Minggu, 26 November 2023

Jakarta; Aku dan Cinta Utuhku

 Sekian purnama berlalu, kini goresan kembali kutorehkan pada ingin yang kubendung karena lupa arah tujuan. Dalam perjalanan kisah dan waktu yang kembali membawa jiwa pada hakikatnya, diri mulai kembali pada roh yang sesungguhnya. Ternyata perjalanan mengajarkan bahwa "Manusia hanya sebuah alat dalam jiwa yang mencari dan terus mencari hingga ia temukan bahwa hanya ada satu jalan, yakni Ilahi".


Jiwa terelenggu pada kata "Introvert". 

Semakin lama mulai merasakan bahagia yang pada hakikatnya diri sendiri yang membentuk bahagia. Malaikat kecil yang hadir mulai mengajarkan bahwa diri ternyata bukan untuk diri sendiri. Hati bukan hanya perihal luka dan suka, namun ada kata kuatir, cemas, dan harap. Bersama seseorang yang hadirnya tak pernah berani aku harapkan, yang hadirnya tak pernah aku ucapkan dalam pinta yang sesungguhnya. Ia mendampingi seumur hidup yang tak terkira berapa banyak luka dan sedih, kecewa, air mata, cemas, dan usaha yang akan dia lakukan untuk terus mencintai kekuranganku dan segala bentuk adanya Aku.


Air mata mengapa selalu cepat terurai tatkala menceritakan dia dan dia. Dia malaikat kecilku dan Dia pasanganku. 


Aku, sejak ini ingin terus mencurahkan rasa sebahagia apa memiliki mereka. Kisah yang hanya Tuhan Sang Esa yang Empunya seluruh dan seutuhnya hingga akhir ceritaku.



Minggu, 17 April 2022

*Karena dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada*

Air mata berderai tidak terhenti saat melihat sebuah video yang dimana seorang anak usia 1 tahun menangis, wajahnya memucat dan mulutnya membiru. Ia menangis dengan sangat kuat juga terlihat matanya menutup. Seketika aku bisa merasakan kesakitan yang dirasakannya, terlebih perasaan mamanya. Mungkin bagi sebagian orang yang sudah menjadi orang tua, akan merasakan bagaimana kesakitan yang dirasakan saat anak yang dia kasihi tergeletak tak berdaya dan menahan kesakitan. "Mungkinkah jika bisa digantikan olehnya, maka ia akan melakukannya dengan senang hati"

Berbicara mengenai harta, mungkin sebagian orang menilai bahwa anak adalah harta yang tak ternilai. Tak akan bisa digantikan dengan apapun, bahkan jika harus menyerahkan jiwa untuk anaknya, setiap orang tua akan melakukannya. Sebagian orang lagi harta baginya adalah dalam bentuk uang, perhiasan, atau hal-hal yang menurutnya sangat berarti. Bahkan, ada banyak lagi harta yang dianggap berharga bagi banyak orang lainnya. Harta yang demikian akan sangat dijaga, dirawat, dan sulit untuk dilepas. Akan ada kekecewaan, kesakitan, juga amarah jika harta tersebut diambil atau dirusak apalagi jika disakiti.
"Dimana hartamu berada, di situ hatimu berada".
Wajar saja jika Tuhan menyatakan ini dalam firman-nya. Harta yang sangat kita idamkan, sayangi, dan jaga, itulah pusat perhatian dan fokus manusia. Ketika harta itu hilang dan lenyap maka akan muncul amarah, kekecewaan, kesakitan yang luar biasa, bahkan terkadang menimbulkan pertikaian di antara sesama.
Kali ini, mari belajar menempatkan antara harta dan Tuhan pemilik hidup dan semesta. Apa yang digenggam terlalu kuat, itu pula yang terkadang akan menyakiti dan menusukmu terlalu dalam. Mengapa demikian? Alasannya yakni kita merasa bahwa hal itu/harta yang kita punya adalah kepunyaan kita secara utuh. Bukan milik yang lain. Kita terkadang merasa bahwa harta kita, hanya kita yang boleh memiliki, memakai, dan menunjukkannya.
Percaya tidak, bahwa bahkan hidup kita adalah milik-Nya. Terlebih harta yang dititipkan kepada kita untuk kita olah dan jaga. Maka, mungkin perlu untuk tidak menggenggam sesuatu dengan erat. Perlu terkadang berpikir bahwa segala sesuatu di bawah langit, apapun yang kita miliki, adalah milik-Nya. Sehingga, ketika memilikinya, ketika diberi kesempatan untuk menjaga dan mengolahnya, kita tidak sedang bermain-main ataupun merasa berkuasa penuh. Tetap mari hadirkan Tuhan di dalamnya untuk berotoritas, menjaga, dan memeliharanya. Hadirkan Tuhan untuk melawatnya meski dalam segala keadaan menyakitkan, menyedihkan, ataupun suka cita. Sehingga ketika harta itu tak lagi denganmu, tak lagi milikmu, kamu akan tetap baik-baik saja dan tetap memiliki damai sejahtera. Sebab, bukan kita pemiliknya seutuhnya.
Harta adalah anugerah
Harta adalah pemberian
Mari menggunakan kesempatan dengan baik. Serta, tidak menggenggam terlalu erat. Agar jangan sampai dimana harta kita berada di situ hati kita berada. Tetapi biarlah hati kita terus ditempati oleh Roh Kudus Tuhan dan damai sejahtera-Nya.
_Happy Friday_

Rabu, 13 April 2022

Merengkuh tawanya_

 Tubuhnya lelah, pikirnya tak lagi jernih

Tak sejernih air di dedaunan pagi hari

Waktu matahari belum menginjak langit dengan cahayanya.

Ketika kanak-kanak masih pulas dalam mimpinya.


Matanya redup tak bercahaya

Langkahnya gontai menuju tuju

Bak tertiup angin tak kan bertahan


Di balik kesenduan itu, muncullah orok dalam tatapan

Menatap penuh harap dan ingin

Peluk dan canda, 

Riang dan tawa 

Tawanya nyaring dalam pendengaran

Keluguan dalam parasnya


Orok itu menarik tubuhnya lalu mendekapnya erat

Sesekali meletakkan wajahnya dalam dekapannya

Sungguh 

Mendamaikan


Memikul Kuk dalam kehidupan sehari-hari


 



Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan (Matius 11:29-30)


Bapak/Ibu/saudara/i sekalian, ayat ini Yesus sampaikan kepada jemaat dan orang-orang yang mendengarkan pengajarannya dengan judul dalam alkitab adalah “ajakan keselamatan”. Pada waktu itu Yesus senang mengajar dan pada saat itu 2 orang murid Yohanes mendatanginya. Murid ini diutus oleh Yohanes pembabtis waktu Ia mendengar kabar bahwa Yesus melakukan banyak muzizat. Sehingga Yohanes yang dipilih Allah untuk membaptis orang-orang yang percaya pada Allah menjadi penasaran. Ia bertanya apakah benar Yesus itu adalah Kristus yang telah dinubuatkan sebagai Anak Allah itu. Namun, Yesus menjawab murid-muridnya Yohanes, “katakan kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat tentang Aku, bahwa aku bisa menyembuhkan orang sakit, menahirkan orang, melakukan banyak muzizat, dan membangkitkan orang mati, menurut kamu aku ini siapa?” Lalu, pergilah murid Yohanes itu dan menyampaikan hal tersebut kepada Yohanes, pada waktu itu Yohanes pun percaya.

 

Selanjutnya, Yesus mengajar kembali dan menyampaikan bahwa setiap orang harus percaya pada Yohanes pembatis nabi yang dipilih Allah untuk mempersiapkan jalan Mesias. Demikian juga Yesus menegur dan mengecam orang-orang yang menolak Yohanes dan yang sudah melihat keilahian Allah. Yesus mengajak supaya setiap orang dating kepada Allah. Lebih khusus kepada orang-orang yang kecil yang berbeban berat dan tidak memiliki harapan hidup. Makanya Yesus menyampaikan dalam ayat 28 sebelumnya bahwa “marilah kepada-Ku orang yang letih dan lesu aku akan memberikan kelegaan kepadamu”. Dan dilanjutkan dengan ayat 29-30 renungan kita malam ini yang barusan kita baca. Tuhan mengatakan Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

 

Nah, Bapak/Ibu/saudara/i sekalian. Apakah sebenarnya kuk?

Kuk itu adalah palang kayu dengan jepitan vertikal yang memisahkan kedua binatang penarik sehingga bersama-sama dapat menarik beban. Kuk itu lumayan agak berat yang sudah diatur oleh sipetani/gembalanya seberapa berat, dan diletakkan di pundak hewan agar kepalanya tunduk dan mengikuti arahan sesuai arahan dari petani/gembala yang mengarahkannya.

Nah, fungsi kuk itu diberikan pada pundak hewan sudah sesuai dengan kapasitas/kemampuan dari hewan yang akan dikasih beban tersebut. Kuk diberikan agar hewan tunduk dan nurut pada si gembala/petani yang mengarahkan untuk membajak sehingga ketika hewan tersebut mudah diatur maka ada hasil yang didapatkan dari hasil kerjanya. Kuk mengajarkan hewan agar kerjasama dengan hewan lainya, bayangkan kalau hewan yang satu itu dikasih beban namun tidak mau tunduk atau bebannya ringan sehingga hewan tersebut kepalanya tidak mengarah pada apa yang diarahkan si petani, maka hewan tersebut akan tersakiti, mungkin bisa saja terluka, sakit, dan menyakiti hewan lainnya. Bayangkan juga kalau kuk terlalu berat dikasih oleh petani/gembala yang salah, maka justru akan membunuh hewan tersebut. Makanya itulah fungsi kuk yang tepat bebannya diberikan oleh si gembala kepada hewan untuk membajak di sawah.

 

Bapak/ibu/saudara/I sekalian,

Demikianlah halnya kita. Malam ini kita diajak Tuhan untuk merenungkan kembali firman ini dan memikul kuk. Bapak/ibu/ saudara/I semuanya, masing-masing kita memiliki kuk. Kuk dalam kehidupan kita yang dimaksud Yesus adalah beban hidup/persoalan hidup/atau kesukaran hidup. Saya percaya masing-masing kita disini duduk dengan kuk masing-masing yang sudah diberikan Tuhan. Kuk/ beban hidup kita mungkin dengan masalah perekonomian, masalah pasangan/suami/istri/anak, keluarga. Orang tua/ mertua/ ipar, rekan kerja/ rekan pelayanan/ tetangga/ dsb. Kadang-kadang yah, kita bisa merasa kuk/beban hidup kita kok tidak pernah selesai ya? Kenapa ada terus ya? Bagaimana cara saya melewatinya ya? Bahkan mungkin bisa sampai stress, marah, juga bisa jadi efeknya adalah putus harapan. Ada banyak kejadian saat ini orang-orang yang merasa hidupnya kurang beruntung dan mengakhir nyawanya atau nyawa orang lain.

 

Tuhan mengatakan Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Pada firman Tuhan malam ini Tuhan mau kita memikul kuk kita. Kuk yang dikasih oleh Tuhan. Bapak/ibu/saudara/I sekalian, memikul beban artinya membawa dan mengangkatnya karena apa? Karena beban yang ada saat ini bahkan kedepannya adalah beban yang Tuhan sendiri yang izinkan terjadi. Tuhan tahu sampai dimana kapasitas kita, bagaimana masalah yang mampu kita selesaikan, bagian mana yang bisa kita capai, karena Tuhan itu maha. Artinya Dia tidak sedang main-main atau sembarangan saat memberikan beban itu, tidak asal-asal dan asal kasih makanya Tuhan mengatakan Pikullah kuk yang Kupasang, Tuhan yang memberikan bukan manusia. Pas dan tepat dengan kemampuan kita masing-masing. Mungkin kita saat ini merasa wah, Tuhan aku gak mampu, Tuhan bagimana ini sudah tidak ada lagi kesempatan, bagaimana ini aku gak sanggup dan aku belum menemukan dan mendapatkan juga apa yang aku inginkan. Yah, banyak respon kita yang akan kita hasilkan dalam berbagai kondisi dan himpitan hidup dengan kuk kita tersebut.  Namun itulah yang terbaik beban yang membuat kita untuk berhasil dan mendapatkan sesuatu dibaliknya setelah kita lewati. Harus ada ketundukan pada Allah.

 

Bapak/ibu/saudara/I sekalian ketika kita dalam keadaan berbeban berat, apa respon kita seharusnya? Tuhan mengatakan “belajarlah dari padaKu”. Tuhan tidak mengatakan belajarlah dari pada orang berpengalaman lainnya, tapi dari padaKu. Kenapa? Kita mungkin saja bisa belajar dari orang yang berpengalaman dan sudah melalui pencobaan dan tantangan yang sama, namun terkadang ada kondisi dimana kita tidak sama persis, bahkan terkadang solusi yang dilakukan seseorang menghadapi masalahnya itu waktu kita terapkan sama sekali tidak berhasil dalam masalah kita. Kenapa? Karena tiap orang beda walaupun terkadang ada juga yang berhasil. Bahkan terkadang waktu kita tanya orang lain/sharing masalah kita kadang kita malah jadi tidak semangat, “ah gitu aja gak bisa, ah biasa aja masalah kamu, atau justru kita dibicarakan atau digosipkan ke orang lain hingga kita kurang rasa percaya”. Makanya Bapak/ibu/saudara/I sekalian Tuhan mengatakan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati waktu berbeban berat adakah kita belajar sama Tuhan. Datang bertanya “Tuhan, aku lagi butuh ini, aku lagi sedih mikirin ini, dsb.”. adakah bertanya apa yang harus saya lakukan dalam kesulitan ini? Belajar itu sama dengan datang menghampiri dan bertanya. Proses belajar dari tahap ke tahap sampai paham. Puncak dari semuanya dan tanda bahwa proses belajar kita sama Tuhan sudah tepat, maka aka ada perasaan tenang, dan damai sejahtera. Makanya Tuhan mengatakan jiwamu akan mendapat ketenangan. Ada damai sejahtera yang kita rasakan.

 

Sehingga, waktu kita memikul kuk/beban kita masing-masing terus belajar dari pada Tuhan. Tanda kalau kita belajar dan mau tunduk pada Tuhan, maka hati kita akan mendapat damai sejahtera penuh, ada ketenangan dan harapan yang selalu terlihat nyata dalam hidup kita.


Bapak/ibu/saudara/i sekalian

Ada poin yang Tuhan ingin ingatkan kepada kita melalui firmanNya malam ini, yakni bahwa:

    ***Setiap kita ditaruhkan Tuhan beban bukan untuk membuat kita lemah, justru kalau ada beban saat ini dan kedepannya sikap kita adalah bersyukur bahwa Tuhan sedang mengajak kita untuk berhasil dan membentuk sikap hati, pikiran kita agar tunduk pada arah dan tujuannya Tuhan. Jangan lari, berusaha keras mengandalkan yang lain ataupun menolak beban itu seperti kuk yang ditaruhkan pada hewan, karena kita hanya akan terluka, tersakiti, dan bahkan kita akan semakin gagal dan tujuan Tuhan atas hidup kita yang terbaik bagi kita tidak akan tercapai. Terus tunduk dan belajar sama Tuhan sampai hati kita ada damai sejahtera. Jangan menolak saat Tuhan meminta kita memikul beban, itu demi kebaikan kita. Kita tinggal tunduk dan nurut saja maka semuanya akan menjadi ringan dan enak dinikmati.***

Seperti nabi yeremia waktu Tuhan berfirman Beginilah firman TUHAN kepadaku: "Buatlah tali pengikat l  dan gandar, lalu pasanglah itu pada tengkukmu! (Yeremia 27:2) untuk bangsa Yehuda, namun bangsa itu menolak sehingga mereka berakhir dibuang ke babel. 

Semoga kita mulai hari ini tidak takut dan gelisah waktu Tuhan memberikan beban dalam hidup kita, namun kita percaya ada tujuan baik Tuhan atas apa yang dipercayakan Tuhan kita tanggung saat ini, kita terus belajar sama Tuhan, bertanya sama Tuhan sampai kita memiliki rasa damai sejahtera dan ketenangan dalam melewatinya. Akhir dari semuanya adalah sesuatu yang indah dalam hidup kita akan kita dapatkan masing-masing. Amin?

 Demikianlah yang bisa saya bagiakan buat kita semua, semoga kita terus belajar dari Tuhan dan punya ketundukan dan mau dibentuk Tuhan. Amin.

Senin, 07 Maret 2022

Mencintai Hingga Terluka-

 Cinta dalam KBBI adalah suka sekali; sayang benar; kasih. Sedangkan, mencintai adalah kegiatan yang dalam keadaan sadar dilakukan, merasakan rasa suka sekali; sayang benar; dan kasih terhadap seseorang. Perasaan dimana hal apapun akan dilakukan untuk menyatakan rasa itu kepada seseorang. Akan banyak hal yang dicoba demi menyenangkan orang yang dicintai. Lalu, bagaimanakah jika ketika mencintai, yang didapat adalah justru luka? Sayatan demi sayatannya akan membuat perih dalam hatimu layaknya pisau yang tertusuk tajam dalam dan itu terus dirasakan ketika mencintai seseorang. Bukankah jika demikian, cinta sungguh sangat mengerikan? masih kah akan memberikan yang terbaik? masih kah mau mencinta?


Mencintai hingga terluka...

Siapa yang rela melakukannya?

Setiap orang ingin dibahagiakan. Setiap insan ingin senang dan tidak seorangpun ketika mencintai seseorang dengan sangat, yang ia harapkan adalah luka. Tidak seorang pun. Luka didapati dari sesuatu hal yang diharapkan namun yang terjadi justru kebalikannya. Hal yang diharapkan adalah dicintai juga dengan baik, disayangi, dianggap, dll. Namun, ketika yang didapat bukan balasan yang seperti itu, ketika kamu sudah sepenuhnya memberi yang terbaik, mungkinkah luka yang terasa? ya. Bisa saja. Tersebab ada harapan yang mengikuti. Ada ingin untuk dibalas dan mendapat yang terbaik pula. Ada kemauan untuk bisa memiliki rasa yang sama. 


Namun, bukankah ketika berniat mencintai ada kesiapan yang mengikuti?

Siap dengan segala macam konsekuensi. Siap ketika hatinya dipatahkan, dan siap menanggung penderitaan. Bukankah cinta hakikatnya indah, baik dan menyenangkan? Lalu, mengapa keburukannya juga tidak sekalian kita bungkus sepaket di dalamnya? sebab kita tahu bahwa ketika ada bahagia, ada luka yang tentu harus kita terima.


Tuhan mencintai umatnya.

Demi cinta yang tulus, rasa sayang, dan kasih, maka IA turun dalam rupa manusia. Ada roh yang tinggal yang menjaga umatnya. Ada Yesus yang menunjukkan jalan dan teladan dalam hidup. Bukankah IA juga demi cintanya harus melalui banyak waktu dan perjalanan panjang dalam dunia? ada proses dimana IA ditantang agar egonya muncul. IA dihina. dicaci, dimaki, dijauhi, dipukul, diacuhkan, diabaikan, diragukan, dihianati, bahkan akhirnya demi cintanya IA pun rela mati demi kesalahan yang tidak pernah ia perbuat? padahal hatinya tulus demi cintanya, demi umatnya. GREAT bukan?


Mengapa pada setiap hati yang terluka ketika mencintai tidak belajar dari guru agung kita?

Bukankah kita tahu bahwa pada akhirnya ketulusan cinta akan mengalahkan segalanya?

Sekalipun mungkin mereka meninggalkan kita, atau kita lenyap hilang tak bernyawa, bukankah kita percaya cinta kita akan dikenang dan abadi dalam hati setiap insan yang pernah kita cintai dengan begitu baik?

Jadi, yoook...

Mari terus mencintai hingga terluka. Luka-luka itu akan menguatkan kita pada perjuangan yang seharusnya kita perjuangkan. 

Ingat, bahwa cinta yang tulus akan menghasilkan kebaikan, keindahan, dan kenangan yang tak terlupakan. 


:) :) :)

Senin, 25 Oktober 2021

Pernikahan (Kawin) dalam Kristen

Membentuk keluarga merupakan keputusan yang sangat penting dan perlu dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Seseorang yang akan kamu ajak bersama mengarungi sisa hidup selama Tuhan berkenan memberikan kesempatan di dunia. Hal ini bisa menimbulkan dua dampak. Bisa kebahagian atau bisa juga penderitaan.

Nikah atau kawin dalam KBBI, bermakna "membentuk keluarga dengan lawan jenis; bersuami atau beristri; menikah".

Melihat pengertian di atas, kita menyadari bahwa pernikahan pada hakikatnya berlangsung dengan sesama jenis. Artinya, anggapan atau penerimaan menikah dengan sesama jenis juga tidak diperbolehkan terutama dalam iman percaya, hal ini juga sangat dilarang.

Dalam Kejadian 2:24 dikatakan bahwa, "sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging". Hal ini memberikan pemahaman bahwa ketika sepasang kekasih/ atau orang muda menyatakan siap menikah, maka hanya akan ada dua pribadi di dalamnya bersama Tuhan sebagai pemimpin keduanya. Keluarga berada di garis luar dari keduanya. 

Berbicara mengenai pernikahan tidak akan pernah ada habisnya. Pernikahan adalah anugerah Tuhan pada setiap kita. Kepercayaan dan tanggung jawab yang Tuhan berikan agar kita bisa membangun hadirat Tuhan di dalamnya membuat setiap keluarga memiliki tantangannya masing-masing. Kekuatan setiap pasangan juga berbeda-beda, untuk itu perlu punya hikmat Tuhan dalam membangunnya. Semakin sukses dalam memecahkan masalah, menghadirkan harmoninya Tuhan dalam sukacita keluarga, relasi yang penuh dengan kasih, dan ucapan syukur dalam segala keadaan, adalah kunci bagaimana menghadirkan Tuhan dan menciptakan pernikahan yang menarik dan dinikmati, baik dihadapan manusia maupun Allah.

1 Petrus 3:7, Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan istrimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.

Kehidupan saling menghormati juga harus tetap ada dan ditumbuhkan bersama pada suami istri, meski keduanya merasa bahwa pernikahan sudah cukup lama dan sudah saling kenal. Namun, sikap saling menghargai dan mengasihi satu sama lain akan menimbulkan sikap hati yang terus menyadari adanya saling membutuhkan satu sama lain. Sehingga satu sama lain merasa dibutuhkan dan tidak ada yang merasa tidak dipedulikan.

Menikah itu sangat mengasikkan bagi sebagian orang yang menghargai suatu pernikahan. Neraka bagi sebuah pernikahan yang di dalamnya tidak menghadirkan kasih Allah. Esensi pernikahan terletak pada kedua insan tersebut. Komitmen untuk saling mengasihi dan menolong satu sama lain harus terus dikembangkan dan ditumbuhkan. Allah adalah inti dari semuanya. Selamat berbagi kasih dan bertumbuh bersama. 



Minggu, 26 September 2021

Aku bukanlah aku.

 Ini kali tulisan ku yang pertama sejak berhenti menulis. Aku tetiba merasa menulis bukan hal yang menarik dan mengasikkan. Banyak hal yang rasanya ingin aku tuangkan, namun berakhir pada satu kata, lalu kuhapus. Ah, entahlah. Aku merasa tidak bersemangat untuk merangkai kata, dan menerjemahkan asa dalam lisan.


Dua dekade berkecimpung dalam perjuangan dan masa yang beda. Dunia yang baru saja aku pelajari, kini Sang Empunya terus menambahkan satu tantangan begitu cepat. Anugerah yang terkadang menjadi bencana buatku. Aku tak mampu menjadi yang terbaik dan tak pernah lulus dalam permainan dunia.


Ego

Ya. Ada ego yang semakin meninggi dalam hatiku. Kepalaku rasanya pecah dan batinku rasanya remuk dengan api yang membara memanaskan naluri. Aku sedang mencari apa yang hilang dalam perjalananku. Sepertinya aku bukan aku. Berusaha melihat sedemikan rupa, namun dihentikan oleh satu tatapan dan kata yang tak bermanfaat.


Melakukan yang terbaik itu adalah aku. Mengusahakan yang terlihat sempurna akan aku lakukan, demi orang yang aku cinta. Namun, disini tak ku temukan. Pada jalannya ada banyak liku yang tak bersambut. Kau meneriakkan bunyi, namun bersambut kata. Kau menggemakan nyanyian, namun bersambut hentakkan. Dan bukankah akan lebih terasa pilu, jika kau memberikan senyuman, namun kau hanya mendapat hardikkan. Tak bersambut.


Ibarat patah hati sebelum menyatakan. Ada luka yang kau dapat sebelum memaparkan. Meski, apa yang kau usahakan adalah yang terbaik dari apa yang kau miliki. Keseluruhan jiwa kau beri, namun itu bukan hal besar baginya, dia yang kau beri namun itu tak cukup untuk menyenangkannya. Hanya sebuah kado kecil tak ternilai, meski itu hartamu satu-satunya. 


Kau memendam keseluruhan kepingan luka, rindu, dan bimbang. Kau ingin menyatukan nya, namun itu takkan pernah bermakna. Tersebab, setiap luka, rindu, dan bimbang bukanlah satu kesatuan. Kau hanya buang-buang waktu percuma. Kadang ada cinta yang melimpah, seketika hilang dengan sebuah pilu. Terkadang kau merasa cinta adalah hidup, namun hentakkan membuatnya sirna. Ya. Hati yang tak dijaga, akan pudar dilumat luka.


Diam.

Itu saja yang akan mampu menjaga benteng egomu. Menahan dan tak sesumbar melepas kata. Sebab, kata takkan mampu dihapus waktu. Apa yang terucap terkadang hanya akan membuat bekas yang terlihat jelas. Takkan hilang oleh waktu, meski terlihat pudar dan seolah-olah tak terlihat.


Aku tak tahu sampai kapan.

Aku bukanlah aku.

Semakin waktu menggiring diri memasuki masa-masa yang berbeda. Semakin aku bukanlah aku. Keterpaksaan memaksa diri mengubah haluan. Mengubah rasa, dan mengubah ingin. Berharap akan ada waktu menjamah diri dan menyadarkan akan berartinya sebuah kata, sebuah hati, dan sebuah makna. Mungkin saat nanti, dimana aku tak lagi ada menemani waktunya yang berlalu.


Jkrt, 27/10/21

Kamis, 21 Januari 2021

Gadis Kecilnya Tuhan_

(Mazmur 5-12) Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai d selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria e orang-orang yang mengasihi nama-Mu. (5-12) Namun, biarlah semua orang yang berlindung di dalam Engkau bersorak-sukacita.


"Akulah gadis kecil Mu ya Tuhan, yang duduk di bawah kakiMu, menatap Mu sambil tersenyum padaMu, menunggu kataMu untuk apa yang harus aku lakukan selanjutnya".


Sungguh indah bukan? 

Membayangkan diri dan menganggap diri sebagai anak yang terus menunggu Bapanya, menanti-nantikan "apa lagi ya yang akan Bapa sampaikan kepadaku?", seperti itulah rasa hati yang begitu menikmati kehadiran Bapa sebagai sosok yang terus mencintai kita.


Di usia 27 tahun bahkan di usia berapapun, kita tetaplah anakNya. Setiap hari dengan sukacita seolah-olah menanti-nantikan dan berbicara kepadaNya untuk apa yang akan dikerjakan hari ini. Pada waktu pagi hatiku menanti-nantikan suara Tuhan Allahku. 


Hendaklah kita beria-ria, 

Meminta hikmat dan damai sejahtera dalam menghadapi setiap hari yang Tuhan izinkan boleh kita nikmati dengan tantangan dan segala perkara bahkan sukacitanya.


God bless Us :) 

Jumat, 08 Mei 2020

Dialog Malam & Rindu_ (Cerpen)

Rindu :

Malam, ini menyiksa. Tiba mu begitu cepat. Mentari baru berarak naik menyatakan hangatnya kasih yang luas tak berbatas. Namun, senja tetiba menghampiri dan engkau pun beranjak menguasai, menenggelamkan wajah dan memupuk rasa kuatir. Engkau menyibakkan suka menjadi luka, luka yang terlalu dalam dan kini ia kembali hadir dengan hadirmu ia beriring.

Malam, goreskanlah satu kata yang mungkin bisa memastikan perihal rasa. Memastikan bahwa semua akan menjadi akan lebih baik, membahagiakan, dan akan mempertemukan. Gerak langkahmu menutup mata hati, menyesakkan dada, membanjiri diri dengan air mata. Karena aku _Rindu_.




Malam :

Rindu. Aku berpura-pura tegar pada langkah. Wajah menatap tajam, dan perihal mata cerah dengan senyum lepasku bukanlah sungguhan. Aku memilih terlihat bahagia hanya untuk tidak menutup masa dan menaruh luka lalu pergi. Aku memburu waktu untuk menjamu diri agar engkaupun tahu bahwa menutup luka dengan paksa adalah suatu kesakitan dan keputusan yang keras pada diri. Bahkan lamunan hanya akan terasa menyakitkan, sekalipun lamunan itu mengisahkan betapa bahagianya aku dengan keadaan saat ini, Rindu.


Aku selalu menggoreskan perihal namamu dalam setiap perjalananku. Entahkah terkadang dalam langkah, dalam rupa yang berwujud, bahkan terkadang dalam senyuman yang aku beri. Namamu memang senyata itu dalam diri, lekas membekas namun sakit untuk dilepas.

Apa???
Lupakan???!!

Semudah itu mungkin terdengar. Tapi, bukankah kamupun paham, bahwa kebencian didasarkan oleh sebuah pertemuan yang dipisahkan tanpa sebuah ketetapan. Pertemuan yang dibarengi sebuah senyuman namun diakhiri tanpa di dampingi sebuah kata. Juga, pertemuan yang diawali tatap dan ditinggalkan dengan ratap.

Hahahaha....
Rindu, kau dimana? Masihkah menetap?


Rindu :

Hatiku hancur.
Barangkali, Semesta memberi kita ruang. Yaitu terang yang kian menjadi kelam. Sementara dalam waktu itu, kita tidak menyadari bahwa kisah akan berakhir, dan entah kapan kah itu, hingga hanya air mata yang terlihat. Sesak di dadamu pun belum selesai, saat semesta mempertemukan kamu kembali dengannya, saat terang hampir menyapa dan kamu sedang bersiap menyambutnya. Tapi sayang, itu seperti membuatmu berada dalam lingkaran setan. Kamu hanya akan semakin tersakiti. Seandainya malam tetaplah malam, atau terang tak tergantikan malam, mungkin semua akan tetap sama. Namun, perlu kamu tahu dunia tak seperti yang kita harap. Cuaca berubah tanpa kamu sadari. Kadang hujan tak didahului mendung. Kadang terang tak selalu terlihat matahari. Kamu pun paham bahwa justru terkadang gelap tetiba datang tanpa tanda dari Semesta. Lantas, masihkah kamu bertahan pada semuanya, malam...

Malam :

Sudahlah.
Jangan lagi rindu.
Aku tak mau ada yang terluka. 

Dulu memang benar. Apapun akan aku lakukan untuk kita. Namun, ternyata aku salah selama ini. Aku pikir bahwa cinta adalah penerimaan ternyata aku salah, cinta adalah pilihan. Kamu memilih pilihan. Kamu menetap pada satu pilihan tanpa menunjukkan padaku arah jalan pulang. Tanpa menunjukkan bagaimana caranya melupakan, bagaimana caranya menutup tanpa menyentuh, dan bagaimana cara menghapus kenangan tanpa mengingatnya.

Tahukah kamu bagaimana aku berjuang mencari jalan pulang? Tahukah kamu aku meratap, berteriak, dan menjerit namun tak satupun yang mendengar. Betapa teganya kegelapan menemani tanpa secercah cahaya. Tahukah kamu bagaimana aku mencari cara untuk melupa sebuah kenangan yang kita sengaja buat mengira bahwa akan kekal selamanya. Dan apakah kamu tahu aku terus menggila untuk melupakan, tapi semakin aku berusaha semakin aku terluka dan kenangan itu semakin menyeruak membuat aku terpuruk dan hancur.

Sakitnya membekas hingga pagi menjelang.
Tapi hanya ada kata rindu.

_salam pada rindu_
_malam yang kau tunggu_
_Kisah yang kau tutup_



*Er/8/5/20

Senin, 04 Mei 2020

Selalu Ada Awal_

Tangan bertaut
Jari jemari bercengkrama dalam sunyi
Seuntai kata demi kata terlantun
Bibir mungilnya menderu dalam khusuk
Rintik hujan di pelupuk matanya berjatuhan
Itulah ranah seonggok tubuh mengadu
Dalam pekat
Gelap
Hidup yang menerkam
Ia menyerah dalam doa
Tangisnya pecah. Tatkala batin dan pikirnya bertemu dalam kisah kegagalannya
Ia meringis memohon ampun pada nista
Salah
Dan, noda hidup yang menghiasi

Selalu ada awal,,,

Saat hatimu mengadu
Batinmu merayu
Dan pikirmu meminta
Semesta akan memberi ampunan.

Kembalilah...
Jalan setapak demi setapak memang menyakitkan
Berujung nikmat kan kau dapat
Menyerah di pusara kehidupan bukanlah semestinya
Kau,
Lebih dari pemenang

Memulai baru_

Senin, 24 Februari 2020

Hidupku adalah belas kasih, Matiku adalah anugerah.

Jika dipikir-pikir, apa guna hidup tanpa mengenal "apa artinya hidup". Bahkan, kematian adalah akhir sesungguhnya. Juga, mati adalah kesendirian. Lalu, pertanyaan dalam diri, "seberapa siapkah aku untuk itu? Bisakah aku mempertanggungjawabkan semua anugerah yang sudah aku terima dari-Nya? Sedangkan aku selagi hidup sibuk dan asik mencari kesenangan diri. Terlalu kurang seluruh anugerah yang ada hingga diri terus merasa tersiksa dan haus semakin haus akan kesenangan semu, hingga lupa diri dan waktu, tetiba akhir usia menutup". Aku terkejut.

Melebihi seperempat abad, aku sudah menjelajahi bagianku. Sebenarnya bukan waktu singkat. Terlebih ketika melaluinya tahap demi tahap, kataku dalam hati "TANPA PERTOLONGAN TUHAN, AKU TIDAK MUNGKIN MAMPU MELEWATINYA". Terlalu berat rasanya ketika cobaan yang diizinkan-Nya menimpa. Tanpa hati yang kuat pada ketegaran akan percaya suatu saat kelak hidup akan berubah, bahwa Tuhan tidak sedang tidur, bahwa hidupku adalah anugerah, bahwa pula tidakkan mungkin Tuhan mengizinkan aku hadir di muka bumi ini tanpa arti, dan tidak hanya untuk menderita.

Perih.
Luka yang tidak akan pernah pulih jika aku tidak melihat bahwa kasih-Nya yang benar-benar memulihkan semua lukaku. Luka yang diberi tanpa sengaja dalam keluarga yang hancur, luka pada masa perjuangan seorang diri, luka pada masa kegagalan demi kegagalan. Bahkan, terakhir kali ketika apa yang didoakan setulus hati, apa yang diinginkan demi kebaikan pada Sang Pencipta (pikirku) menjadi tak pernah berwujud. Kekecewaan demi kekecewaan membuat beberapa waktu diri menjadi takut. Menjadikan kekecewaan sebagai amarah yang tak terluapkan. "Ya, aku pernah marah pada Tuhan". Ya, aku kecewa. Cukup sangat kecewa. Hingga berbulan-bulan aku hampir tidak menikmati waktu teduh bersama-Nya lagi. Aku hampir lupa bagaimana caranya berdoa dari kesungguhan. Hanya ada rasa kecewa, marah berbalut pasrah. Kemudian, kekecewaan demi kekecewaan aku lampiaskan pada kepasrahan memilih tanpa berpikir dan tanpa benar-benar mendoakannya, meminta petunjuk-Nya pada pilihan hidup. Beberapa kali juga Tuhan membiarkan memberikan pembelajaran, akibatnya diri harus menanggung kesalahan itu dengan kecewa yang lebih dan tangis yang tak terhitung. Aku tahu rasanya hancur. Semenjak itu aku akrab dengan hati yang patah. Bahkan, aku sudah merasa bagianku adalah selalu salah. Pikiran yang seharusnya tidak pernah ada dalam diri.

Kali ini, aku berpikir "apa hidupku?". Jika aku terlalu memusingkan diri pada duniawi ini, bukankah bagianku hanya kesendirian dalam kematian kelak? Bukankah kelak Tuhan tidak akan mempertanyaakan mengenai segala yang aku pusingkan ini? Wahai diri, mawas dirilah selalu. Wahai diri, jalanilah hidupmu tanpa harus berpikir akan hari esok. "Kesusahan sehari cukuplah sehari". Wahai diri ada Tuhan yang senantiasa mencintaimu meski dunia bahkan meninggalkan dan mengecewakanmu, nikmatilah kasih-Nya yang hakiki. Ia memanggilmu begitu lembut. Datanglah dan minumlah air hidup dari-Nya yang akan menyejukkan batinmu.

Bertahanlah_

Senin, 13 Januari 2020

RPP 1 LEMBAR_TEKS EKSPLANASI


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
No. KD 3.9-4.9/VIII/2020

Satuan Pendidikan    : SMP Kalam Kudus Pekanbaru
Mata Pelajaran          : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester       : VIII / 2
Materi Pokok            : Teks Eksplanasi (Mengidentifikasi informasi isi teks)
Alokasi Waktu          : 1 pertemuan (3 JP)



1.     Tujuan Pembelajaran
-        Peserta didik dapat mengidentifikasi informasi dari teks eksplanasi berupa paparan kejadian suatu fenomena alam yang diperdengarkan atau dibaca.

2.     Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
2.1  Alat dan Bahan
2.1.1. Alat             : Proyekor, Laptop,
2.1.2. Bahan          : Video “Sebab Akibat Banjir”
2.1.3. Pertanyaan    : Apa sajakah ciri teks ekplanasi tentang fenomena alam yang dibaca/didengar?

2.2  Siswa berlatih praktik/mengerjakan tugas halaman buku 130 dan 132.

2.3  Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok/individu tentang menentukan ciri teks ekplanasi berdasarkan video fenomena alam “banjir” yang dibaca/didengar.

2.4  Menyimpulkan dan Penilaian Pembelajaran
2.4.1. Kesimpulan Pembelajaran
Peserta didik dan guru menyimpulkan materi pada tatap muka secara bersama-sama.

2.4.2. Penilaian (Terlampir)
1.   Sikap                  : Pengamatan (Jurnal)
2.   Pengetahuan      : Penugasan
3.   Keterampilan     : Kinerja proses





                                                                                                            Pekanbaru, Januari 2020
Mengetahui                                                                                      Guru Mata Pelajaran/Kelas
Kepala Sekolah


Elysabet Jainem, S.PAK.                                                                   Ernimawati Halawa, S.Pd.