Selasa, 20 November 2018

Cerpen *Perihal mengagumi dari seorang penunggu* (Catatan 2015)


Buatnya selamanya yang tidak menganggapku
Parfumnya yang wangi ditambah dengan tingkahnya yang easy going membuat semua temanku bahkan orang-orang disekitar kami pada saat itu ikut menatapnya tak jenuh. Itu membuatku sedikit agak risih dan boleh dikatakan sedikit cemburu, tapi kalau di pikir-pikir memangnya aku siapanya, aku bahkan bukan siapa-siapa baginya bahkan sampai kapanpun mustahil untuk menjadi bagian dari dirinya.
Ahhh. Suasana hatiku semakin menjadi kacau dikarenakan kedatangannya menghampiri kelompok kami ketika kami sedang makan disebuah Rumah makan di dekat jalan kampus. Kami berlima dengan aku yang tidak cantik juga tidak jelek-jelek banget menurutku, tidak mungkin bagiku ia seorang Ardi, seorang cowok pintar, baik, sopan dan keren akan melirikku, sifat apatisku tiba-tiba melumuri hatiku dan pikiranku.
Sudah tiga semester semenjak aku menjadi teman sekelasnya pada jurusan yang sama, rasanya dapat dihitung berapa kali aku mendengar ia memanggil namaku atau sekedar tersenyum bahkan menatapku. Aku pun selalu memperhatikannya secara diam-diam, bahkan aku mengetahui semua kebiasaannya tanpa dia dan orang lain sadari, aku melakukannya dengan tulus karena aku menyukainya walaupun sampai sekarang Ardi belum melirikku, juga belum melirik yang lain dan sampai sekarang pun ia belum terlihat memiliki pasangan, yah hal ini minimal membuatku sedikit senang, berarti aku masih mendapat ketenangan dan peluang walaupun sepertinya peluang itu minus banget.
Aku menikmati semuanya itu, perasaanku, bahkan tingkah dan sikapku ini, walaupun terkadang sakit hati dan rasanya teriris sekali ketika ia tersenyum kepada gadis lain, dan merasa akrab dengan yang lain. Aku sangat-sangat menikmatinya selama ini, bahkan jika dia sudah memiliki kekasih, maka aku akan menjadikannya kekasih di dalam hatiku yang tidak pernah diketahui siapapun dan bahkan tanpa disadarinya juga sebenarnya aku tidak akan pernah  menyampaikan perasaanku ini.
Pagi ini kami kuliah seperti biasa, lagi-lagi aku harus terburu-buru dan hampir telat karena kelamaan tidur tadi malam. Aku sampai di kelas dengan perasaan campur aduk, kira-kira dia masuk kuliah tidak ya? Kira-kira dia pakai baju apa hari ini ya? Hahhaha…. Aku geli sendiri memikirkan sikap ku ini, seperti dipermainkan oleh perasaanku sendiri. Aku bergegas masuk kelas, dan dosen juga belum hadir. Lega rasanya, tapi dimana dia? Aku melayangkan pandanganku kesegala arah, tetapi dia tidak ada, karena sedikit kecewa tidak melihatnya, akupun berbalik arah menuju luar kelas hendak menenangkan pikiranku dan perasaanku sebelum dosen datang, tiba-tiba aku berpas-pasan dengan ardi dan hampir saja aku bertabrakan dengannya. Emmmm… dia tersenyum melihat sikapku yang langsung berubah tak karuan. Sepintas aku menatapnya, arrgghh, aku deg-deg’an, perasaanku ini membuatku hampir tidak tahan berlama-lama dihadapannya, wajahku memerah seketika. Weitss,,  hampir tabrakan maut nih vis.. ucapnya dengan senyumnya dan candaannya. Maaf… ucapku lirih hampir tidak jelas didengar saking gugupnya aku saat ini. Lalu dia pun berlalu.
Minggu depan akan diadakan UAS, aku mulai belajar sampai larut, persiapan ku untuk mendapatkan IPK yang baik dan ingin segera memasuki semester 4, aku terus berusaha agar menjadi yang terbaik bagi kedua orangtuaku dan khususnya bagi Ardi. Tidak terasa ujian telah berlalu setelah kami melaksanakannya dengan berbagai usaha, kami pun libur semester, aku pulang ke kampungku,
3 minggu adalah waktu yang cukup lama buatku dikampung, secara tidak lagsung aku tidak dapat bertemu dengan ardi, dan selama waktu itu aku ingin tahu keadaannya, kabarnya, dia lagi ngapain,, tetapi lagi-lagi aku bukan tipe seperti itu, aku tidak berani menelepon, bahkan sekedar untuk SMS dia dengan alasan menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan kampus, atau yang lainnya.
Akhirnya kampus sudah dimulai lagi, aku sengaja datang lebih cepat dari yang biasanya hanya untuk melihatnya, melihat ardi, tetapi dia belum juga datang, ah. Mungkin dia terlambat hari ini. Kini waktu sudah menunjukan pukul 10.00 wib, dia belum juga datang hingga waktu istirahat tiba. Perasaanku menjadi kacau, aku ingin bertanya mengenai kabarnya, tetapi pada siapa? Kalau aku bertanya pada teman-temanku mereka pasti akan curiga. Selagi aku berfikir tiba-tiba jenni berteriak kuat dari luar kelas dengan berlari ngos-ngosan, “cuiy, Ardi sudah pindah dan tidak berada di kota ini lagi, ia pindah ke bandung. Ternyata surat pindahnya sudah diurus pada saat kita UAS kemarin. Aku tadi dengar dari pak Bunto di kantor, Pantas saja ardi kemarin sibuk banget pas Uas” teriak jenni heboh. “dia pindah tidak memberitahu kita ya.. tega” ucap dita sedih.
“Gubrak”
Sumpah ini semua bagaikan kabar yang melemaskan semua sendi dan tulangku, jantungku mulai berdegup tak beraturan hatiku hancur, sedih, aku ingin menjerit sekuat-kuatnya, “ardi  kamu tega…. Aku memang bukan siapa-siapamu bahkan mungkin aku tidak pernah kamu fikirkan, sekalipun aku ingin sekali mendengar ucapan selamat tinggal darimu. Yang mungkin menjadi kata terakhirmu buatku, yang selalu memandangmu, memperhatikanmu, menyayangimu dari jauh.. jauh.. sekali,  namun, biarlah rasaku ini selalu bersamamu sekalipun kamu mencampakkan, tidak menganggapnya, buatmu selamanya yang tidak menganggapku dan perasaanku”…. L

              

Cerita pendek dari masa yang pendek (Catatan 2015)


Pura-pura
Belum juga kah kau menyadarinya??? Belum juga kau mengetahui perasaanku padamu??? Ahhh,, atau mungkin kau hanya berpura-pura tidak tahu dan mungkin juga kau masih membebaskan rasaku ini melayang tak menentu tercerai dari ikatan yang sudah selama ini aku eratkan pada hati mu?
Asal kau tahu semua ini sudah menelan waktuku yang begitu lama, mencerca pikirku yang terkadang ingin berpaling dari rasa ini padamu. Dulu, apakah kau masih ingat waktu itu? Waktu aku seperti orang gila merasa ketakutan dan berbicara banyak hal namun tak pernah jelas dihadapanmu karena melihatmu untuk pertama kalinya dari tengah ruangan berukuran 4x8 cm, ruangan yang setengah kisahku ini tertuang dan membekas goresan di lantai-lantai ruangan cintaku. Disana, di ruangan kuliah saat kau pertama kali kulihat masuk dan bertanya padaku dan berbicara  maaf, apakah aku bisa duduk di bangku ini?” lalu tanpa sempat aku menyampaikan persetujuanku, kau sudah duduk dengan senyuman yang membuat ku gugup setengah mati.
Untuk ku saat itu hal seperti itu tidaklah begitu berarti. Namun, dari saat itulah aku meyakini kau menerobos masuk ke pikiranku. Kau berani-beraninya meruntuhkan benteng pertahananku untuk menutup diri dari kaum adam seperti mu. Benteng yang kokoh ku bangun dengan perjuanganku, dengan usaha tanpa mengasihani diriku sendiri, tanpa memberikan celah sedikitpun bagi angin yang membawa virus-virus si merah jambu itu kepadaku. Kau mulai berani mengusik kenyamananku dalam duniaku sendiri.
Kau memang pernah mengatakannya padaku. Bahkan kau pernah berterus terang akan hatimu, dan aku bingung dengan prinsip dasarmu mengenai cinta saat kau mengatakan “cinta itu akan datang dengan sendirinya, tidak perlu di cari. Kalau jodoh pasti akan bertemu dan bersatu”. Kau mengucapkannya sama seperti ekspresi pertama aku melihatmu, dengan senyumanmu itu. Saat itu aku merasakan kau berubah dari sosok biasamu menjadi sosok yang spesial dan sedikit melemahkan alarm peringatan dalam hatiku. Perkataan mu saat itulah yang menjadikanku berani maju selangkah dari titik konsistenku, meskipun saat itu kau mengucapkannya bukan padaku, diam-diam aku mendengarnya saat kau bersama teman-teman sejawatmu. Kau tidak tahu kan bahwa sebenarnya aku sudah mulai memperhatikanmu. Bahkan juga kau takkan pernah tahu saat itu aku mulai mendekat padamu. Mulai menyukai sikap mu yang jahil itu. Mulai menyukai hal-hal jahatmu.
Aneh,.. yah, itulah aku. Aneh, aneh dan aneh! Tiba-tiba aku mulai merasakan sakit di bagian tubuhku, tepatnya dalam organ tubuhku yang paling vital ini. Sakitnya membuat aku jatuh tak sadarkan diri. Penyakit ini menimbulkan efek-efek dan bahkan memunculkan penyakit lain pada bagian tubuh lainnya. Penyakit ini membuat sakit kepalaku muncul, karena harus memikirkan kau yang sampai saat ini tidak menganggap ku, pada jiwaku muncul penyakit gelisah , pada mataku mulai sakit karena harus mengeluarkan butiran-butiran air bening yang aku sendiri tak tahu kenapa ia jatuh dengan sendirinya saat melihatmu memegang tangan sosok wanita cantik itu, wanita yang aku anggap mirip seperti model-model iklan yang sangat cantik. Kau tak akan pernah tahu aku merasakan penyakit ini kan??? Ya... aku menderita penyakit HATI....
Aaarrrgggrhhh....
Aku juga masih ingat, waktu itu aku tanpa sadar, marah dan menangis sejadi-jadinya di dalam hati. Aku terpaksa memenjarakan amarah dan tangis itu untuk sementara waktu di dalam jiwaku. Kemudian berselang beberapa jam kemudian, mereka aku lemparkan keluar dari pikiran, hati dan jiwaku dengan sekuat tenaga..
Saat ini kau juga masih sama. Kau permainkan perasaanku! Kau kira semua yang telah berlalu akan menghilang begitu saja dari benakku?? Tidak! Aku sudah menyimpannya sejak dulu.
Tadi, aku melihatmu di bangku panjang itu, dari jauh aku seperti tidak percaya bahwa kau telah datang kembali setelah dua bulan menghilang tanpa kabar. Tidak ada seorangpun yang tahu keberadaanmu. Aku malu untuk menanyakan lebih jauh lagi terhadap teman-teman mu. Kau terlihat masih sama. Tetapi, terlihat di matamu bahwa banyak yang kau sembunyikan dari mata semua orang. Siang ini aku akan memberanikan diri untuk menyapamu meski kau lupa akan aku! Meski kau akan mengacuhkan ku.





Sederhananya mimpi seorang anak di tanah rantau_(Catatan 2015)


Aku kenang kembali masa lalu ku..
Masa dimana aku lahir kedunia, masa dimana aku terlahir sebagai bayi kecil yang tidak tahu apa-apa, bahkan tidak mengerti siapa ibu-bapaknya,,. aku hanya mendengar dan memahami masa kecilku dengan menggambarkannya dan merangkainya sesuai dengan imajinasiku saja. Aku mendengar bahwa aku tumbuh dalam keluarga yang kehidupannya sangatlah tertekan dan melelahkan dikarenakan kepahitan hidup dan tekanan batin yang dirasakan kedua orang tuaku saat itu. Mereka harus merawatku. Namunselalu menyukuri kehadiranku sebagai anak pertama mereka,
Mereka lalui hari-hari dengan bekerja dibawah paksaan dan penderitaan sebagai seorang pekerja yang layaknya disebut pekerja kasar.. aku juga selalu meneteskan air mata jika merasakan pahitnya dan sakitnya bathin serta raga mereka waktu itu, dan cukup untuk membuatku takut mengecewakan mereka jika aku mengingat hal itu yang layaknya kegembiraanlah dan kebanggaanlah yang harus aku berikan kepada mereka selalu.
Kembali lagi teringat, saat itu aku selalu diberikan kecukupan gizi dan makanan, serta berusaha menjadikanku putri yang sangat berkecukupan sama senangnya dengan mereka putri-putri orang yang berkehidupn layak dan sangatlah berkecukupan bahkan lebih berkecukupan, walaupun bapakku harus memikul dan menjunjung beratnya beras 50 kg berjalan kaki sepanjang 5 km dengan jalan lalu lintas yang  mereka lalui saat itu hanyalah jalan lumpur yang licin dibawah pokok-pokok karet yang bahayanya dapat mnggelincirkan orang yang melaluinya, dengan tebing dan jurang yang sangat berbahaya. Namun bapakku selalu menjadi pahlawan buatku.Tidak berbeda jauh dengan ibuku,.. ibuku yang kukasihi, bahkan melebihi hidupku. Jika aku melihat tubuhnya, aku teringat akan pengorbanan luar biasanya mencoba menjadi ibu yang sempurna buatku walaupun sebenarnya ibuku sudah sangat sempurna dimataku dan dihatiku.Kesempurnaan itu hanya ada pada pandanganku sebagai seorang anaknya yang akan selalu menjadi orang yang selalu ada baginya sekalipun kelak aku tidak dapat berjalan lagi tetapi aku akan terus menjadi mata untuknya sekalipun aku tidak dapat menemaninya berbicara lagi tetapi aku akan berusaha menjadi pendengar setianya kelak, berusaha menjadi bagian dirinya yang sudah semakin sangat rapuh. Masa itu ibuku, orang yang rela mati buatku, selalu membawaku dan membimbingku serta membesarkanku tanpa kurang suatu apapun dari hatinya untukku. Saat itu ia selalu memberikanku motivasi, membimbingku dan mendidikku hingga aku menjadi kuat dan menjadi seperti harapannya yaitu kelak aku akan menjadi wanita yang memuliakan Tuhan dan menjadi wanita yang berpendidikan serta penuh dengan perilaku yang baik layaknya harapan-harapan kalangan semua ibu-ibu untuk anaknya, anaknya yang ia kasihi.
Aku bisa melihat juga dalam raut wajahnya bekas-bekas luka dan kepahitan yang besar dalam hidupnya dan usahanya dulu. Tidak ada rasa malu, tidak ada rasa lelah, tidak ada kekecewaan dan tidak ada penyesalan dalam hidup dan kata-katanya.. dia selalu tersenyum walaupun terkadang hatinya menangis.. walaupun terkadang hatinya menjerit dan walaupun bathinnya tertekan luar biasa, tetaplah ia tersenyum kepada siapapun.. sungguh ibuku yang luar biasa, jika ditanyakan pada saat ini, apakah kamu rela meninggal demi ibumu? Maka aku dengan sangat senang hati dan dengan sangat rela akan menyerahkan hidupku deminya, demi ibuku, ibuku.. ibuku seorang sumber ketenanganku. Begitulah besarnya rasa cintaku dan rasa sayangku kepada ibuku..
Rasa sayang dan kasih mereka hingga kini pun masih kurasakan dan kuterima. Kasih yang dengan Cuma-Cuma mereka berikan tanpa meminta balasan dari seluruh pengorbanan mereka. Dari segala jerih payah dan tetesan keringat dan air mata mereka.
Kini aku berada dalam semester dua di Universitas Riau. Sebuah kebanggaan pada saat ini aku boleh bersama dengan mereka yang menjadi mahasiswa unri, kuliah untuk menggapai cita-cita. Sebuah kebanggaan pula aku dapat meraih beberapa penghargaan dari prestasi yang dapat kucapai saat ini.
Aku sadari semuanya bukan karena kekuatan dan kelebihan kami. Tetapi berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Namun, disisi lain aku juga sangat berterima kasih terhadap orang tuaku tercinta… dua insan yang dipersatukan, dengan usaha dan jerih payah mereka, dengan doa-doa mereka aku dapat merasakan semua ini layaknya seperti anak-anak lainnya yang kehidupannya jauh lebih baik..
Aku akan berusaha membanggakan dan menyenangkan mereka, hingga mereka akan melihatku wisuda dan meraih gelar sarjana. Sebuah gelar yang mereka inginkan. Sebuah tanda tetesan keringat dan air mata mereka. Bapakku dan ibuku..
Tuhanlah yang selalu akan melihat dan menjagai kalian disaat aku tidak ada disisi mu.. bapakku dan ibuku…
Terimakasih buat segalanya, aku akan berusaha memberikan yang terbaik buat kalian, dan akan aku usahakan segala yang terbaik dari usaha yang terbaik hingga aku tidak mampu lagi untuk melakukannya…J
TERIMAKASIH BAPAK…
TERIMAKASIH IBUKU..

…SALAM HANGAT DARI ANAKMU DI SINI…
…DITANAH PERANTAUAN UNTUK PERKULIAHANKU YANG JAUH DARI KALIAN…

Sabtu, 17 November 2018

Monolog kepada Tuhan_

Cintaku kepadaMu.
(Di penghujung Sabtu, di tengah keheningan)

Tuhan...
Aku datang.
Tuhan...
Aku kembali.
Apakah Tuhan dengar? Ah, pasti Engkau mendengarnya. Mana mungkin Tidak, jika hati saja bisa Engkau tahu apa isinya. Apalagi saat aku berbicara begini kepadaMu, ditengah malam yang tak satupun mengganggu kita berdua berbicara.

Tuhan...
Bukankah malam ini terlalu romantis bagi kita? Hanya ada kita. Semua orang sudah terlelap. Hihihi... Esok aku akan jadikan waktu ini sebagai waktu kita untuk mengobrol berdua. Maaf Tuhan, aku jadi suka tidak memberikanMu waktuku untuk bercerita mengenai kabarku. Akhir-akhir ini aku terlalu sibuk. Maafkan aku, aku kadang cuek dengan Mu.

Tuhan, malam ini aku bicara mungkin terlalu panjang, tapi aku tahu Engkau sudah tahu niatku sekarang mau mengatakan apa. Ah, inilah yang paling tidak bisa aku hindari, Engkau selalu mendahuluiku, Engkau selalu lebih tahu sebelum aku bercerita. Tapi, tidak apa-apalah Tuhan, bukankah Engkau suka jika aku mengaku dengan mulutku?

Tuhan. Aku mencintai Mu.
Aku yakin, Tuhan sudah dan pasti menerimaku. Tidak menolakku seperti kebanyakan orang yang pernah hadir, apalagi meninggalkanku tanpa sebab. Maaf Tuhan, aku jadi curhat mengenai orang lain kepadaMu.
Tapi, Tuhan, jujur aku malu.
Malu, pada diriku sendiri malam ini. Beberapa pekan terakhir aku begitu merindukanmu, aku ingin bertemu denganMu, tapi aku tidak bisa, aku mau jujur, sebenarnya aku lagi selingkuh. Maaf Tuhan, aku selingkuh dengannya.

Iya....
Aku selingkuh dengan duniaku.
Maafkan aku. Aku tergoda dan tidak menepati janjiku untuk setia sampai akhir. Tapi aku tahu kok, Tuhan baik. Tuhan mencintaiku apa adanya. Tuhan, aku sebenarnya diam-diam menyadari kok perjuangan Tuhan untukku. Aku merasa bersalah setiap kali tergoda dengan dunia.
Ya.
Dunia memang mengasikkan. Tuhan tahu? Terkadang dunia menawarkanku banyak hal, ah... Membuatku melayang. Tuhan juga aku mau jujur, kemarin itu dunia sempat membuatku hampir memutuskan Tuhan saat aku diperkenalkan dunia dengan keindahan lainnya. Contohnya saja, aku diajak ke suatu tempat yang indah, dunia memberikanku hadiah emas, dunia berjanji akan segera menikahiku. Wah, betapa aku tidak tertarik Tuhan? Tapi, saat aku pikirkan kemudian, aku sudah salah Tuhan.

Malam ini, aku mau jujur.
Mungkin Tuhan sangat marah padaku, makanya Tuhan diam saja mendengarkanku saat ini. Engkau baik sekali Tuhan. Itulah yang membuatku bertahan dalam godaan dunia. Engkau selalu siap menopangku dan menerimaku. Cintamu bukan hanya janji tetapi bukti. Setiamu telah aku lihat. Tuhan begitu sangat baik padaku. Saat aku ada masalah, Tuhan tidak langsung memberikanku bantuan, tapi menungguku bicara dan melepaskan semuanya padaMu lalu Engkau mengatasi semuanya tanpa sisa.

Tuhan...
Aku mencintaiMu.
Dunia bisa menggodaku tapi tidak akan pernah bisa membuatku jauh dari Mu apalagi berpaling dari Mu.

Tuhan...
Aku mencintaiMu.
Entahkah esok aku kembali salah, aku mohon tegur lah aku Tuhan. Sadarkan aku. Pulihkan aku dan teruslah menjagaku.
Sebab aku tahu, Tuhan ada di dalam hatiku. Tuhan tidak pernah jauh. Engkau selalu menjagaiku setiap waktu. Engkau adalah pahlawanku. Engkau hanyalah sejauh saat aku berbicara seperti ini kepadaMu. Seperti ini, saat aku cerita panjang lebar dengan jujur seperti anak kecil dihadapan Mu. Engkau Hanya sejauh DOA.

Ah, ternyata sudah larut hampir pagi.
Aku suka lupa waktu kalau sudah curhat dengan Mu.

Tuhan.... Selamat malam menjelang pagi.
Tuhan.... Aku mencintai Mu.
Tuhan... Miss you

Esok, saat terbangun ada yang hendak aku sampaikan kepada Mu.

Jumat, 16 November 2018

Guru dan bambu runcingnya_

Narasi tentang seorang pahlawan_
(Memperingati Hari Pahlawan dan Hari Guru)

Pagi menyapa alam, berbisik merdu deru angin
Kicauan anak ayam menggema pada mentari yang mulai merekah
Sesosok pahlawan membuka salam
Membuncah senyum
Meregang raga
Pada asa

Bak bunga merekah indah
Ia haturkan senyum pemanah
Ia donggakkan kepala
Ia buka sapa pada puluhan jiwa
Yang menantinya berkata
Berharap
Setitik dunia baru ia tuangkan
Berharap
Segenggam masa depan terbuka
Berharap
Segaris harapan menyapa mereka
Jiwa-jiwa yang kosong, melompong

Ia buka rahasia hidup dengan senjatanya
Ia taruhkan bambu runcing miliknya sebagai alat pembuka masa
Masa lalu,
Masa sekarang,
Juga,
Masa depan.

Meski tak bergelimang suka
Tak berseri pada hasil
Tak membekas pada tubuhnya
Namun,
Pengabdiannya menorehkan para pahlawan
Perjuangannya membentuk generasi
Pengetahuannya membuka dunia
Pada mereka yang menanti
Dia
Sang pahlawan
Pengabdi tak berujung
Pemburu tak mengenal lelah
Penjelajah jiwa setiap masa

Dia
Guruku.

Selasa, 13 November 2018

Cerpen_


Bahkan, hujan pun bercerita tentangmu.

Sudah 2 tahun lebih. Kala hati masih terpaut. Kala jalinan masih menggema di udara. Aku masih ingat betul lukisan berdua terpatri di ingatan. Bahkan, tempat itu masih teringat dengan jelasnya di ingatan. Waktu itu, dia, kita masih sangat pemula dalam hal jalinan asmara. Bahkan, kita masih ditertawakan oleh anak remaja yang hubungannya sudah berulang kali terjalin. Kita masih sangat pemula dan pemalu. Bahkan untuk saling mengungkapkan rasa kagum masing-masing, kita perlu belajar dan butuh waktu yang sangat panjang hingga waktu memutuskan kita berakhir, tapi tak pernah terucap. Itulah salah satu hal yang aku sesali hingga kini.

Beberapa hari yang lalu, kembali kisah itu terkuak dan melambung di ingatan. Kita kembali menjalin komunikasi. Entahkah takdir atau sekedar pembuka kisah yang belum usai, waktu menyibakkan luka yang tergores. Aku sudah berdamai dengan masa itu. Dimana kamu pernah meninggalkan sesal dan sakit yang tak ku tahu kapan akan berakhir. Hingga waktu juga pada akhirnya menjawab tanyaku di ujung senja, hadir sosok baru yang pada awalnya tak aku inginkan hadirnya. Sekedar untuk mengenal ataukah ini sebenarnya amarah yang salah sasaran hingga aku menerima dia sebagai bentuk ke pasrahan dari rasa sakit darimu.

Waktu bergulir. Suka duka menggariskan jalannya pada kisahku dengannya. Ada penyesalan dan kesadaran setelah itu, mulai menakutkan rasanya, mulai bimbang akhirnya, pada apa yang kuputuskan waktu itu. Akhirnya, saat malam itu tiba, dengan derasnya air mata terucap doa yang tak henti-hentinya di ujung malam pada sudut kamar kecil, aku melantunkan syukur dan pinta pada Sang Khalik. Entahkah sebenarnya penyesalan dan rasa sakit menjadi satu, ataukah rasa takut dan memohon ampun kala itu. Yang pasti, aku mengingat dengan jelas bahwa saat itu, di penghujung malam ketika hanya suara deru angin malam yang terdengar, aku dengan jelas memohon ampun atas keputusan awalku, keputusan menerima dengan buru-buru dan melampiaskan amarah padamu dengan menerima orang lain. Ini sangat gegabah. Ini tidak baik.
Mulai berdesir rasa sakit dan takut kedepannya. 

Maka, malam itu. Atau lebih tepatnya di tengah malam sunyi itu, aku memohon agar Tuhan memberiku yang terbaik. Satu pinta yang jelas aku ucap dan masih teringat jelas di benakku yakni, "Tuhan, jangan jatuhkan aku pada orang yang tidak membawa ku semakin mengalami Tuhan dan semakin memuliakan Tuhan. Jangan jatuhkan aku pada dia yang tidak memiliki visi hidup yang sama dan tidak mencintai Engkau sepenuh hatinya bahkan tidak mengasihi keluargaku.". Itu saja doaku. Pada akhir isak tangis itu ada kepasrahan yang begitu panjang.

Sekarang ini hujan turun dengan derasnya.

Aku mengingatmu.
Aku kembali terjatuh dimasa itu.
Masa dimana kamu dan aku, kita tertawa berdua dengan pikiran yang menerawang entah kemana. Cukup lelah memang berdiri, tapi itulah momen terbaik berdua.

Kini. Sudah beberapa tahun berlalu. Kembali ada rasa takut dalam harapan. Kembali ada rasa ragu pada pikir. 

"Jika, berjodoh Tuhan pasti pertemukan".
Aku sedang ingin membuktikan kalimat ini.

Ya. Aku sedang ingin bertanding dan membuktikan teori ini.

Jika kita menjadi satu kelak, berarti teori ini benar. Namun, jika pada akhirnya hanya kau dan aku tidak ada kata "kita" pada akhir cerita ini, maka aku yakini bahwa Tuhan benar. Tuhan memberi yang terbaik selain aku dan kamu.

Ya. Karena kamu, teori ini sedang aku uji dan buktikan kebenarannya. Apakah doa dan penantian serta tangis berkepanjangan ini membawa aku pada kata "kita". Ataukah hanya sekedar kata "kamu dan aku". Tidak ada kata "kita" di dalamnya.

Mari kita saksikan.

He_

Sabtu, 10 November 2018

Kerendahan hati__

"Besi menajamkan besi, orang menajamkan. Sesamanya"

Pergesekan karakter masih merupakan momok dikalangan manusia. Bukan hanya berbicara mengenai orang dewasa bahkan anak kecil sekalipun mengalami pergesekan karakter. Hakikatnya semua baik adanya.

Seperti besi, ia juga berguna jika saling bergesekan dengan besi atau sesama jenisnya untuk lebih tajam dan bernilai jual baik. Manusia juga sama, kehadiran manusia itu sendiri menjadikan manusia lainnya semakin bertumbuh (seharusnya).

Berbicara mengenai besi yang menajamkan besi, orang yang menajamkan sesamanya, ini sebenarnya memiki inti, yakni "kerendahan hati" lebih spesifiknya lagi "mau dibentuk dan terbentuk".

Ketika pergesekan karakter terjadi, ketika orang dengan orang lainnya mengalami perbedaan yang tidak jarang menimbulkan konflik, layaknya besi saat bergesekan dengan besi, terkadang akan menghasilkan percikan api. Akan menghasilkan panas dan bekas atau goresan pada kedua sisinya. Sangat mengerikan memang saat disaksikan oleh mata.

Percikan api🔥
Banyak bagian yng akan terasa sakit, banyak bagian yang akan berbeda dan sisi-sisinya menjadi tajam. Yah. Itu mengenai besi dengan sesama besi jika mengalami pergesekan. Bagaimana dengan orang dan sesamanya? Apa yang dihasilkan?

Orang menajamkan sesamanya.
Tidak berbeda dengan besi. Ketika orang mengalami pergesekan karakter dengan sesamanya, maka hal pertama yang dirasakan adalah rasa sakit. Selanjutnya adalah rasa panas hati, akan mulai terbentuk sikap-sikap baru bagi yang mengalaminya, akan terbentuk pemikiran yang baru pula.

Rasa sakit itu akan membekas. Sakit seperti percikan api. Terkadang dapat menyala dan membuat orang menjadi gelap mata bahkan tidak menyadari apa yang dilakukannya selanjutnya. Bisa saja saling mengejek, lontaran amarah dan maki, bisa saja pertikaian yang tidak ada habisnya.

Ah, sungguh sakit ketika itu terjadi. Namun, barang siapa yang kuat menjalaninya dengan penerimaan dan keiklasan bahwa hal itu adalah suatu anugerah Sang Kuasa dalam membentuk pribadi, menyadari bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihan, setiap orang memiliki kecenderungan melukai sesamanya, maka akan akan terbentuk suatu hal baru, seorang manusia menjadi bagian baru untuk semakin menjadi saluran kasih yang teguh, kuat dan melayani-Nya dengan pemulihan.

Memang tidak mudah untuk rendah hati dan berlapang dada menerima perbedaan serta proses pembentukan ini, namun lagi-lagi Tuhan adalah Allah yang sangat mengenali kita ciptaan-Nya, sangat memahami kita dan sangat merindukan kita bisa menjadi ciptaan-Nya yang baru dan kuat.

Mari lebih menyukai pembentukan Tuhan melalui pergesekan karakter, gejolak dengan sesama, permasalahan yang ada. Mari memandang dari sudut pandang Allah dan rela dibentuk untuk menjadi lebih baik 😊😊

#GBU
#Ono alawe Nias
#Belajar dan refleksi
#Be strong

  • #He_

Jumat, 09 November 2018

Puisi_Nias 2

Lõ Fa'abõlõ_

Ogõmi ba teduhõ
U haogõ ba u gohi
Lõ tõtõnafõ,
Lõ lõfõ si sõkhi
Towi-towi si tohare lõ manaro
Lõ bataha, mofanõ ba wa'aõsõ

Ufuli u gohi fao fe'e
Lō tetaha he u kaoni
Lõ fa'abõlõ me ba nahia si lõ tetunõ
U baloi ba nahia
U tanõ ba gera-era
Falukha sa na nahia falukha
Me no moroi khõ Lowalangi

_H

Rabu, 07 November 2018

Cipta_lagu Nias

Lõ utahigõ'õ_

Tebai taya bakha ba dõdõ
Tebai aefa ba gera-era
Yaugõ he ga'a, yaugõ
Ya'ugõ si no irai tobali tome

Ya'odo silõ fa abõlõ
Me so nasa zatua samatõrõ
Faomasida tebai irugi tanga
Õ fili wo ndregegõ faomasimõ
Õ wuwu furi, õ fofanõ guro

Reff :
Ha wa'afatõ dõdõ
Õrõidõ ba zitenga salagu
gõi tenga salamõ
U ila no ambõ dangada ba wo gamõ
No ambõ fa'abõlõ da ena'õ alua gohitõ dõdõ

Hatõ tawa hõrõ
Hatõ fe'e ba tõdõ safõkhõ
Gõi no tawa'õ
So bakha ba dõdõ, zazi walõ farõi
U efasi dõdõ, lõ u tahigõ õ he zatua gu meno fangandrõ.

Cerita _ kisah wanita Nias

Towi-towi solohe turia_

Menewi,,, 
lõ na'i saefa si'aikõ okõli dawa hõrõ ba mbõ'õ nia, me i'angeraigó hewisa lala sino i tõrõ ba lala si no ibe Soaya khõ nia. Samõsa ia, ba baku-baku si so ba sudu nomo, no i lau ifuli me'e tebai i taha dawa hõrõ ba turia ni ohe towi-towi si lõ la andrõ wa'atohare nia. Iwa'õ turia towi-towi tenga ya'ia si no irai mõi bakha ba dõdõ, si no irai ma me faomuso ba dõdõ, ba si no irai ma me fehede si tebai taya ba gera-era. No ilau mofanõ ba zarõu. Humombo taya ba lõ sa'ae mangawuli furi. 


#ono alawe 

Senin, 05 November 2018



APA TUJUAN KAMU BEKERJA?
---------------------------------------------
Hasil gambar untuk bekerja
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hasil gambar untuk bekerja  ? atau  ?  Hasil gambar untuk bekerja


Apa tujuan kamu bekerja?

Setiap orang berusaha untuk memiliki pekerjaan. Setiap insan, sejak kecil dipersiapkan untuk masa depan dan bekerja lalu, menghasilkan penghasilan yang lebih baik. Setiap manusia mencari kepuasan dan menginginkan hal lebih dalam setiap pekerjaan mereka. Tidak akan pernah ada puasnya. Sebagai contoh yang terjadi sekarang dan pada umumnya adalah ketika seorang anak kecil di suruh sekolah agar mendapatkan nilai yang terbaik.

#bersambung_



Menjelajah pemikiran anak autis

Hasil gambar untuk mengajar anak autis AUTIS, SI MASTER PEMBELAJARAN_


Mencengangkan memang, ketika seseorang diperhadapkan dengan seorang anak auitis. Hal demikian banyak dialami oleh para orangtua, maupun para tenaga pendidik. Sedikit menjadi tantangan bagi mereka yang sudah pernah atau terbiasa berhadapan dengan anak yang memiliki kepribadian seperti ini, dan akan menjadi masalah besar bagi sebagian orang yang baru berhadapan dengan pribadi demikian.

Tantangan terbesar yang saya alami, selaku pendidik pada salah satu sekolah yang sedang saya jalani saat ini adalah masalah demikian. Sebenarnya suatu anugerah bisa menjadi bagian dalam pekerjaan ini bahkan ketika hal terbesar mendapatkan tanggung jawab mendidik anak yang memiliki berbagai karakter dan nilai-nilai yang berbeda di tengah-tengah kehidupan saya yang pengalamannya masih sangat sedikit mendidik anak. Setidaknya saya sudah belajar bagaimana mereka dengan kepribadiannya dalam berbagai cara dan metode yang diusahakan, meski banyak gagalnya dari pada keberhasilan dalam menjalankannya. Tapi, saya yakini bahwa orang hebat sekalipun akan belajar dari sebuah kegagalan atau pengalaman hidup. 

Apakah auitis itu?
Autis adalah gangguan perkembangan serius yang mengganggu kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi pada seseorang.

#bersambung_
Lagu Rohani Kristen Terbaru

“Seringlah Datang Di Hadapan Tuhan” Menyembah Tuhan Dengan Sepenuh Hati
Ambil kesempatan ketika engkau punya waktu,
duduk diam di hadapan Tuhan.
Baca firman-Nya, ketahui kebenaran-kebenaran-Nya,
perbaiki pelanggaran dalam dirimu.
Ujian datang, hadapilah;
kenalilah kehendak Tuhan
dan engkau akan memiliki kekuatan.

Ceritakan kekuranganmu pada-Nya,
bagikan kebenaran-Nya selalu.
Bersukalah jiwamu saat engkau menyembah-Nya.
Seringlah datang di hadapan Tuhan, jangan berontak lagi.
Kesenanganmu atas kedagingan, sangat menyakiti-Nya.

Baca firman-Nya, pahami kebenaran-Nya.
Seringlah datang di hadapan Tuhan.
Seringlah datang di hadapan Tuhan.
Jadi hiduplah sebagai orang yang telah disucikan!

Tak masalah penghakiman atau ujian datang,
kita akan bekerja untuk menyenangkan Dia.
Seringlah datang di hadapan Tuhan.
Seringlah datang di hadapan Tuhan
dan hidupi kebenaran-Nya.
Walaupun kita melanggar,

kita harus terus berusaha mengasihi Tuhan.
Jadi selama kita mengasihi Dia, kita pasti akan dipuji-Nya.
Kita harus mengejar kebenaran
dan menjadi saksi bagi Tuhan.
Itulah tugas yang harus kita lakukan.

Bersukalah jiwamu saat engkau menyembah-Nya.
Seringlah datang di hadapan Tuhan, jangan berontak lagi.
Kesenanganmu atas kedagingan, sangat menyakiti-Nya.
Baca firman-Nya, pahami kebenaran-Nya.

Seringlah datang di hadapan Tuhan.
Seringlah datang di hadapan Tuhan.
Jadi hiduplah sebagai orang yang telah disucikan!
Tak masalah penghakiman atau ujian datang,
kita akan bekerja untuk menyenangkan Dia.
Seringlah datang di hadapan Tuhan.
Seringlah datang di hadapan Tuhan
dan hidupi kebenaran-Nya.

Jadi hiduplah sebagai orang yang telah disucikan!
Tak masalah penghakiman atau ujian datang,
kita akan bekerja untuk menyenangkan Dia.

Seringlah datang di hadapan Tuhan.
Seringlah datang di hadapan Tuhan
dan hidupi kebenaran-Nya.
Dan hidupi kebenaran-Nya, dan hidupi kebenaran-Nya.
Seringlah datang di hadapan Tuhan
dan hidupi kebenaran-Nya.