PENINGKATAN
KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X SMA N 1 KANDIS
P T K
Diajukan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah
Penelitian
Tindakan Kelas
Oleh :
ERNIMAWATI HALAWA
1205113229
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
Pekanbaru
2015
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan perwujudan dari
salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan
kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang
pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan
pendidikan maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor yang sangat
strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila
dihubungkan dengan ekstensi dan hakikat hidup manusia, kegiatan pendidikan
diarahkan pada manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan religius.
Pendidikan merupakan usaha sadar
yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan
kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu proses
pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya
manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Sekarang ini
masalah pendidiakn menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya
nilai rata-rata ujian nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Rendahnya mutu pandidikan di Indonesia, banyak
opini yang muncul baik datangya dari pejabat, pakar dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat
antara lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan
kurikulum terlalu padat dan pola pembelajaran yang kurang menarik.
Kurang optimalnya pelaksanaan
sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang
disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya kurikulum
Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi pelaksanaannya yang
masih jauh dari optimal. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah
masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan,
kurang optimal karena metode pengajaran yang digunakan, metode yang
memang-meang, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk belajar. Seperti
yang telah kita lihat metode dalam peroses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru terkesan itu-itu saja. Dalam hal ini fakta, konsep, dan perinsip
pembelajaran lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi
tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan praktik. Kombinasi pembelajaran yang
tidak berpariasi seperti yang sering diterapkan oleh guru adalah, mengajar
dengan ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak terlibat aktif
dalam pembelajaran.
Berdasarkan pemantauan peneliti di
SMA Negeri 1 Kandis, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
Kondisi seperti ini menyebabkan siswa kebanyakan diam (pasif), kurang aktif
dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar
bahkan beberapa siswa sering meninggalkan ruangan kelas pada saat proses
pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang bermacam-macam, di antaranya,
karena tidak suka dengan cara guru mengajar, merasa bosan dengan metode mengajar
guru dan sebagainya. Dalam hal ini sangat diperlukan langkah-langkah
penyelesaian yang tepat untuk mengatasi beberapa masalah tersebut. Salah satu
cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah perlu diadakannya pembenahan
baik bagi tenaga pengajar maupun siswa sehingga siswa dapat terlibat secara
aktif. Keterlibatan secara aktif tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun
intelektual emosional. Tetapi dalam kenyataanya selama ini guru masih belum
maksimal dalam melakukan pengolaan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat
dilihat dari banyaknya guru yang mengajar
hanya dengan menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar
mengajar hanya didominasi oleh guru dan siswa bertindak pasif dalam belajar.
Kesulitan yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum
sempurna dalam menerapkan pengelolaan kegiatan pembelajaran.
Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan
pembelajaran melalui penerapan dengan model yang sesuai yang dapat mengaktifkan
siswa dalam belajar. Guru harus bisa memilih model yang tepat dan sesuai dengan
materi pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Seperti model pembelajaran yang
akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya yaitu, Numbered Heads
Together, Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap
siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru
memanggil nomor dari siswa. Dengan demikian siswa diharapkan lebih aktif dan
mempunyai keterampilan berbicara menyampaikan gagasannya dalam belajar.
Hal ini juga harus didukung dengan
konsistensi guru dalam menerapkan model yang ia pilih dan sesuai dengan RPP
yang ia susun. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Melalui
Pendekatan Numbered Heads Together Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas
X, SMA Negeri 1 Kandis”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu apakah rendahnya keterampilan
berbicara siswa salah satunya diakibatkan karena kesalahan konsep dan metode
pembelajaran yang diterapkan atau mungkin karena sitem penerapan metode
pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar (guru) tidak sesuai dengan
RPP yang dibuat.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian terarah dan dapat
mencapai sasaran maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a. Penelitian
ditekankan pada kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran yang ada dalam
RPP yang ia buat
b.
Penelitian ini dilaksanakan pada
proses pembelajaran oleh tenaga pengajar
c.
Penelitian ini dilakukan di SMA N
1 Kandis pada kelas X.
d. Implementasi
konsep penelitian pada materi berbicara pada kelas X di SMA N 1 Kandis.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di
atas, maka peneliti merumuskan masalah, yakni bagaimana cara metode Numbered
Heads Together diterapkan sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara
siswa kelas X semester II di SMA N 1 Kandis?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di
atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah, untuk mengetahui cara penerapan metode Numbered Heads Together dalam
memotivasi belajar siswa kelas X semester II di SMA N 1 Kandis.
F. Manfaat
Penelitian
a. Manfaat secara teoritis
Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan, terutama dapat mengembangkan
khazanah ilmu tentang peningkatan keterampilan berbicara siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan Numbered Heads Together.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan perbandingan bagi peneliti terdahulu yang terkait dengan
penelitian ini.
b. Manfaat secara praktis
1.
Bagi siswa
Untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga pemahaman siswa
mengenai konsep Bahasa Indonesia yang dipelajari menjadi lebih baik dan dapat
menyampaikan gagasannya dengan terampil.
2. Bagi guru
Sebagai pedoman dalam menerapkan
pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dengan pendekatan Numbered Heads Together.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini merupakan sumbangan yang
bermanfaat dalam rangka perbaikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Konsep
Teori
1. Pengertian Numbered Heads Together
Number Head Together adalah suatu Model
pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari,
mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya
dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh
Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran
kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki
agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara
kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari
sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk
kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan.
Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling
berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti
(Tryana, 2008).
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran
NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi,
mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga
siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi
nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor
dari siswa.
2. Langkah-langkah:
Menurut kagan (2007) lngkah-langkah yang
dapat dilakukan dalam melaksanakan model pembelajaran NHT adalah :
a) Siswa
dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
b)
Guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya.
c) Kelompok
mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d) Guru
memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerjasama mereka.
e)
Tanggapan dari teman yang lain,
kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f)
Kesimpulan.
Sesuai dengan langkah-langkah penerapan
diatas Kagan membagi beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penerapan metode
Numbered Heads Together.
Kelebihan:
a) Setiap
siswa menjadi siap semua.
b) Dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c) Siswa
yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
a) Kemungkinan
nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b) Tidak
semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
3. Pengertian
Berbicara
Kemampuan berbahasa dalam pembelajaran
di sekolah mencakup empat keterampilan (language arts, language skills). Keterampilan
tersebut yaitu:
a. Keterampilan
menyimak
b. Keterampilan
berbicara
c. Keterampilan
membaca
d. Keterampilan
menulis
Di dalam kehidupan sehari-hari,
berbicara merupakan keterampilan yang paling sering kita lakukan dibandingkan
keterampilan lainnya. Apa pun pekerjaan seseorang mesti dituntut berbicara.
Dimanapun seseorang pasti ia berbicara dengan orang lain.
Mustafa, dkk. (2006) mengatakan bahwa
komunikasi dalam kelompok sosial biasanya berbentuk verbal dan nonverbal. Komunikasi
verbal menggunakan bahasa sebagai sarananya. Komunikasi verbal terbagi dua
yaitu lisan dan tulisan. Dalam komunikasi lisan yang digunakan adalah bahasa.
Setiap kelompok sosial, biasanya telah memiliki bahasa mereka sendiri.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan, kaitan
antara pesan dan bahasa lisan sebagai media berkaitan erat. Pesan yang
disampaikan pembicara kepada pendengar tidak dalam bentuk tulisi tetapi dalam
bentuk bunyi bahasa. Pendengar kemudian mengalihkan pesandalam bentuk bunyi
bahasa itu menjadi bentuk semula.
4. Peranan Berbicara
Dalam kehidupan sehari-hari, peranan
berbicara adalah penunjang keterampilan berbahasa, sebagai wahana utama
komunikasi, dan penunjang sukses dalam pekerjaan.
5. Tujuan Berbicara
Menurut Mustafa, dkk. (2006) tujuan
keterampilan berbicara adalah menghibur, menyampaikan informasi, menstimulasi
dan juga berfungsi untuk meyakinkan lawan bicara.
6. Konsep Berbicara
Logan (dalam Jago tarigan, 1997)
menyatakan bahwa konsep berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup
sembilan hal, yaitu:
a. Berbicara
dan menyimak sebagai dua kegiatan resiprokal
b. Berbicara
sebagai proses individu berkomunikasi
c. Berbicara
sebagai ekspresif kreatif
d. Berbicara
sebagai tingkah laku
e. Berbicara
sebagai tingkah laku yang dipelajari
f. Berbicara
distimulasi leh pengalaman
g. Berbicara
sebagai kegiatan memperluas cakrawala
h. Kemampuan
linguistik dan lingkungan
i.
Berbicara sebagai pancaran kepribadian
7. Jenis Kegiatan Berbicara
a.
Jenis kegiatan berbicara berdasarkan situasi
1) berbicara formal, yaitu berbicara
dalam situasi formal. Diantaranya ialah ceramah, perencaan, interview, prosedur
parlementer, bercerita.
2) berbicara informal, yaitu berbicara
dalam situasi informal, contohnya tukar pengalaman, percakapan, menyampaikan
berita, menyampaikan pengumuman, bertelepon, memberi petunjuk.
b.
Jenis kegiatan berbicara berdasarkan tujuan
1)
berbicara menghibur
2)
berbicara menstimulus
3)
berbicara menginformasikan
4)
berbicara meyakinkan
5)
berbicara menggerakan
c. Jenis kegiatan berbicara berdasarkan
jumlah penyimak
1)
berbicara antar pribadi
2)
berbicara dalam kelompok kecil
3)
berbicara dalam kelompok besar
4)
berbicara pada situasi khusus
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan konsep teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa: “Penerapan
pendekatan Numbered Heads Together dapat meningkatkan keterampilan berbicara
siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kandis khususnya pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia”
BAB III METODE PENELITIAN
A.
Desain
Penelitian
Desain
Penelitian Tindakan Kelas yang di gunakan adalah desain PTK Model John Elliott.
Seperti halnya desain model PTKnya Kemmis & McTaggart, desain PTK model
John Elliott juga dikembangkan berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin. Model ini diawali
dari mengidentifikasi masalah, yang pada hakikatnya bagaimana pernyataan yang
menghubungkan antara gagasan atau ide dengan pengambilan tindakan. Seperti
contoh identifikasi masalah berikut:
1) Para siswa merasa tidak puas dengan
metode penilaian yang digunakan guru kelasnya. Bagaimana kalau guru
berkolaborasi untuk meningkatkan pengukuran terhadap kemampuan siswa?
2)
Para siswa hanya membuang-buang waktu percuma di kelas. Bagaimana cara
guru membawa siswa lebih banyak lagi menggunakan waktu mereka untuk
menyelesaikan tugas-tugas mereka?
3) Orang tua siswa bersedia membantu
sekolah dengan melakukan supervisi “pekerjaan rumah”. Bagaimana caranya agar
bantuan orang tua siswa bekerja lebih produktif?
Apa pun masalah yang akan diangkat dalam
penelitian, hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi
guru dalam praktik pembelajaran sehari-hari di ruang kelas dan merupakan
sesuatu yang ingin dicapai serta berusaha mengubahnya atau memperbaikinya.
Apabila guru dalam melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu
yang janggal atas adanya ketimpangan dan kurang memuaskan, yang oleh peneliti
juga dicermati pada waktu orientasi atau tahapan penelitian awal penelitian
sebagai peningkatan, maka diperlukan penjelasan lebih lanjut. Misalkan,
kejanggalan itu ialah para siswa banyak membuang waktu percuma di kelas perlu
deskripsi yang mendetail, seperti: siswa yang mana yang membuang waktu percuma
di kelas itu? tugas apa yang sebenarnya yang mereka lakukan? Pada saat-saat
mana dalam pelajaran mereka melakukannya? dan manifestasi bentuk kegiatan apa
yang mereka tampilkan waktu ”membuang waktu dengan percuma” di kelas?
Informasi yang didapat dari
pertanyaan-pertanyaan di atas akan menolong untuk membedakan berbagai aspek
permasalahan penelitian dan membantu ke arah mana perbaikan pembelajaran harus
dilakukan. Refleksi atau pertimbangan baik atau buruknya atau berhasil belum
berhasilnya tindakan, merupakan bagian dari tahapan diskusi dan analisis
penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi perbaikan
selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan dalam alur-alur tahap penelitian
yang dikenal model siklus:
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian menurut Amirin (1986)
merupakan seseorang atau sesuatu mengenai yang mengenainya ingin diperoleh
keterangan. Menurut Suharsimi Arikonto
(1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat
data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam sebuah
penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada
subjek penelitian itulah data tentang variabel yang peneliti akan amati. Kesimpulan dari kedua penngertian diatas
Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber
informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam hal ini yang
menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA
Negeri 1 Kandis.
C. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode
pengumpulan data berupa hasil keterampilan berbicara siswa serta instrument
observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru. Metode observasi
ini memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara wajar dalam kegiatan
penelitian.
Penelitian didampingi oleh seseorang
observer yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Dalam hal
ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut membantu proses
pembelajaran
Data
dalam penelitian ini diperoleh melalui :
1.
Lembar Lembar observasi kinerja
siswa dalam melakukan penelitian data ini ditentukan berdasarkan skala
penilaian (amat kurang sampai dengan amat baik).
2.
Laporan tertulis dari kegiatan
penelitian yang dilakukan oleh siswa akan dinilai dengan rentang skor 0-100.
3.
Angket sikap siswa terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan.
D. Instrument pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu tes kemampuan, lembar observasi, jurnal dan catatan
lapangan.
1. Tes
Kemampuan
Tes
adalah rentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun tes yang dilakukan yaitu berupa
pemberian perintah untuk mengemukakan pendapatnya baik sanggahan ataupun
persetujuan akan berita atau artikel yang dibacanya. Hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah dicapai.
2. Lembar
Observasi
Lembar
observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau melihat
aktivitas siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan kooperatif dan
memotivasi siswa selama kegiatan belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah
lembar observasi yang diisi oleh observer sebagai pencatat lapangan.
Aktivitas
peneliti yang diamati adalah keterampilan mengajar mulai, dari membuka
pelajaran sampai pada menutup pelajaran. Aspek yang diamatinya berupa
kelengkapan dan keahlian guru dalam mengajar sebagai refleksi untuk pertemuan
berikutnya.
3. Jurnal
Siswa
Jurnal
siswa diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk
mengetahui apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran yang diterapkan di
kelas. Hasil ini akan digunakan untuk melakukan perbaikan pada tindakan
pembelajaran siklus berikutnya.
4. Catatan
Lapangan
Catatan
lapangan adalah temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang tidak
ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan
permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.
E. Prosedur
Penelitian
Prosedur
Penelitian menurut John Elliot
1. Rencana Tindakan
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dan optimal, peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together
sebagai metode yang dapat melibatkan antara guru dan siswa dan dapat berperan
aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena jika hanya menggunakan
metode-metode klasik seperti metode ceramah ataupun yang lainnya dirasakan
kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas X
di SMA Negeri 1 Kandis.
Sebelum pelaksanaan metode Numbered
Heads Together pada tahap ini, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa
tahap persiapan yaitu:
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Membagi materi
3) Peneliti membagai siswa kelas X SMA
Negeri 1 Kandis, menjadi beberapa kelompok sekaligus memberi tugas
masing-masing kelompok.
4) Setelah pembentukan kelompok,
kemudian peneliti mengambil alat observasi guna mengetahui keterampilan
berbicara siswa serta keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran berlangsung.
2. Pelaksanaan
Setelah diputuskan menggunakan metode
Numbered Heads Together siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kandis. Maka tahapan
pembelajaran sesuai dengan tahapan dalam metode Numbered Heads Together. Proses
pembelajarannya berlangsung selama 2 X 40 menit, yang meliputi:
Pertemuan
: 2 X 40 menit
1. Tahap Awal
a)
Guru menyampaikan salam pembuka
b) Guru
mengkondisikan kelas agar siswa nyaman dalam mengikuti pembelajaran
c)
Guru melakukan presensi siswa untuk mengetahui apakah siswa yang hendak
di PTK kan sudah hadir atau tidak.
d) Guru
melakukan kegiatan apersepsi siswa terhadap pembelajaran sebelumnya untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa dan juga untuk mengetahui tingkat
keterampilan berbicara siswa menyampaikan pendapatnya.
e)
Guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa sebagai hasil belajar
f)
Guru memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan agar siswa semangat
dalam mengikuti dan menerapkan pembelajaran
2.
Tahap Inti
Pre
Activity
a) Guru
memberikan stimulus materi mengenai memberikan persetujuan/dukungan terhadap
artikel yang terdapat dalam media cetak dan atau elektronik serta materi berbicara
dan cara menyampaikan gagasan mereka.
b)
Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing kelompok
terdapat anak yang akan di PTK kan.
c)
Guru memberikan nomor terhadap setiap siswa dalam kelompok yaitu nomor
1sampai 5 dan memberikan nomor secara acak guna mengantisipasi pemanggilan
kepada siswa lainnya dan lebih memfokuskan kepada siswa yang di PTK kan.
d) Guru membagikan sebuah artikel kepada
masing-masing kelompok.
Whilst
Activity
a) Guru
memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari materi artikel dan berbicara
dalam waktu beberapa menit.
b) Guru
mengarahkan siswa melakukan diskusi yang disesuaikan dengan materi agar mereka
berpikir bersama sehingga setiap anggota dalam kelompok mengetahui dan
menguasai materi mereka.
c) Guru
mengarahkan agar diskusi dimulai.
d) Guru
menunjuk nomor secara acak tanpa sepengetahuan siswa menunjuk siswa yang hendak
di PTK kan agar menyampaikan pendapatnya baik persetujuan atau sanggahan
mengenai artikel yang dibacanya.
e) Guru
kemudian meminta siswa lainnya yang juga termasuk siswa yang di PTK kan untuk
menanggapi pernyataan temannya siswa.
f) Guru
selanjutnya kembali menunjuk siswa yang di PTK kan dalam kelompok yang berbeda
untuk menyampaikan pendapatnya.
g) Guru
kemudian meminta siswa lain dalam kelompok yang berbeda yang juga termasuk
siswa yang di PTK kan untuk menanggapi pernyataan temannya siswa.
h) Guru
membimbing siswa untuk terus melakukan kegiatan diskusi dan menyampaikan
pendapatnya sesuai dengan penunukkan nomor masing-masing siswa yang di PTK kan.
i)
Guru secara tidak langsung melakukan
penilaian terhadap siswa yang di PTK kan untuk mengetahui peningkatan
keterampilan berbicara mereka setiap mereka menyampaikan gagasannya.
Post
Activity
a) Guru
mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
b) Guru meluruskan permasalahan dan
memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
3. Tahap Akhir
a)
Guru dan siswa melakukan refleksi
b) Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
c) Guru
membimbing siswa untuk melakukan evaluasi pembelajaran
d) Guru
memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajar
dan keterampilan berbicaranya.
c)
Guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.
e)
Guru menutup pertemuan dan memberikan salam penutup.
3. Observasi
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan
terhadap hasil yang didapat pada siklus I. kegiatan siswa dalam proses
belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada kemajuan bagi kelompok yang belum
presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa siswa cukup antusias dalam
mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk bertanya
dan menjawab. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam ketepatan dan
kemampuan menyimak.
Dalam peningkatan prestasi belajar siswa
yang merupakan hasil akhir dari pembelajaran metode Numbered Heads Together
yaitu dapat dilihat pada antusias belajar siswa yang meningkat dan hasil nilai
akhir ulangan harian siswa.
4.
Refleksi
Dari kegiatan pembelajaran yang telah
berlangsung dengan menggunakan metode Numbered Heads Together, maka tujuan
pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan siswa
untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-mengajar.
Dari hasil observasi, maka langkah yang
akan diambil:
a)
Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa metode Numbered Heads
Together harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih mudah dimengerti
secara mendalam makna yang terkandung dalam materi yang disampaikan.
b)
Menjaga agar kualitas belajar yang
sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap terpelihara.
F.
Teknik Analisis
Analisis data merupakan kegiatan yang
dilakukan setelah kegiatan pengumpulan data.
Dalam penelitian ini, tehknik analisis data yang digunakan adalah teknik
analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu
teknik yang menganalisis data dengan cara mengiterpretasikan data yang
diperoleh dengan menggunakan kata-kata.
Untuk memperoleh data yang benar dan
akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara
lain :
1.
Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala
sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera
dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik.
2.
Pengukuran test hasil belajar
Pengukuran test hasil belajar ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara
siswa dengan melihat nilai yang diperoleh oleh siswa.
3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari
seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan
tertentu.
4.
Metode dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode
lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.
G. Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria
keberhasilan penelitian dilihat sama seperti pada siklus 1, yaitu:
1.
Bilamana siswa lebih terampil berbicara dalam mengemukakan pendapatnya
baik berupa persetujuan maupun sanggahan dari artikel yang dibacanya ataupun
dari pendapat temannya dari sebelum penelitian diadakan.
2.
Ketercapaian siswa dalam menyerap materi pelajaran melalui tes.
DAFTAR PUSTAKA
Mustafa,
Nur, dkk. (2006). BERBICARA. Pekanbaru: Cendikia Insani Pekanbaru
Arikunto
Suharsimi, (1986). Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina Aksara
Andayani.dkk,
(2009) Pemantapan Kemampuan Profesional,Jakarta : Universitas Terbuka
C.George
Boeree, (2008) Metode Pembelajaran Dan Pengajaran,Jogjakarta :Ruzz Media
Departemen
Pendidikan Nasional, (1999). Penelitian Tindakan Action Research. Jakarta :
Ditjen : Penerbit Rineka Cipta
Suwarsih
Madya. (1994). Panduan penelitian tindakan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Idrus,
Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar