Di sepertiga malam ini aku masih saja terjaga dari tidurku. Sedikitpun malam tak bisa merayuku agar memejamkan mata barang sejenak. Yah, mungkin kekuatanku malam ini lebih dari biasanya untuk bertahan, atau bisa jadi ini dikarenakan rasa iba nya melihat aku yang terus memohon dan menangis.
Beriring dengan sebuah lagu yang mendayu, dan angin yang semilir menerpa sukma.
Di keheningan sepertiga malam ini masih saja air mata tak mau berhenti. Ada rasa yang begitu berat pada kata 'rindu'. Ada rasa yang sangat besar untuk mengetahui bagaimana kabarnya. Dia, seorang insan yang jauh dari pelupuk mata namun terus terasa ada di dalam benak. Dia, yang baginya aku tak pernah bosan untuk bersabar. Dia, yang baginya tak kan pernah ada terucap kata 'benci'.
Ya.
Masih tentang dia, yang selalu membuat ku memiliki banyak alasan untuk menunggunya dan mendoakannya.
"Tuhan, berkati dia. Tolong dia. Berikan baginya penghiburan dan kasih MU. Jagai keluarganya. Berikan yang terbaik baginya dan kabulkanlah doa-doanya".
"Tuhan... Aku merindukannya".
Itulah kalimat yang sangat jelas berulang-ulang aku nyatakan dalam doaku. Entah karena tidak bisa melihat rupanya, ataukah karena dia tidak berkabar beberapa waktu. Entah karena aku sangat merindukannya namun tak kan mungkin bagiku menyapanya bahkan hanya untuk menanyakan kabarnya. Ataukah entah karena bagiku Tuhan lah tempat satu-satunya aku bercerita, dan aku yakini IA maha kuasa atas apa yang ada di dunia, terlebih lagi cerita aku dan dia yang sebenarnya dibuat olehNya.
Rasa rindu bercampur dengan rasa khawatir malam itu.
Beberapa kataku mungkin sudah menyakitinya. Ataukah beberapa kataku membuatnya bersedih dan ia salah memahami maksudku.
Ah.
Dari pada menduga-duga beriring luka, maka aku segera menengadahkan tangan sembari terisak dalam untaian-untaian doa tulus untuknya kepada Sang Khalik. "Aku percaya pada Tuhanku. Aku percaya Allahku ajaib. Aku percaya Allahku sanggup melakukan apa yang tak pernah ku pikirkan. Juga, aku sangat percaya segala doa terbaik akan dikabulkanNya. Terlebih doa-doaku meminta perkenananNya atas rasa diantara kami. Aku percaya. Meski kelihatan tak akan pernah bisa.
Mata sudah sangat berat untuk terbuka. Jikalau saja mata dapat berbicara, maka ia akan menyampaikan bahwa ia sangat lelah menangis sepanjang waktu ini. Jika hati dapat berbicara, maka ia akan mengatakan bahwa ia sudah sangat hancur berkeping-keping tak berbentuk karena kesedihan dan harapan yang belum kunjung terlihat awalnya. Hanya belajar "Mencintai Tuhan di Atas Segalanya. Bahkan di atas rasa cinta sekalipun pada manusia".
Sampai detik ini pun, masih sama. Tak berkabar.
Aku masih menunggu dalam doa dan diamku. Sembari sesekali berbarengan dengan rasa ingin menghubunginya atau lebih tepatnya sering lelah hanya untuk menyaksikannya kapan terakhir aktif pada WA nya. Setidaknya cukup menghibur hati. Cukup melegakan sedikit mengetahui ia online, meski tak padaku ia berbalas chat. Cukuplah itu bagiku.
Akhir pada doa malam itu adalah harapan yang di dasarkan kepada kekuasaan dan kehendak Allah.
Tak lagi aku memaksakan kehendak dan ingin. Cukup sadarkan diri bahwa jika terbaik, maka perbaiki diri kelak Tuhan pasti genapi janjinya dipertemukan dengannya. Seperti satu kali kesempatan yang DIA berikan untuk bisa berkomunikasi lagi dengannya.
Ah.
Aku rindu berbareng ragu.
Aku takut berbareng ingin.
Aku cemas berbareng yakin.
Aku pasrah berbareng iman.
JBU.
H_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar