Ini kali tulisan ku yang pertama sejak berhenti menulis. Aku tetiba merasa menulis bukan hal yang menarik dan mengasikkan. Banyak hal yang rasanya ingin aku tuangkan, namun berakhir pada satu kata, lalu kuhapus. Ah, entahlah. Aku merasa tidak bersemangat untuk merangkai kata, dan menerjemahkan asa dalam lisan.
Dua dekade berkecimpung dalam perjuangan dan masa yang beda. Dunia yang baru saja aku pelajari, kini Sang Empunya terus menambahkan satu tantangan begitu cepat. Anugerah yang terkadang menjadi bencana buatku. Aku tak mampu menjadi yang terbaik dan tak pernah lulus dalam permainan dunia.
Ego
Ya. Ada ego yang semakin meninggi dalam hatiku. Kepalaku rasanya pecah dan batinku rasanya remuk dengan api yang membara memanaskan naluri. Aku sedang mencari apa yang hilang dalam perjalananku. Sepertinya aku bukan aku. Berusaha melihat sedemikan rupa, namun dihentikan oleh satu tatapan dan kata yang tak bermanfaat.
Melakukan yang terbaik itu adalah aku. Mengusahakan yang terlihat sempurna akan aku lakukan, demi orang yang aku cinta. Namun, disini tak ku temukan. Pada jalannya ada banyak liku yang tak bersambut. Kau meneriakkan bunyi, namun bersambut kata. Kau menggemakan nyanyian, namun bersambut hentakkan. Dan bukankah akan lebih terasa pilu, jika kau memberikan senyuman, namun kau hanya mendapat hardikkan. Tak bersambut.
Ibarat patah hati sebelum menyatakan. Ada luka yang kau dapat sebelum memaparkan. Meski, apa yang kau usahakan adalah yang terbaik dari apa yang kau miliki. Keseluruhan jiwa kau beri, namun itu bukan hal besar baginya, dia yang kau beri namun itu tak cukup untuk menyenangkannya. Hanya sebuah kado kecil tak ternilai, meski itu hartamu satu-satunya.
Kau memendam keseluruhan kepingan luka, rindu, dan bimbang. Kau ingin menyatukan nya, namun itu takkan pernah bermakna. Tersebab, setiap luka, rindu, dan bimbang bukanlah satu kesatuan. Kau hanya buang-buang waktu percuma. Kadang ada cinta yang melimpah, seketika hilang dengan sebuah pilu. Terkadang kau merasa cinta adalah hidup, namun hentakkan membuatnya sirna. Ya. Hati yang tak dijaga, akan pudar dilumat luka.
Diam.
Itu saja yang akan mampu menjaga benteng egomu. Menahan dan tak sesumbar melepas kata. Sebab, kata takkan mampu dihapus waktu. Apa yang terucap terkadang hanya akan membuat bekas yang terlihat jelas. Takkan hilang oleh waktu, meski terlihat pudar dan seolah-olah tak terlihat.
Aku tak tahu sampai kapan.
Aku bukanlah aku.
Semakin waktu menggiring diri memasuki masa-masa yang berbeda. Semakin aku bukanlah aku. Keterpaksaan memaksa diri mengubah haluan. Mengubah rasa, dan mengubah ingin. Berharap akan ada waktu menjamah diri dan menyadarkan akan berartinya sebuah kata, sebuah hati, dan sebuah makna. Mungkin saat nanti, dimana aku tak lagi ada menemani waktunya yang berlalu.
Jkrt, 27/10/21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar