Tangan bertaut
Jari jemari bercengkrama dalam sunyi
Seuntai kata demi kata terlantun
Bibir mungilnya menderu dalam khusuk
Rintik hujan di pelupuk matanya berjatuhan
Itulah ranah seonggok tubuh mengadu
Dalam pekat
Gelap
Hidup yang menerkam
Ia menyerah dalam doa
Tangisnya pecah. Tatkala batin dan pikirnya bertemu dalam kisah kegagalannya
Ia meringis memohon ampun pada nista
Salah
Dan, noda hidup yang menghiasi
Selalu ada awal,,,
Saat hatimu mengadu
Batinmu merayu
Dan pikirmu meminta
Semesta akan memberi ampunan.
Kembalilah...
Jalan setapak demi setapak memang menyakitkan
Berujung nikmat kan kau dapat
Menyerah di pusara kehidupan bukanlah semestinya
Kau,
Lebih dari pemenang
Memulai baru_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar