Entah kah suatu anugerah, atau malah kah suatu petaka, perihal kesamaan karakter yang kita miliki. Masih saja tanyaku membumi pada porosnya, berputar-putar hingga membawaku tak lagi bisa membedakan antara tempat dimana kita seharusnya berpijak.
Haruskah saling menunggu?
Bolehkah kita saling memulai?
Masihkah ego?
Ah.
Aku selalu mengeluh beberapa waktu ini. Aku hampir tak berteman lelap pada larutnya malam. Semenjak hening menerpa kita berdua, semenjak lisan tak mau berkata, semenjak... Semenjak... Dan semenjak. Yah. Aku selalu merasa dirimu terlalu jauh pada jangkauku. Dugaku tak pernah mendapat jawab yang pasti. Bahkan, untuk setiap lelah ini membawaku semakin tak berdaya.
Bolehlah...
Sudilah...
Maulah...
Dirimu memanja kataku barang sekali. Tak ada lagikah keberanian dari dalam jiwa kita untuk memulai? Sampai kapankah kita akan memberi ruang pada kata 'melupakan dan terlupakan' merajai? Malam ini aku harap terakhir kalinya kita tak saling bersua. Aku harap dan sangat mengharapkan.
Jikalau keengganan kita semakin memuncak, maka aku takutkan kita akan berubah menjadi aku dan kamu. Takkan lagi ada kata yang menyatukan, yakni 'kita'. Aku harap, ajaklah aku mengerti bahwa ego itu tak baik. Aku ingin kamu mengajari aku bagaimana memulai dalam ketidakperdulian. Aku sangat berharap, kamu menjadi sosok yang membawa aku keluar dari zona nyaman ini. Katakanlah bahwa aku 'salah'.
Aku masih menunggu kata darimu.
Sudikah dirimu memulainya lagi untukku?
_?
Selasa, 26 Februari 2019
Minggu, 24 Februari 2019
Terdiam_
Bumi begitu luas dalam hitungannya
Begitu lebar dalam jangkaunya
Begitu jauh dalam gapainya
Tapi
Tak sebegitu jauh dalam rasanya
Semenjak rupa menghilang pada mata
Ketika kata berubah makna menjadi bias
Kias
Tak berbalas
Duga
Membawa kata menjadi pemisah
Berdua
Tapi tak menyapa
Harap
Terus mengharap
Sesuatu yang tak mungkin terjadi
#Diam
Begitu lebar dalam jangkaunya
Begitu jauh dalam gapainya
Tapi
Tak sebegitu jauh dalam rasanya
Semenjak rupa menghilang pada mata
Ketika kata berubah makna menjadi bias
Kias
Tak berbalas
Duga
Membawa kata menjadi pemisah
Berdua
Tapi tak menyapa
Harap
Terus mengharap
Sesuatu yang tak mungkin terjadi
#Diam
Jumat, 22 Februari 2019
Rahasia dalam Doa_ (sebuah cerita pendek tentang rindu)
Di sepertiga malam ini aku masih saja terjaga dari tidurku. Sedikitpun malam tak bisa merayuku agar memejamkan mata barang sejenak. Yah, mungkin kekuatanku malam ini lebih dari biasanya untuk bertahan, atau bisa jadi ini dikarenakan rasa iba nya melihat aku yang terus memohon dan menangis.
Beriring dengan sebuah lagu yang mendayu, dan angin yang semilir menerpa sukma.
Di keheningan sepertiga malam ini masih saja air mata tak mau berhenti. Ada rasa yang begitu berat pada kata 'rindu'. Ada rasa yang sangat besar untuk mengetahui bagaimana kabarnya. Dia, seorang insan yang jauh dari pelupuk mata namun terus terasa ada di dalam benak. Dia, yang baginya aku tak pernah bosan untuk bersabar. Dia, yang baginya tak kan pernah ada terucap kata 'benci'.
Ya.
Masih tentang dia, yang selalu membuat ku memiliki banyak alasan untuk menunggunya dan mendoakannya. "Tuhan, berkati dia. Tolong dia. Berikan baginya penghiburan dan kasih MU. Jagai keluarganya. Berikan yang terbaik baginya dan kabulkanlah doa-doanya". "Tuhan... Aku merindukannya". Itulah kalimat yang sangat jelas berulang-ulang aku nyatakan dalam doaku. Entah karena tidak bisa melihat rupanya, ataukah karena dia tidak berkabar beberapa waktu. Entah karena aku sangat merindukannya namun tak kan mungkin bagiku menyapanya bahkan hanya untuk menanyakan kabarnya. Ataukah entah karena bagiku Tuhan lah tempat satu-satunya aku bercerita, dan aku yakini IA maha kuasa atas apa yang ada di dunia, terlebih lagi cerita aku dan dia yang sebenarnya dibuat olehNya. Rasa rindu bercampur dengan rasa khawatir malam itu. Beberapa kataku mungkin sudah menyakitinya. Ataukah beberapa kataku membuatnya bersedih dan ia salah memahami maksudku.
Ah.
Dari pada menduga-duga beriring luka, maka aku segera menengadahkan tangan sembari terisak dalam untaian-untaian doa tulus untuknya kepada Sang Khalik. "Aku percaya pada Tuhanku. Aku percaya Allahku ajaib. Aku percaya Allahku sanggup melakukan apa yang tak pernah ku pikirkan. Juga, aku sangat percaya segala doa terbaik akan dikabulkanNya. Terlebih doa-doaku meminta perkenananNya atas rasa diantara kami. Aku percaya. Meski kelihatan tak akan pernah bisa. Mata sudah sangat berat untuk terbuka. Jikalau saja mata dapat berbicara, maka ia akan menyampaikan bahwa ia sangat lelah menangis sepanjang waktu ini. Jika hati dapat berbicara, maka ia akan mengatakan bahwa ia sudah sangat hancur berkeping-keping tak berbentuk karena kesedihan dan harapan yang belum kunjung terlihat awalnya. Hanya belajar "Mencintai Tuhan di Atas Segalanya. Bahkan di atas rasa cinta sekalipun pada manusia".
Sampai detik ini pun, masih sama. Tak berkabar. Aku masih menunggu dalam doa dan diamku. Sembari sesekali berbarengan dengan rasa ingin menghubunginya atau lebih tepatnya sering lelah hanya untuk menyaksikannya kapan terakhir aktif pada WA nya. Setidaknya cukup menghibur hati. Cukup melegakan sedikit mengetahui ia online, meski tak padaku ia berbalas chat. Cukuplah itu bagiku.
Akhir pada doa malam itu adalah harapan yang di dasarkan kepada kekuasaan dan kehendak Allah. Tak lagi aku memaksakan kehendak dan ingin. Cukup sadarkan diri bahwa jika terbaik, maka perbaiki diri kelak Tuhan pasti genapi janjinya dipertemukan dengannya. Seperti satu kali kesempatan yang DIA berikan untuk bisa berkomunikasi lagi dengannya.
Ah.
Aku rindu berbareng ragu.
Aku takut berbareng ingin.
Aku cemas berbareng yakin.
Aku pasrah berbareng iman.
JBU. H_
Di keheningan sepertiga malam ini masih saja air mata tak mau berhenti. Ada rasa yang begitu berat pada kata 'rindu'. Ada rasa yang sangat besar untuk mengetahui bagaimana kabarnya. Dia, seorang insan yang jauh dari pelupuk mata namun terus terasa ada di dalam benak. Dia, yang baginya aku tak pernah bosan untuk bersabar. Dia, yang baginya tak kan pernah ada terucap kata 'benci'.
Ya.
Masih tentang dia, yang selalu membuat ku memiliki banyak alasan untuk menunggunya dan mendoakannya. "Tuhan, berkati dia. Tolong dia. Berikan baginya penghiburan dan kasih MU. Jagai keluarganya. Berikan yang terbaik baginya dan kabulkanlah doa-doanya". "Tuhan... Aku merindukannya". Itulah kalimat yang sangat jelas berulang-ulang aku nyatakan dalam doaku. Entah karena tidak bisa melihat rupanya, ataukah karena dia tidak berkabar beberapa waktu. Entah karena aku sangat merindukannya namun tak kan mungkin bagiku menyapanya bahkan hanya untuk menanyakan kabarnya. Ataukah entah karena bagiku Tuhan lah tempat satu-satunya aku bercerita, dan aku yakini IA maha kuasa atas apa yang ada di dunia, terlebih lagi cerita aku dan dia yang sebenarnya dibuat olehNya. Rasa rindu bercampur dengan rasa khawatir malam itu. Beberapa kataku mungkin sudah menyakitinya. Ataukah beberapa kataku membuatnya bersedih dan ia salah memahami maksudku.
Ah.
Dari pada menduga-duga beriring luka, maka aku segera menengadahkan tangan sembari terisak dalam untaian-untaian doa tulus untuknya kepada Sang Khalik. "Aku percaya pada Tuhanku. Aku percaya Allahku ajaib. Aku percaya Allahku sanggup melakukan apa yang tak pernah ku pikirkan. Juga, aku sangat percaya segala doa terbaik akan dikabulkanNya. Terlebih doa-doaku meminta perkenananNya atas rasa diantara kami. Aku percaya. Meski kelihatan tak akan pernah bisa. Mata sudah sangat berat untuk terbuka. Jikalau saja mata dapat berbicara, maka ia akan menyampaikan bahwa ia sangat lelah menangis sepanjang waktu ini. Jika hati dapat berbicara, maka ia akan mengatakan bahwa ia sudah sangat hancur berkeping-keping tak berbentuk karena kesedihan dan harapan yang belum kunjung terlihat awalnya. Hanya belajar "Mencintai Tuhan di Atas Segalanya. Bahkan di atas rasa cinta sekalipun pada manusia".
Sampai detik ini pun, masih sama. Tak berkabar. Aku masih menunggu dalam doa dan diamku. Sembari sesekali berbarengan dengan rasa ingin menghubunginya atau lebih tepatnya sering lelah hanya untuk menyaksikannya kapan terakhir aktif pada WA nya. Setidaknya cukup menghibur hati. Cukup melegakan sedikit mengetahui ia online, meski tak padaku ia berbalas chat. Cukuplah itu bagiku.
Akhir pada doa malam itu adalah harapan yang di dasarkan kepada kekuasaan dan kehendak Allah. Tak lagi aku memaksakan kehendak dan ingin. Cukup sadarkan diri bahwa jika terbaik, maka perbaiki diri kelak Tuhan pasti genapi janjinya dipertemukan dengannya. Seperti satu kali kesempatan yang DIA berikan untuk bisa berkomunikasi lagi dengannya.
Ah.
Aku rindu berbareng ragu.
Aku takut berbareng ingin.
Aku cemas berbareng yakin.
Aku pasrah berbareng iman.
JBU. H_
Kamis, 21 Februari 2019
Hidup yang berpengharapan_
Dalam KBBI, kata 'berpengharapan' memiliki makna 'hidup memiliki harapan'. Dengan kata lain, bahwa hidup berpengharapan berarti hidup yang di dalamnya selalu memiliki harapan, atau selalu berpikir dan mengimani bahwa akan selalu ada celah dan kemungkinan pasti terjadinya sesuatu yang diharapkan.
Hidup berpengharapan merupakan ciri orang yang hidup di dalam Tuhan. Orang yang selalu memiliki pengharapan kepada Tuhan, tidak akan pernah sampai pada titik berputus asa yang mendalam. Ia tidak akan cepat menyerah, tidak akan memilih mengakhiri, tetapi sebaliknya ia akan memperjuangkannya.
Segala sesuatu dalam kehidupan manusia akan selalu ada tantangan dan pergumulan yang dihadapi setiap insan. Oleh karena itu, hiduplah selalu berpengharapan. Hiduplah dengan memandang Tuhan dan bukan fokus pada masalah dan tantangan demi tantangan yang hadir.
