Minggu, 28 Juni 2015

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS X SMA N 1 KANDIS
KECAMATAN KANDIS KABUPATEN SIAK



P T K



Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah
Penelitian Tindakan Kelas





Oleh :
ERNIMAWATI HALAWA
1205113229




Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Daerah
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau
Pekanbaru
2015

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan perwujudan dari salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang pambangunan yang dapat parhatian serius dari pemerintah. Dengan memahami tujuan pendidikan maka tercermin bahwa, pendidikan merupakan faktor yang sangat strategis sebagai dasar pembangunan bangsa. Sejalan dengan itu apabila dihubungkan dengan ekstensi dan hakikat hidup manusia, kegiatan pendidikan diarahkan pada manusia sebagai mahluk individu, sosial, dan religius.
            Pendidikan merupakan usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk  meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan salah satu usahanya adalah melaui suatu proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha tersebut, siswa merupakan sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Sekarang ini masalah pendidiakn menghadapi berbagai masalah salah satunya adalah rendahnya nilai rata-rata ujian nasional (UN) yang dicapai siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Rendahnya mutu pandidikan di Indonesia, banyak opini yang muncul baik datangya dari pejabat, pakar  dan praktisi pendidikan ataupun masyarakat antara lain, kurangnya kualitas tenaga pengajar, gaji guru yang rendah, muatan kurikulum terlalu padat dan pola pembelajaran yang kurang menarik.
            Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan (yang sebenarnya sudah cukup baik) di Indonesia yang disebabkan kurangnya motivasi siswa dalam belajar. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di negara maju tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Sistem pendidikan yang sering berganti-ganti, bukanlah masalah utama, yang menjadi masalah utama adalah pelaksanaan di lapangan, kurang optimal karena metode pengajaran yang digunakan, metode yang memang-meang, sehingga siswa menjadi bosan dan malas untuk belajar. Seperti yang telah kita lihat metode dalam peroses pembelajaran yang dilakukan oleh guru terkesan itu-itu saja. Dalam hal ini fakta, konsep, dan perinsip pembelajaran lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa ditindak lanjut dengan kegiatan praktik. Kombinasi pembelajaran yang tidak berpariasi seperti yang sering diterapkan oleh guru adalah, mengajar dengan ceramah dan dikombinasikan dengan media dan siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran.
            Berdasarkan pemantauan peneliti di SMA Negeri 1 Kandis, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Kondisi seperti ini menyebabkan siswa kebanyakan diam (pasif), kurang aktif dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar bahkan beberapa siswa sering meninggalkan ruangan kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan alasan yang bermacam-macam, di antaranya, karena tidak suka dengan cara guru mengajar, merasa bosan dengan metode mengajar guru dan sebagainya. Dalam hal ini sangat diperlukan langkah-langkah penyelesaian yang tepat untuk mengatasi beberapa masalah tersebut. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah perlu diadakannya pembenahan baik bagi tenaga pengajar maupun siswa sehingga siswa dapat terlibat secara aktif. Keterlibatan secara aktif tersebut mencakup keterlibatan fisik maupun intelektual emosional. Tetapi dalam kenyataanya selama ini guru masih belum maksimal dalam melakukan pengolaan pembelajaran dengan baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya guru yang  mengajar hanya dengan menyampaikan materi kepada siswa saja, sehingga proses belajar mengajar hanya didominasi oleh guru dan siswa bertindak pasif dalam belajar. Kesulitan yang dialami siswa tidak lain kurangnya konsep dan guru belum sempurna dalam menerapkan pengelolaan kegiatan pembelajaran.
Untuk itu diperlukan suatu pengelolaan pembelajaran melalui penerapan dengan model yang sesuai yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Guru harus bisa memilih model yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran untuk diterapkan di kelas. Seperti model pembelajaran yang akan diterapkan oleh peneliti dalam penelitiannya yaitu, Numbered Heads Together, Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Dengan demikian siswa diharapkan lebih aktif dan mempunyai keterampilan berbicara menyampaikan gagasannya dalam belajar.
Hal ini juga harus didukung dengan konsistensi guru dalam menerapkan model yang ia pilih dan sesuai dengan RPP yang ia susun. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Melalui Pendekatan Numbered Heads Together Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas X, SMA Negeri 1 Kandis”.

B.     Identifikasi Masalah
         Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah, yaitu apakah rendahnya keterampilan berbicara siswa salah satunya diakibatkan karena kesalahan konsep dan metode pembelajaran yang diterapkan atau mungkin karena sitem penerapan metode pembelajaran yang diterapkan oleh tenaga pengajar (guru) tidak sesuai dengan RPP yang dibuat.

C.    Batasan Masalah
        Agar penelitian terarah dan dapat mencapai sasaran maka perlu adanya batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
a.    Penelitian ditekankan pada kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran yang ada dalam RPP yang ia buat
b.    Penelitian ini dilaksanakan pada proses pembelajaran oleh tenaga pengajar
c.    Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Kandis pada kelas X.
d.    Implementasi konsep penelitian pada materi berbicara pada kelas X di SMA N 1 Kandis.

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah, yakni bagaimana cara metode Numbered Heads Together diterapkan sehingga dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas X semester II di SMA N 1 Kandis?


E.     Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas,  maka tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui cara penerapan metode Numbered Heads Together dalam memotivasi belajar siswa kelas X semester II di SMA N 1 Kandis.

F.      Manfaat Penelitian
a.  Manfaat secara teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan pendidikan, terutama dapat mengembangkan khazanah ilmu tentang peningkatan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui pendekatan Numbered Heads Together.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi peneliti terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.
b. Manfaat secara praktis
1. Bagi siswa
Untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga pemahaman siswa mengenai konsep Bahasa Indonesia yang dipelajari menjadi lebih baik dan dapat menyampaikan gagasannya dengan terampil.
2. Bagi guru
Sebagai pedoman dalam menerapkan pendekatan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dengan pendekatan  Numbered Heads Together.
3. Bagi sekolah
Penelitian ini merupakan sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
BAB II LANDASAN TEORETIS

A.  Konsep Teori     
1.  Pengertian Numbered Heads Together
Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan peneliti (Tryana, 2008).
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.




2.    Langkah-langkah:
Menurut kagan (2007) lngkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melaksanakan model pembelajaran NHT adalah :
a)    Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b)   Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c)    Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
d)    Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
e)    Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
f)     Kesimpulan.
Sesuai dengan langkah-langkah penerapan diatas Kagan membagi beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penerapan metode Numbered Heads Together.
Kelebihan:
a)  Setiap siswa menjadi siap semua.
b)  Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c)  Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru


3.    Pengertian Berbicara
Kemampuan berbahasa dalam pembelajaran di sekolah mencakup empat keterampilan (language arts, language skills). Keterampilan tersebut yaitu:
a.       Keterampilan menyimak
b.      Keterampilan berbicara
c.       Keterampilan membaca
d.      Keterampilan menulis
Di dalam kehidupan sehari-hari, berbicara merupakan keterampilan yang paling sering kita lakukan dibandingkan keterampilan lainnya. Apa pun pekerjaan seseorang mesti dituntut berbicara. Dimanapun seseorang pasti ia berbicara dengan orang lain.
Mustafa, dkk. (2006) mengatakan bahwa komunikasi dalam kelompok sosial biasanya berbentuk verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarananya. Komunikasi verbal terbagi dua yaitu lisan dan tulisan. Dalam komunikasi lisan yang digunakan adalah bahasa. Setiap kelompok sosial, biasanya telah memiliki bahasa mereka sendiri.
Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan, kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media berkaitan erat. Pesan yang disampaikan pembicara kepada pendengar tidak dalam bentuk tulisi tetapi dalam bentuk bunyi bahasa. Pendengar kemudian mengalihkan pesandalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk semula.
4.  Peranan Berbicara
Dalam kehidupan sehari-hari, peranan berbicara adalah penunjang keterampilan berbahasa, sebagai wahana utama komunikasi, dan penunjang sukses dalam pekerjaan.
5.  Tujuan Berbicara
Menurut Mustafa, dkk. (2006) tujuan keterampilan berbicara adalah menghibur, menyampaikan informasi, menstimulasi dan juga berfungsi untuk meyakinkan lawan bicara.

6.  Konsep Berbicara
Logan (dalam Jago tarigan, 1997) menyatakan bahwa konsep berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan hal, yaitu:
a.       Berbicara dan menyimak sebagai dua kegiatan resiprokal
b.      Berbicara sebagai proses individu berkomunikasi
c.       Berbicara sebagai ekspresif kreatif
d.      Berbicara sebagai tingkah laku
e.       Berbicara sebagai tingkah laku yang dipelajari
f.       Berbicara distimulasi leh pengalaman
g.      Berbicara sebagai kegiatan memperluas cakrawala
h.      Kemampuan linguistik dan lingkungan
i.        Berbicara sebagai pancaran kepribadian
7.   Jenis Kegiatan Berbicara
a. Jenis kegiatan berbicara berdasarkan situasi
1) berbicara formal, yaitu berbicara dalam situasi formal. Diantaranya ialah ceramah, perencaan, interview, prosedur parlementer, bercerita.
2) berbicara informal, yaitu berbicara dalam situasi informal, contohnya tukar pengalaman, percakapan, menyampaikan berita, menyampaikan pengumuman, bertelepon, memberi petunjuk.
b. Jenis kegiatan berbicara berdasarkan tujuan
     1) berbicara menghibur
     2) berbicara menstimulus
     3) berbicara menginformasikan
     4) berbicara meyakinkan
     5) berbicara menggerakan
c. Jenis kegiatan berbicara berdasarkan jumlah penyimak
     1) berbicara antar pribadi
     2) berbicara dalam kelompok kecil
     3) berbicara dalam kelompok besar
     4) berbicara pada situasi khusus

B.   Hipotesis Penelitian
Berdasarkan konsep teori di atas  maka dapat disimpulkan bahwa: “Penerapan pendekatan Numbered Heads Together dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kandis khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia”



                     











BAB III METODE PENELITIAN

A.           Desain Penelitian
Desain Penelitian Tindakan Kelas yang di gunakan adalah desain PTK Model John Elliott. Seperti halnya desain model PTKnya Kemmis & McTaggart, desain PTK model John Elliott juga dikembangkan berdasarkan konsep dasar Kurt Lewin. Model ini diawali dari mengidentifikasi masalah, yang pada hakikatnya bagaimana pernyataan yang menghubungkan antara gagasan atau ide dengan pengambilan tindakan. Seperti contoh identifikasi masalah berikut:
1) Para siswa merasa tidak puas dengan metode penilaian yang digunakan guru kelasnya. Bagaimana kalau guru berkolaborasi untuk meningkatkan pengukuran terhadap kemampuan siswa?
2)  Para siswa hanya membuang-buang waktu percuma di kelas. Bagaimana cara guru membawa siswa lebih banyak lagi menggunakan waktu mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka?
3) Orang tua siswa bersedia membantu sekolah dengan melakukan supervisi “pekerjaan rumah”. Bagaimana caranya agar bantuan orang tua siswa bekerja lebih produktif?
Apa pun masalah yang akan diangkat dalam penelitian, hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi guru dalam praktik pembelajaran sehari-hari di ruang kelas dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai serta berusaha mengubahnya atau memperbaikinya. Apabila guru dalam melakukan pembelajaran sehari-hari merasakan ada sesuatu yang janggal atas adanya ketimpangan dan kurang memuaskan, yang oleh peneliti juga dicermati pada waktu orientasi atau tahapan penelitian awal penelitian sebagai peningkatan, maka diperlukan penjelasan lebih lanjut. Misalkan, kejanggalan itu ialah para siswa banyak membuang waktu percuma di kelas perlu deskripsi yang mendetail, seperti: siswa yang mana yang membuang waktu percuma di kelas itu? tugas apa yang sebenarnya yang mereka lakukan? Pada saat-saat mana dalam pelajaran mereka melakukannya? dan manifestasi bentuk kegiatan apa yang mereka tampilkan waktu ”membuang waktu dengan percuma” di kelas?
Informasi yang didapat dari pertanyaan-pertanyaan di atas akan menolong untuk membedakan berbagai aspek permasalahan penelitian dan membantu ke arah mana perbaikan pembelajaran harus dilakukan. Refleksi atau pertimbangan baik atau buruknya atau berhasil belum berhasilnya tindakan, merupakan bagian dari tahapan diskusi dan analisis penelitian sesudah tindakan dilakukan sehingga memberikan arah bagi perbaikan selanjutnya. Bentuk dari model ini digambarkan dalam alur-alur tahap penelitian yang dikenal model siklus:
B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian menurut Amirin (1986) merupakan seseorang atau sesuatu mengenai yang mengenainya ingin diperoleh keterangan.  Menurut Suharsimi Arikonto (1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang peneliti akan amati.  Kesimpulan dari kedua penngertian diatas Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kandis.

C.    Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa hasil keterampilan berbicara siswa serta instrument observasi berupa lembar pengamatan aktivitas siswa dan guru. Metode observasi ini memudahkan peneliti untuk turut berpartisipasi secara wajar dalam kegiatan penelitian.
Penelitian didampingi oleh seseorang observer yang akan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Dalam hal ini, observer juga berperan sebagai guru mitra yang turut membantu proses pembelajaran
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui :
1.  Lembar  Lembar observasi kinerja siswa dalam melakukan penelitian data ini ditentukan berdasarkan skala penilaian (amat kurang sampai dengan amat baik).
2.    Laporan tertulis dari kegiatan penelitian yang dilakukan oleh siswa akan dinilai dengan rentang skor 0-100.
3.    Angket sikap siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan.

D.    Instrument pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan, lembar observasi, jurnal dan catatan lapangan.
1.      Tes Kemampuan
Tes adalah rentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun tes yang dilakukan yaitu berupa pemberian perintah untuk mengemukakan pendapatnya baik sanggahan ataupun persetujuan akan berita atau artikel yang dibacanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah dicapai.
2.      Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan alat pengamatan yang digunakan untuk mengukur atau melihat aktivitas siswa dan peneliti dilihat dari keterampilan kooperatif dan memotivasi siswa selama kegiatan belajar mengajar. Alat yang digunakan adalah lembar observasi yang diisi oleh observer sebagai pencatat lapangan.
Aktivitas peneliti yang diamati adalah keterampilan mengajar mulai, dari membuka pelajaran sampai pada menutup pelajaran. Aspek yang diamatinya berupa kelengkapan dan keahlian guru dalam mengajar sebagai refleksi untuk pertemuan berikutnya.
3.      Jurnal Siswa
Jurnal siswa diberikan pada setiap akhir pembelajaran. Jurnal ini diberikan untuk mengetahui apa yang diperoleh siswa setelah pembelajaran yang diterapkan di kelas. Hasil ini akan digunakan untuk melakukan perbaikan pada tindakan pembelajaran siklus berikutnya.


4.      Catatan Lapangan
Catatan lapangan adalah temuan selama pembelajaran yang diperoleh peneliti, yang tidak ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pembelajaran berlangsung.

E.      Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian menurut John Elliot
1. Rencana Tindakan
Sebagai upaya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal, peneliti menerapkan metode Numbered Heads Together sebagai metode yang dapat melibatkan antara guru dan siswa dan dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Karena jika hanya menggunakan metode-metode klasik seperti metode ceramah ataupun yang lainnya dirasakan kurang tepat jika diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kelas X di SMA Negeri 1 Kandis.
Sebelum pelaksanaan metode Numbered Heads Together pada tahap ini, peneliti melakukan perencanaan melalui beberapa tahap persiapan yaitu:
1) Membuat rencana pembelajaran.
2) Membagi materi
3) Peneliti membagai siswa kelas X SMA Negeri 1 Kandis, menjadi beberapa kelompok sekaligus memberi tugas masing-masing kelompok.
4) Setelah pembentukan kelompok, kemudian peneliti mengambil alat observasi guna mengetahui keterampilan berbicara siswa serta keantusiasan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.



2.  Pelaksanaan
Setelah diputuskan menggunakan metode Numbered Heads Together siswa kelas X di SMA Negeri 1 Kandis. Maka tahapan pembelajaran sesuai dengan tahapan dalam metode Numbered Heads Together. Proses pembelajarannya berlangsung selama 2 X 40 menit, yang meliputi:
Pertemuan  : 2 X 40 menit
1.   Tahap Awal
a)   Guru menyampaikan salam pembuka
b)    Guru mengkondisikan kelas agar siswa nyaman dalam mengikuti pembelajaran  
c)   Guru melakukan presensi siswa untuk mengetahui apakah siswa yang hendak di PTK kan sudah hadir atau tidak.
d)    Guru melakukan kegiatan apersepsi siswa terhadap pembelajaran sebelumnya untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan juga untuk mengetahui tingkat keterampilan berbicara siswa menyampaikan pendapatnya.
e)   Guru menjelaskan secara singkat kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sebagai hasil belajar
f)  Guru memberikan motivasi sesuai dengan topik bahasan agar siswa semangat dalam mengikuti dan menerapkan pembelajaran

2.  Tahap Inti
Pre Activity
a)  Guru memberikan stimulus materi mengenai memberikan persetujuan/dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak dan atau elektronik serta materi berbicara dan cara menyampaikan gagasan mereka.
b)   Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing kelompok terdapat anak yang akan di PTK kan.
c)  Guru memberikan nomor terhadap setiap siswa dalam kelompok yaitu nomor 1sampai 5 dan memberikan nomor secara acak guna mengantisipasi pemanggilan kepada siswa lainnya dan lebih memfokuskan kepada siswa yang di PTK kan.
d) Guru membagikan sebuah artikel kepada masing-masing kelompok.
Whilst Activity
a)      Guru memberikan instruksi untuk membaca dan mempelajari materi artikel dan berbicara dalam waktu beberapa menit.
b)      Guru mengarahkan siswa melakukan diskusi yang disesuaikan dengan materi agar mereka berpikir bersama sehingga setiap anggota dalam kelompok mengetahui dan menguasai materi mereka.
c)      Guru mengarahkan agar diskusi dimulai.
d)     Guru menunjuk nomor secara acak tanpa sepengetahuan siswa menunjuk siswa yang hendak di PTK kan agar menyampaikan pendapatnya baik persetujuan atau sanggahan mengenai artikel yang dibacanya.
e)      Guru kemudian meminta siswa lainnya yang juga termasuk siswa yang di PTK kan untuk menanggapi pernyataan temannya siswa.
f)       Guru selanjutnya kembali menunjuk siswa yang di PTK kan dalam kelompok yang berbeda untuk menyampaikan pendapatnya.
g)      Guru kemudian meminta siswa lain dalam kelompok yang berbeda yang juga termasuk siswa yang di PTK kan untuk menanggapi pernyataan temannya siswa.
h)      Guru membimbing siswa untuk terus melakukan kegiatan diskusi dan menyampaikan pendapatnya sesuai dengan penunukkan nomor masing-masing siswa yang di PTK kan.
i)        Guru secara tidak langsung melakukan penilaian terhadap siswa yang di PTK kan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara mereka setiap mereka menyampaikan gagasannya.
Post Activity
a)    Guru mengevaluasi hasil kinerja siswa selama proses belajar-mengajar.
b) Guru meluruskan permasalahan dan memberikan feed back yang tepat atas permasalahan yang ada.
3.   Tahap Akhir
a)   Guru dan siswa melakukan refleksi
b)    Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
c)    Guru membimbing siswa untuk melakukan evaluasi pembelajaran
d)    Guru memberikan motivasi-motivasi agar para siswa bisa lebih meningkatkan belajar dan keterampilan berbicaranya.
c)   Guru memberikan informasi mengenai bahasan selanjutnya.
e)   Guru menutup pertemuan dan memberikan salam penutup.

3.   Observasi
Setelah diadakan perbaikan-perbaikan terhadap hasil yang didapat pada siklus I. kegiatan siswa dalam proses belajar-mengajar lebih bagus lagi, karena ada kemajuan bagi kelompok yang belum presentasi. Dari hasil pengamatan, diperoleh bahwa siswa cukup antusias dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan siswa bertambah aktif untuk bertanya dan menjawab. Dan juga siswa mengalami peningkatan dalam ketepatan dan kemampuan menyimak.
Dalam peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan hasil akhir dari pembelajaran metode Numbered Heads Together yaitu dapat dilihat pada antusias belajar siswa yang meningkat dan hasil nilai akhir ulangan harian siswa.
4.   Refleksi
Dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung dengan menggunakan metode Numbered Heads Together, maka tujuan pembelajaran yaitu untuk dapat mengatasi kesulitan belajar siswa dan siswa untuk lebih aktif, kreatif dalam proses belajar-mengajar.


Dari hasil observasi, maka langkah yang akan diambil:
a)   Pemahaman dan ketaatan siswa menunjukkan bahwa metode Numbered Heads Together harus terus diterapkan kepada siswa untuk lebih mudah dimengerti secara mendalam makna yang terkandung dalam materi yang disampaikan.
b)   Menjaga agar kualitas belajar yang sudah berjalan berkembang lebih baik dan tetap terpelihara.

F.   Teknik Analisis
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kegiatan pengumpulan data.  Dalam penelitian ini, tehknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Teknik deskriptif kualitatif adalah suatu teknik yang menganalisis data dengan cara mengiterpretasikan data yang diperoleh dengan menggunakan kata-kata.
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain :
1.  Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik.

2.   Pengukuran test hasil belajar
Pengukuran test hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan melihat nilai yang diperoleh oleh siswa.

3.   Wawancara                              
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
4.   Metode dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain adalah metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.

G.    Kriteria Keberhasilan Tindakan
Kriteria keberhasilan penelitian dilihat sama seperti pada siklus 1, yaitu:
1.  Bilamana siswa lebih terampil berbicara dalam mengemukakan pendapatnya baik berupa persetujuan maupun sanggahan dari artikel yang dibacanya ataupun dari pendapat temannya dari sebelum penelitian diadakan.
2.   Ketercapaian siswa dalam menyerap materi pelajaran melalui tes.










DAFTAR PUSTAKA

Mustafa, Nur, dkk. (2006). BERBICARA. Pekanbaru: Cendikia Insani Pekanbaru
Arikunto Suharsimi, (1986). Prosedur Penelitian, Jakarta : Bina Aksara
Andayani.dkk, (2009) Pemantapan Kemampuan Profesional,Jakarta : Universitas Terbuka
C.George Boeree, (2008) Metode Pembelajaran Dan Pengajaran,Jogjakarta :Ruzz Media
Departemen Pendidikan Nasional, (1999). Penelitian Tindakan Action Research. Jakarta : Ditjen : Penerbit Rineka Cipta
Suwarsih Madya. (1994). Panduan penelitian tindakan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Idrus, Muhammad, (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar