Minggu, 17 April 2022

*Karena dimana hartamu berada, di situ juga hatimu berada*

Air mata berderai tidak terhenti saat melihat sebuah video yang dimana seorang anak usia 1 tahun menangis, wajahnya memucat dan mulutnya membiru. Ia menangis dengan sangat kuat juga terlihat matanya menutup. Seketika aku bisa merasakan kesakitan yang dirasakannya, terlebih perasaan mamanya. Mungkin bagi sebagian orang yang sudah menjadi orang tua, akan merasakan bagaimana kesakitan yang dirasakan saat anak yang dia kasihi tergeletak tak berdaya dan menahan kesakitan. "Mungkinkah jika bisa digantikan olehnya, maka ia akan melakukannya dengan senang hati"

Berbicara mengenai harta, mungkin sebagian orang menilai bahwa anak adalah harta yang tak ternilai. Tak akan bisa digantikan dengan apapun, bahkan jika harus menyerahkan jiwa untuk anaknya, setiap orang tua akan melakukannya. Sebagian orang lagi harta baginya adalah dalam bentuk uang, perhiasan, atau hal-hal yang menurutnya sangat berarti. Bahkan, ada banyak lagi harta yang dianggap berharga bagi banyak orang lainnya. Harta yang demikian akan sangat dijaga, dirawat, dan sulit untuk dilepas. Akan ada kekecewaan, kesakitan, juga amarah jika harta tersebut diambil atau dirusak apalagi jika disakiti.
"Dimana hartamu berada, di situ hatimu berada".
Wajar saja jika Tuhan menyatakan ini dalam firman-nya. Harta yang sangat kita idamkan, sayangi, dan jaga, itulah pusat perhatian dan fokus manusia. Ketika harta itu hilang dan lenyap maka akan muncul amarah, kekecewaan, kesakitan yang luar biasa, bahkan terkadang menimbulkan pertikaian di antara sesama.
Kali ini, mari belajar menempatkan antara harta dan Tuhan pemilik hidup dan semesta. Apa yang digenggam terlalu kuat, itu pula yang terkadang akan menyakiti dan menusukmu terlalu dalam. Mengapa demikian? Alasannya yakni kita merasa bahwa hal itu/harta yang kita punya adalah kepunyaan kita secara utuh. Bukan milik yang lain. Kita terkadang merasa bahwa harta kita, hanya kita yang boleh memiliki, memakai, dan menunjukkannya.
Percaya tidak, bahwa bahkan hidup kita adalah milik-Nya. Terlebih harta yang dititipkan kepada kita untuk kita olah dan jaga. Maka, mungkin perlu untuk tidak menggenggam sesuatu dengan erat. Perlu terkadang berpikir bahwa segala sesuatu di bawah langit, apapun yang kita miliki, adalah milik-Nya. Sehingga, ketika memilikinya, ketika diberi kesempatan untuk menjaga dan mengolahnya, kita tidak sedang bermain-main ataupun merasa berkuasa penuh. Tetap mari hadirkan Tuhan di dalamnya untuk berotoritas, menjaga, dan memeliharanya. Hadirkan Tuhan untuk melawatnya meski dalam segala keadaan menyakitkan, menyedihkan, ataupun suka cita. Sehingga ketika harta itu tak lagi denganmu, tak lagi milikmu, kamu akan tetap baik-baik saja dan tetap memiliki damai sejahtera. Sebab, bukan kita pemiliknya seutuhnya.
Harta adalah anugerah
Harta adalah pemberian
Mari menggunakan kesempatan dengan baik. Serta, tidak menggenggam terlalu erat. Agar jangan sampai dimana harta kita berada di situ hati kita berada. Tetapi biarlah hati kita terus ditempati oleh Roh Kudus Tuhan dan damai sejahtera-Nya.
_Happy Friday_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar