Entah kah suatu anugerah, atau malah kah suatu petaka, perihal kesamaan karakter yang kita miliki. Masih saja tanyaku membumi pada porosnya, berputar-putar hingga membawaku tak lagi bisa membedakan antara tempat dimana kita seharusnya berpijak.
Haruskah saling menunggu?
Bolehkah kita saling memulai?
Masihkah ego?
Ah.
Aku selalu mengeluh beberapa waktu ini. Aku hampir tak berteman lelap pada larutnya malam. Semenjak hening menerpa kita berdua, semenjak lisan tak mau berkata, semenjak... Semenjak... Dan semenjak. Yah. Aku selalu merasa dirimu terlalu jauh pada jangkauku. Dugaku tak pernah mendapat jawab yang pasti. Bahkan, untuk setiap lelah ini membawaku semakin tak berdaya.
Bolehlah...
Sudilah...
Maulah...
Dirimu memanja kataku barang sekali. Tak ada lagikah keberanian dari dalam jiwa kita untuk memulai? Sampai kapankah kita akan memberi ruang pada kata 'melupakan dan terlupakan' merajai? Malam ini aku harap terakhir kalinya kita tak saling bersua. Aku harap dan sangat mengharapkan.
Jikalau keengganan kita semakin memuncak, maka aku takutkan kita akan berubah menjadi aku dan kamu. Takkan lagi ada kata yang menyatukan, yakni 'kita'. Aku harap, ajaklah aku mengerti bahwa ego itu tak baik. Aku ingin kamu mengajari aku bagaimana memulai dalam ketidakperdulian. Aku sangat berharap, kamu menjadi sosok yang membawa aku keluar dari zona nyaman ini. Katakanlah bahwa aku 'salah'.
Aku masih menunggu kata darimu.
Sudikah dirimu memulainya lagi untukku?
_?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar