ibarat patah hati sebelum menyatakan. Ada luka yang kau dapat sebelum memaparkan. Meski, apa yang kau usahakan adalah yang terbaik dari apa yang kau miliki. Keseluruhan jiwa kau beri, namun itu bukan hal besar baginya, dia yang kau beri namun itu tak cukup untuk menyenangkannya. Hanya sebuah kado kecil tak ternilai, meski itu hartamu satu-satunya. 


Kau memendam keseluruhan kepingan luka, rindu, dan bimbang. Kau ingin menyatukan nya, namun itu takkan pernah bermakna. Tersebab, setiap luka, rindu, dan bimbang bukanlah satu kesatuan. Kau hanya buang-buang waktu percuma. Kadang ada cinta yang melimpah, seketika hilang dengan sebuah pilu. Terkadang kau merasa cinta adalah hidup, namun hentakkan membuatnya sirna. Ya. Hati yang tak dijaga, akan pudar dilumat luka.


Diam.

Itu saja yang akan mampu menjaga benteng egomu. Menahan dan tak sesumbar melepas kata. Sebab, kata takkan mampu dihapus waktu. Apa yang terucap terkadang hanya akan membuat bekas yang terlihat jelas. Takkan hilang oleh waktu, meski terlihat pudar dan seolah-olah tak terlihat.


Aku tak tahu sampai kapan.

Aku bukanlah aku.

Semakin waktu menggiring diri memasuki masa-masa yang berbeda. Semakin aku bukanlah aku. Keterpaksaan memaksa diri mengubah haluan. Mengubah rasa, dan mengubah ingin. Berharap akan ada waktu menjamah diri dan menyadarkan akan berartinya sebuah kata, sebuah hati, dan sebuah makna. Mungkin saat nanti, dimana aku tak lagi ada menemani waktunya yang berlalu.


Jkrt, 27/10/21

Kamis, 21 Januari 2021

Gadis Kecilnya Tuhan_

(Mazmur 5-12) Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai d selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria e orang-orang yang mengasihi nama-Mu. (5-12) Namun, biarlah semua orang yang berlindung di dalam Engkau bersorak-sukacita.


"Akulah gadis kecil Mu ya Tuhan, yang duduk di bawah kakiMu, menatap Mu sambil tersenyum padaMu, menunggu kataMu untuk apa yang harus aku lakukan selanjutnya".


Sungguh indah bukan? 

Membayangkan diri dan menganggap diri sebagai anak yang terus menunggu Bapanya, menanti-nantikan "apa lagi ya yang akan Bapa sampaikan kepadaku?", seperti itulah rasa hati yang begitu menikmati kehadiran Bapa sebagai sosok yang terus mencintai kita.


Di usia 27 tahun bahkan di usia berapapun, kita tetaplah anakNya. Setiap hari dengan sukacita seolah-olah menanti-nantikan dan berbicara kepadaNya untuk apa yang akan dikerjakan hari ini. Pada waktu pagi hatiku menanti-nantikan suara Tuhan Allahku. 


Hendaklah kita beria-ria, 

Meminta hikmat dan damai sejahtera dalam menghadapi setiap hari yang Tuhan izinkan boleh kita nikmati dengan tantangan dan segala perkara bahkan sukacitanya.


God bless Us :) 

Jumat, 08 Mei 2020

Dialog Malam & Rindu_ (Cerpen)

Rindu :

Malam, ini menyiksa. Tiba mu begitu cepat. Mentari baru berarak naik menyatakan hangatnya kasih yang luas tak berbatas. Namun, senja tetiba menghampiri dan engkau pun beranjak menguasai, menenggelamkan wajah dan memupuk rasa kuatir. Engkau menyibakkan suka menjadi luka, luka yang terlalu dalam dan kini ia kembali hadir dengan hadirmu ia beriring.

Malam, goreskanlah satu kata yang mungkin bisa memastikan perihal rasa. Memastikan bahwa semua akan menjadi akan lebih baik, membahagiakan, dan akan mempertemukan. Gerak langkahmu menutup mata hati, menyesakkan dada, membanjiri diri dengan air mata. Karena aku _Rindu_.




Malam :

Rindu. Aku berpura-pura tegar pada langkah. Wajah menatap tajam, dan perihal mata cerah dengan senyum lepasku bukanlah sungguhan. Aku memilih terlihat bahagia hanya untuk tidak menutup masa dan menaruh luka lalu pergi. Aku memburu waktu untuk menjamu diri agar engkaupun tahu bahwa menutup luka dengan paksa adalah suatu kesakitan dan keputusan yang keras pada diri. Bahkan lamunan hanya akan terasa menyakitkan, sekalipun lamunan itu mengisahkan betapa bahagianya aku dengan keadaan saat ini, Rindu.


Aku selalu menggoreskan perihal namamu dalam setiap perjalananku. Entahkah terkadang dalam langkah, dalam rupa yang berwujud, bahkan terkadang dalam senyuman yang aku beri. Namamu memang senyata itu dalam diri, lekas membekas namun sakit untuk dilepas.

Apa???
Lupakan???!!

Semudah itu mungkin terdengar. Tapi, bukankah kamupun paham, bahwa kebencian didasarkan oleh sebuah pertemuan yang dipisahkan tanpa sebuah ketetapan. Pertemuan yang dibarengi sebuah senyuman namun diakhiri tanpa di dampingi sebuah kata. Juga, pertemuan yang diawali tatap dan ditinggalkan dengan ratap.

Hahahaha....
Rindu, kau dimana? Masihkah menetap?


Rindu :

Hatiku hancur.
Barangkali, Semesta memberi kita ruang. Yaitu terang yang kian menjadi kelam. Sementara dalam waktu itu, kita tidak menyadari bahwa kisah akan berakhir, dan entah kapan kah itu, hingga hanya air mata yang terlihat. Sesak di dadamu pun belum selesai, saat semesta mempertemukan kamu kembali dengannya, saat terang hampir menyapa dan kamu sedang bersiap menyambutnya. Tapi sayang, itu seperti membuatmu berada dalam lingkaran setan. Kamu hanya akan semakin tersakiti. Seandainya malam tetaplah malam, atau terang tak tergantikan malam, mungkin semua akan tetap sama. Namun, perlu kamu tahu dunia tak seperti yang kita harap. Cuaca berubah tanpa kamu sadari. Kadang hujan tak didahului mendung. Kadang terang tak selalu terlihat matahari. Kamu pun paham bahwa justru terkadang gelap tetiba datang tanpa tanda dari Semesta. Lantas, masihkah kamu bertahan pada semuanya, malam...

Malam :

Sudahlah.
Jangan lagi rindu.
Aku tak mau ada yang terluka. 

Dulu memang benar. Apapun akan aku lakukan untuk kita. Namun, ternyata aku salah selama ini. Aku pikir bahwa cinta adalah penerimaan ternyata aku salah, cinta adalah pilihan. Kamu memilih pilihan. Kamu menetap pada satu pilihan tanpa menunjukkan padaku arah jalan pulang. Tanpa menunjukkan bagaimana caranya melupakan, bagaimana caranya menutup tanpa menyentuh, dan bagaimana cara menghapus kenangan tanpa mengingatnya.

Tahukah kamu bagaimana aku berjuang mencari jalan pulang? Tahukah kamu aku meratap, berteriak, dan menjerit namun tak satupun yang mendengar. Betapa teganya kegelapan menemani tanpa secercah cahaya. Tahukah kamu bagaimana aku mencari cara untuk melupa sebuah kenangan yang kita sengaja buat mengira bahwa akan kekal selamanya. Dan apakah kamu tahu aku terus menggila untuk melupakan, tapi semakin aku berusaha semakin aku terluka dan kenangan itu semakin menyeruak membuat aku terpuruk dan hancur.

Sakitnya membekas hingga pagi menjelang.
Tapi hanya ada kata rindu.

_salam pada rindu_
_malam yang kau tunggu_
_Kisah yang kau tutup_



*Er/8/5/20

Senin, 04 Mei 2020

Selalu Ada Awal_

Tangan bertaut
Jari jemari bercengkrama dalam sunyi
Seuntai kata demi kata terlantun
Bibir mungilnya menderu dalam khusuk
Rintik hujan di pelupuk matanya berjatuhan
Itulah ranah seonggok tubuh mengadu
Dalam pekat
Gelap
Hidup yang menerkam
Ia menyerah dalam doa
Tangisnya pecah. Tatkala batin dan pikirnya bertemu dalam kisah kegagalannya
Ia meringis memohon ampun pada nista
Salah
Dan, noda hidup yang menghiasi

Selalu ada awal,,,

Saat hatimu mengadu
Batinmu merayu
Dan pikirmu meminta
Semesta akan memberi ampunan.

Kembalilah...
Jalan setapak demi setapak memang menyakitkan
Berujung nikmat kan kau dapat
Menyerah di pusara kehidupan bukanlah semestinya
Kau,
Lebih dari pemenang

Memulai baru_

Senin, 24 Februari 2020

Hidupku adalah belas kasih, Matiku adalah anugerah.

Jika dipikir-pikir, apa guna hidup tanpa mengenal "apa artinya hidup". Bahkan, kematian adalah akhir sesungguhnya. Juga, mati adalah kesendirian. Lalu, pertanyaan dalam diri, "seberapa siapkah aku untuk itu? Bisakah aku mempertanggungjawabkan semua anugerah yang sudah aku terima dari-Nya? Sedangkan aku selagi hidup sibuk dan asik mencari kesenangan diri. Terlalu kurang seluruh anugerah yang ada hingga diri terus merasa tersiksa dan haus semakin haus akan kesenangan semu, hingga lupa diri dan waktu, tetiba akhir usia menutup". Aku terkejut.

Melebihi seperempat abad, aku sudah menjelajahi bagianku. Sebenarnya bukan waktu singkat. Terlebih ketika melaluinya tahap demi tahap, kataku dalam hati "TANPA PERTOLONGAN TUHAN, AKU TIDAK MUNGKIN MAMPU MELEWATINYA". Terlalu berat rasanya ketika cobaan yang diizinkan-Nya menimpa. Tanpa hati yang kuat pada ketegaran akan percaya suatu saat kelak hidup akan berubah, bahwa Tuhan tidak sedang tidur, bahwa hidupku adalah anugerah, bahwa pula tidakkan mungkin Tuhan mengizinkan aku hadir di muka bumi ini tanpa arti, dan tidak hanya untuk menderita.

Perih.
Luka yang tidak akan pernah pulih jika aku tidak melihat bahwa kasih-Nya yang benar-benar memulihkan semua lukaku. Luka yang diberi tanpa sengaja dalam keluarga yang hancur, luka pada masa perjuangan seorang diri, luka pada masa kegagalan demi kegagalan. Bahkan, terakhir kali ketika apa yang didoakan setulus hati, apa yang diinginkan demi kebaikan pada Sang Pencipta (pikirku) menjadi tak pernah berwujud. Kekecewaan demi kekecewaan membuat beberapa waktu diri menjadi takut. Menjadikan kekecewaan sebagai amarah yang tak terluapkan. "Ya, aku pernah marah pada Tuhan". Ya, aku kecewa. Cukup sangat kecewa. Hingga berbulan-bulan aku hampir tidak menikmati waktu teduh bersama-Nya lagi. Aku hampir lupa bagaimana caranya berdoa dari kesungguhan. Hanya ada rasa kecewa, marah berbalut pasrah. Kemudian, kekecewaan demi kekecewaan aku lampiaskan pada kepasrahan memilih tanpa berpikir dan tanpa benar-benar mendoakannya, meminta petunjuk-Nya pada pilihan hidup. Beberapa kali juga Tuhan membiarkan memberikan pembelajaran, akibatnya diri harus menanggung kesalahan itu dengan kecewa yang lebih dan tangis yang tak terhitung. Aku tahu rasanya hancur. Semenjak itu aku akrab dengan hati yang patah. Bahkan, aku sudah merasa bagianku adalah selalu salah. Pikiran yang seharusnya tidak pernah ada dalam diri.

Kali ini, aku berpikir "apa hidupku?". Jika aku terlalu memusingkan diri pada duniawi ini, bukankah bagianku hanya kesendirian dalam kematian kelak? Bukankah kelak Tuhan tidak akan mempertanyaakan mengenai segala yang aku pusingkan ini? Wahai diri, mawas dirilah selalu. Wahai diri, jalanilah hidupmu tanpa harus berpikir akan hari esok. "Kesusahan sehari cukuplah sehari". Wahai diri ada Tuhan yang senantiasa mencintaimu meski dunia bahkan meninggalkan dan mengecewakanmu, nikmatilah kasih-Nya yang hakiki. Ia memanggilmu begitu lembut. Datanglah dan minumlah air hidup dari-Nya yang akan menyejukkan batinmu.

Bertahanlah_

Senin, 13 Januari 2020

RPP 1 LEMBAR_TEKS EKSPLANASI


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
No. KD 3.9-4.9/VIII/2020

Satuan Pendidikan    : SMP Kalam Kudus Pekanbaru
Mata Pelajaran          : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester       : VIII / 2
Materi Pokok            : Teks Eksplanasi (Mengidentifikasi informasi isi teks)
Alokasi Waktu          : 1 pertemuan (3 JP)



1.     Tujuan Pembelajaran
-        Peserta didik dapat mengidentifikasi informasi dari teks eksplanasi berupa paparan kejadian suatu fenomena alam yang diperdengarkan atau dibaca.

2.     Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
2.1  Alat dan Bahan
2.1.1. Alat             : Proyekor, Laptop,
2.1.2. Bahan          : Video “Sebab Akibat Banjir”
2.1.3. Pertanyaan    : Apa sajakah ciri teks ekplanasi tentang fenomena alam yang dibaca/didengar?

2.2  Siswa berlatih praktik/mengerjakan tugas halaman buku 130 dan 132.

2.3  Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok/individu tentang menentukan ciri teks ekplanasi berdasarkan video fenomena alam “banjir” yang dibaca/didengar.

2.4  Menyimpulkan dan Penilaian Pembelajaran
2.4.1. Kesimpulan Pembelajaran
Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pada tatap muka secara bersama-sama.

2.4.2. Penilaian (Terlampir)
1.   Sikap                  : Pengamatan (Jurnal)
2.   Pengetahuan      : Penugasan
3.   Keterampilan     : Kinerja proses





                                                                                                            Pekanbaru, Januari 2020
Mengetahui                                                                                      Guru Mata Pelajaran/Kelas
Kepala Sekolah


Elysabet Jainem, S.PAK.                                                                   Ernimawati Halawa, S.Pd.




Rabu, 08 Januari 2020

Esensi sebuah 'DOA'

Apa sih 'doa'?
Jika ditinjau dari katanya, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), doa adalah permohonan (harapan, permintaan, pujian) kepada Tuhan. Sedangkan, jika dilihat dari sudut pandang orang Kristen, maka doa adalah nafas hidup orang percaya. Lalu, kira-kira, apa itu doa sebagai permohonan kepada Tuhan maupun nafas hidup orang percaya? 

Sebagai sebuah permohonan, maka sudah pasti berdasarkan katanya, dapat diartikan bahwa doa selalu berisikan permohonan yang ditujukan kepada Tuhan. Sering sekali jika diamati pada semua manusia, akan banyak versi berdoa (yang isinya permohonan) ditujukan kepada Tuhan (sesuai kepercayaan masing-masing). Setiap lantunan doa itu berisikan harapan/pinta yang sedang disampaikan guna sebagai bentuk keinginan kepada Tuhan dan harapannya setiap manusia yang memohon, Tuhan akan kabulkan. 

Di sisi lain, sering terdengar bahwa doa adalah nafas hidup orang percaya. Mengapa dikatakan sebagai nafas hidup? Tentunya hal ini bukan di dasarkan pada sembarang makna. Nafas hidup artinya bahwa setiap orang percaya (Kristen) mengaku bahwa doa adalah seumpama bernafas. Manusia tanpa bernafas maka akan meninggal, dikarenakan nafas merupakan satu-satunya tanda bahwa manusia itu hidup dan dapat melangsungkan kehidupannya. Menurut setiap orang percaya, doa begitu sangat penting dalam kehidupan.

Doa adalah dasar dalam kehidupan. 
Sebagai makhluk ciptaan dan sebagai pribadi yang percaya, maka doa begitu sangat penting di dalam hidup. Di dalam melangsungkan kehidupannya, manusia tidak terlepas dari pada kekuatan spiritual, yang bagi orang percaya, kekuatan itu sumbernya adalah berasal dari Tuhan. Yesus yang dalam rupa manusia Tuhan menebus manusia dengan menjadi manusia dalam rupa-Nya. 

Kehidupan doa sangatlah penting. Penting sekali memulai hari dengan doa. Jika kehidupan ini begitu penting dan dianugerahkan Tuhan untuk menguasainya, maka bukankah sangat perlu memohon kekuatan dan hikmat dalam menjalani juga melakukannya setiap hari? Nah, berdasarkan hal itu, ada beberapa poin penjabaran mengapa doa sangat penting. Ada beberapa alasan, yakni:

1. Sebagai ucapan syukur
Sebagai manusia yang dianugerahkan kehidupan yang begitu baik dan diberikan kesempatan hidup sampai detik ini, maka sepatutnya ucapan syukur selalu kita berikan kepada Tuhan setiap waktu. Ucapan syukur itu kita berikan dalam doa-doa kita. 

2. Sarana komunikasi/kejujuran dari hati/meluapkan perasaan kepada Tuhan
Tidak dipungkiri lagi, doa merupakan komunikasi pribadi seseorang kepada Tuhan penciptanya. Kita akan sangat leluasa mencurahkan isi hati dan pikiran bahkan keinginan dan kekuatiran kita tanpa harus merasa dibatasi/terhakimi. Di dalam hidup kita, kita tidak akan pernah merasa ada orang lain yang semaksimal mungkin sebaik Tuhan kita yang akan mendengarkan kita kapanpun kita inginkan. Mengasikkan bukan?

3. Penenang hati
Ketika kita berdoa ketenangan akan kita rasakan di dalam hati. Ketika berdoa kita seperti melepaskan berbagai perasaan kepada Tuhan tanpa meragukan Tuhan, bahwa IA akan menuduh kita dan menyalahkan kita. Ketika semua kita lepaskan kepada Tuhan, kita curahkan sepenuhnya, maka hati kita akan merasa tenang dan lepas. Terlebih lagi jika perasaan kita benar-benar kita curahkan kepada-Nya dan menyerahkannya untuk Tuhan tolong.

4. Sebagai pemulihan jiwa
Dengan berdoa, secara tidak langsung kita akan dikuatkan dan akan mengalami pemulihan. Pemulihan akan segala luka yang kita rasakan. Kita akan belajar menyampaikan segala pinta, doa dan luka bahkan bahagia kepada Tuhan. Dengan demikian kita akan melepaskan pengampunan akan sesama, belajar untuk menurunkan ego, dan semakin bertumbuh dalam karakter kita untuk semakin dikuatkan dan berubah menjadi lebih baik ke depannya.

Teman-teman...
Melihat itu, ternyata DOA itu sangat menyenangkan dan bermanfaat. Let's try it. Coba aja dulu. 
Nikmati aja dulu.
Jika kamu masih suka malas-malas, atau masih menyimpan kekecewaan hingga membuat kamu malas berdoa dan masih marah sama Tuhan. Coba aja dulu...

Coba dan mulai hingga kamu tekun berdoa. 
Jadikanlah doa sebagai gaya hidup.
Jadikanlah Tuhan sebagai satu-satunya bagian dalam hidup kamu sebagai tempat curhat, tempat mengadu bahagia dan sedih mu, tempat percaya meski belum melihat kenyataan akan pekerjaan tangan Tuhan dalam hidup kamu.

_ayo berdoa
_aku mengasihi mu saudara di dalam Tuhan.
_GOD bless 😇🙏

Minggu, 01 Desember 2019

Sekuat hati_

Sesak.
Rasa berkecamuk di dalam dada. Pikir tak bisa diatur. Memang benar adanya, sekuat hatimu melawan bagaimana bisa kamu mengabaikannya? Sekuat batinmu menepis, bagaimana bisa rindu engkau tolak? Jika bayangnya selalu mengintaimu setiap waktu. Kita tak pernah salah. Hanya terkadang benar bahwa rindu tak pernah tahu diri, ia dengan begitu saja tiba tanpa sapa. Menjamu diri sendiri dalam sepinya waktu. Entah mengapa kenyataan membawa takdir pada suratan yang tak diinginkan. Menepisnya berulang kali hanya semakin melukai hati. Tak sanggup. Hanya ada kata rindu meski jauhnya jarak membentang. Wajah tersenyum namun hati menangis. Tidak mungkin melawan kenangan.




Razzaku_

Kamis, 21 November 2019

Cinta, Kita, dan Tinta_

Rona merah di wajahnya masih saja kental di ingatanku. Kala waktu masih milikku, dan seluruh kenyataan masih berpihak pada kesukaanku. Entah sudah berapa lama aku membayangkan wajahnya yang meneduhkan itu. Mungkin sudah beberapa menit, atau sudah beberapa jam lebih tepatnya aku di sini asik membuka kembali lembaran tentang dia yang sudah tidak sejalan denganku lagi. Sudah sangat lama. Ah, kebiasaan burukku masih saja aku pelihara. Sebentar sadar, beberapa waktu lagi aku masih mau mengingat kenyataan dulu itu. Getir memang.

Tintaku sudah hampir habis. Mataku mulai sembab tersebab air di pelupuk mata masih saja terus berderai tak hentinya. Setiap ingatan tentang dia hanya ada air mata pada setiap kilasnya. Inilah hal yang paling tak aku suka, juga paling aku rindukan. Tak suka jika kilas balik tentang dia dan kesakitan pada hati mengingat takdir tak memihak pada kami, terus bergulir. Di sisi lain, sejujurnya jauh pada lubuk hati, hanya melalui kenangan itulah diri bisa menemukan kembali sepenggal kisah dan bertatap mesra pada setiap kenangan lama itu. Ia, dia. Air mataku semakin membanjiri catatan kecilku yang tepat berada di bawah wajahku. Aku memang sengaja mengundangnya kembali hadir. Segetir itulah kenangan yang masih hidup sampai kini. Mungkin hanya aku dan Tuhan yang tahu rahasia itu hingga masa menutup waktunya untukku.

Setahun sudah. Aku kini bahagia pada sebuah sisi kehidupan yang penuh teka-teki ini. Kehadiran dia yang dahulu tak pernah aku doakan, yang tak pernah aku harapkan, kini telah mengubah segalanya. Dia adalah sosok yang paling aku butuhkan dan bukan yang aku inginkan. Mungkin itulah yang Tuhan kisahkan padaku.

Aku kembali goreskan sedikit demi sedikit pada setiap detik yang berlalu. Maju tak pernah menatap mundur. Beberapa detik kemudian berhenti di tempat untuk sekejap menarik napas panjang sebagai kekuatan di beberapa langkah ke depan, saat mata terbuka pada masa depan yang sudah di pelupuk mata. Ia menatap ke arah yang sama. Di depan sana. Ia menanti dengan begitu manis, tanpa spasi dan tanpa jarak pada kata. Hanya ada kedekatan yang berusaha untuk di rajut bersama. Ya. Dia yang membawa tangan beriringan belajar bersama. Dia yang kini menjamah wajah yang temaram dan mengganti luka menjadi suka. Dia yang dalam segala kekurangan nya membanjiri diri dengan air mata keberjuangan. Dia yang pada salam menjelma rumah sepanjang hayat.

"Kita"memang sedekat itu setelah menjadi jauh bahkan sangat jauh dengan tinta yang menggores kata "pernah", lalu menghadirkan kata "cinta" dalam perjalanan panjang. Langkah takkan pernah kau tahu lelahnya. Namun, jika masa membawamu berhenti dan memaksamu berhenti pula, maka berhentilah sejenak, sebelum kamu melangkahkan kaki maju dan takkan pernah mundur mengenang masa terburuk.

_E




Minggu, 17 November 2019

Rindu yang Salah_

Mahligai dari air mata.

Sejujurnya, langit tetap masih gelap. Bahkan pandanganku masih menaruh harap pada luasnya wajah bumi. Hatiku masih di sana. Tertinggal pada sebuah titik yang jauh tak tersentuh, bahkan tak terlihat oleh banyaknya mata. Jauh, di dasar kedalaman relung kasih. Masih tertinggal di titik yang sama. Masih terkekang oleh pusaran rasa yang telah menggunung begitu lama. Yang masih tertulis indah dalam goresan sebuah nama. Nama yang hanya akan tersimpan selamanya. Nama yang hanya akan tetap menjadi pengingat pada panjangnya lantunan doa yang menggema hingga ketetapan berkata lain. Semerbak wanginya masih tertinggal pada rasa yang masih ada. Masih....

Salamku terkadang hanya sebuah kata klise yang tak bergema, tak jua terdengar bahkan meski hanya sekadar gemingnya. Tak jua berbunyi.
Rindu.
Ya, aku rindu.
Merindukan senja yang pernah ku tatap dalam lekat yang tak bertepi.
Sangat merindukan senja yang pernah ku tunggu. Hingga penantianku berakhir pada malam yang gelap dan pekat. Tak berwajah. Hilang di telan kesunyian. Kekosongan hati dalam tatap sendu pernah ku lewati hanya untuk menjaga harapan yang pernah dan terus ku jaga, "mungkin akan datang" atau "mungkin, akan kembali". Ya. Sampai pada saat aku menyadari bahwa penantian ku di kala senja telah berlalu begitu lama. Tak ada kabar. Tak ada tanda. Tak ada pula hiruk sapa yang menenangkan. Hanya ada harap, cemas, dan kesedihan. Mungkin aku salah dalam menduga. Mungkin aku terlalu berharap. Mungkin aku lupa akan waktu itu, bahwasanya aku hanyalah seorang diri menanti senja, lalu lupa bahwa malam telah larut. Tangisku pecah...

Beberapa waktu telah menetap.
Rinduku memuncak.
Entah mengapa, malam-malam berlalu begitu terasa. Rindu seakan menakutkan bagiku. Berulang kali meneguhkan hati. Berulang kali rasa menyesal hadir. Semakin aku tatap masa yang lalu, semakin bayang yang merobek hati memburuku tanpa spasi. Ah, rinduku ini salah. Rindu yang salah. Akankah engkau cepat berakhir? Aku tak sanggup menahan setiap sesaknya menggelegar di dalam hati dan ingatan. Bahkan, untuk bisa menatapmu sejauh apapun takkan pernah bisa ku lakukan. Untuk mendengar suara yang tidak disengajapun aku tak lagi mampu. Mustahil.
Mustahil terjadi.

Doa-doaku kadang tak lagi aku percaya.
Seperti yakin namun ragu. Terkadang mampu namun jatuh. Jatuh hingga luka telah menetap di setiap bagian dari tubuhku. Membekas tak menghilang. Hanya untuk menantimu. Untuk meyakinkan hati bahwa rinduku ini tak salah alamat.

Sang Khalik, aku masih menunggu rahasia-Nya. Penasaranku membelenggu, apakah rahasia di balik ketetapan yang tak di restui ini. Rahasia di balik takdir yang tak berjodoh ini. Juga, jalan hidup yang menetapkan hal yang tak pernah terpikir. Masih mengunggu.
Di tempat ini sembari menahan sesaknya rindu yang salah. Sembari berharap, waktu kan menjawab pikir yang tak berdaya.
Rinduku membuncah.
Dan, mampuslah aku di koyak Rindu_

E_