Jika setiap orang selalu berpengharapan, maka tidak akan pernah ada orang yang mengatakan "ah, sudah berakhir. Ah, sudah tidak bisa. Ah, sudahlah, gak mungkin dapat diperbaiki lagi". Hei, aku mau bilang, bahwa keyakinan akan apa yang diharapkan itu, akan ada dan hanya ada jikalau kamu di dalam Tuhan, hidup dengan cara yang diinginkan-Nya, lalu hidup dengan menaruh pengharapan dan keputusan pada Tuhan.
Teruslah menatap pada Tuhan.
Teruslah berpengharapan.
Jangan cepat menyerah dan jangan mudah menutup pintu hati bagi suatu perubahan.
Hidup berpengharapan merupakan ciri orang yang hidup di dalam Tuhan. Orang yang selalu memiliki pengharapan kepada Tuhan, tidak akan pernah sampai pada titik berputus asa yang mendalam. Ia tidak akan cepat menyerah, tidak akan memilih mengakhiri, tetapi sebaliknya ia akan memperjuangkannya.
Segala sesuatu dalam kehidupan manusia akan selalu ada tantangan dan pergumulan yang dihadapi setiap insan. Oleh karena itu, hiduplah selalu berpengharapan. Hiduplah dengan memandang Tuhan dan bukan fokus pada masalah dan tantangan demi tantangan yang hadir.
Jika setiap orang selalu berpengharapan, maka tidak akan pernah ada orang yang mengatakan "ah, sudah berakhir. Ah, sudah tidak bisa. Ah, sudahlah, gak mungkin dapat diperbaiki lagi". Hei, aku mau bilang, bahwa keyakinan akan apa yang diharapkan itu, akan ada dan hanya ada jikalau kamu di dalam Tuhan, hidup dengan cara yang diinginkan-Nya, lalu hidup dengan menaruh pengharapan dan keputusan pada Tuhan.
Teruslah menatap pada Tuhan.
Teruslah berpengharapan.
Jangan cepat menyerah dan jangan mudah menutup pintu hati bagi suatu perubahan.
- E_
Minggu, 17 Februari 2019
Senja_
Goresan asa di senja ini_
Tak butuh waktu untuk berpikir
Tak butuh waktu untuk berbicara
Saat ini, senja.
Karena sebagian waktu hanya habis untuk berpikir dan berbicara mengenai satu hal, yaitu tentang senja, senja disore ini.
Senja.
Beberapa waktu senja telah berlalu, dan kali ini akan kembali berlalu.
Hanya menanti senja.
Sepanjang waktu.
Terkadang, senja dihiasi dengan hujan yang deras mengguyur waktunya untuk mengiringnya berlalu.
Kadang pula, senja bertemankan kecerahan yang takkan bertahan lama, lalu awan hitam melenyapkannya.
Senja.
Adakah kau sadar hadirmu dinanti?
Apakah kau tahu ada orang yang selalu rindu melihatmu, meski sesaat.
Senja.
Ada kisah dibalik keteduhanmu.
Ada makna dibalik setiap diam, setiap detik yang berlalu sambil menatap hadirmu meski kau akan segera tenggelam dalam keindahanmu.
Senja.
Tetaplah tersenyum di sore ini.
Tetaplah hadirkan ketenanganmu.
Melalui senja.
Senja di sore ini.
#salam senja :)
Tak butuh waktu untuk berpikir
Tak butuh waktu untuk berbicara
Saat ini, senja.
Karena sebagian waktu hanya habis untuk berpikir dan berbicara mengenai satu hal, yaitu tentang senja, senja disore ini.
Senja.
Beberapa waktu senja telah berlalu, dan kali ini akan kembali berlalu.
Hanya menanti senja.
Sepanjang waktu.
Terkadang, senja dihiasi dengan hujan yang deras mengguyur waktunya untuk mengiringnya berlalu.
Kadang pula, senja bertemankan kecerahan yang takkan bertahan lama, lalu awan hitam melenyapkannya.
Senja.
Adakah kau sadar hadirmu dinanti?
Apakah kau tahu ada orang yang selalu rindu melihatmu, meski sesaat.
Senja.
Ada kisah dibalik keteduhanmu.
Ada makna dibalik setiap diam, setiap detik yang berlalu sambil menatap hadirmu meski kau akan segera tenggelam dalam keindahanmu.
Senja.
Tetaplah tersenyum di sore ini.
Tetaplah hadirkan ketenanganmu.
Melalui senja.
Senja di sore ini.
#salam senja :)
Menikmati proses_
Ungkapan ini mungkin sudah tidak terasa asing lagi bagi setiap orang, bahkan beberapa orang mungkin ketika mendengar kalimat ini akan cenderung mengabaikan karena sudah cukup sering mendengarnya.
Menikmati proses adalah merasakan setiap kejadian, waktu dan keadaan yang terjadi selama kurun waktu proses itu terjadi. Ada yang berhasil melewati proses, namun ada pula yang gagal. Berhasil atau gagal dalam melewatinya bukanlah menjadi penentu apakah proses itu dinikmati atau tidak. Ada bahagia, ada luka. Ada kenyamanan terkadang ada pula kegelisahan. Bahkan, sering muncul keyakinan penuh maupun keraguan dalam suatu proses.
Hal ini manusiawi dan sangat mungkin terjadi. Baik dalam pekerjaan, relasi, maupun cita-cita. Tantangan terbesarnya adalah ketika yang dialami selama proses itu muncul berbagai pilihan yang menggiurkan.
Menikmati proses akan terjadi ketika kita memiliki dasar yang kuat untuk melakukannya. Adanya perasaan siap untuk menghadapi proses tersebut. Ada niat dan tujuan yang pasti. Ada pengharapan yang pasti meski terlihat meragukan. Juga ada ketegasan terhadap diri sendiri, baik dalam mengingatkan terus secara berulang akan apa yang diinginkan-Nya untuk kita lakukan.
Dasar yang kuat akan menjadi landasan yang kokoh ketika proses itu terjadi. Saat banyak muncul keraguan, maka kita akan diingatkan oleh niat kita dari awal mengapa melakukannya sehingga akan ada perasaan untuk tetap bertahan menikmati proses tanpa harus melupakan hal lainnya. Saat ada luka yang dialami, akan ada penghiburan dalam hati karena melihat tujuan kita yang ingin dicapai.
Nikmatilah proses sebagai ungkapan rasa syukur karena masih dipercayakan untuk mengalami proses tersebut. Tidak ada sebuah rancangan dari-Nya yang jahat, semua baik dari semula Ia menjadikannya. Hanya saja, kita harus mengalami beberapa hal diluar keinginan kita karena itulah yang terbaik bagi kita saat itu. Tersenyum meski dalam tangis. Berpengharapan meski seperti takkan ada pintu terbuka. Berdoalah. #HZ
Menikmati proses adalah merasakan setiap kejadian, waktu dan keadaan yang terjadi selama kurun waktu proses itu terjadi. Ada yang berhasil melewati proses, namun ada pula yang gagal. Berhasil atau gagal dalam melewatinya bukanlah menjadi penentu apakah proses itu dinikmati atau tidak. Ada bahagia, ada luka. Ada kenyamanan terkadang ada pula kegelisahan. Bahkan, sering muncul keyakinan penuh maupun keraguan dalam suatu proses.
Hal ini manusiawi dan sangat mungkin terjadi. Baik dalam pekerjaan, relasi, maupun cita-cita. Tantangan terbesarnya adalah ketika yang dialami selama proses itu muncul berbagai pilihan yang menggiurkan.
Menikmati proses akan terjadi ketika kita memiliki dasar yang kuat untuk melakukannya. Adanya perasaan siap untuk menghadapi proses tersebut. Ada niat dan tujuan yang pasti. Ada pengharapan yang pasti meski terlihat meragukan. Juga ada ketegasan terhadap diri sendiri, baik dalam mengingatkan terus secara berulang akan apa yang diinginkan-Nya untuk kita lakukan.
Dasar yang kuat akan menjadi landasan yang kokoh ketika proses itu terjadi. Saat banyak muncul keraguan, maka kita akan diingatkan oleh niat kita dari awal mengapa melakukannya sehingga akan ada perasaan untuk tetap bertahan menikmati proses tanpa harus melupakan hal lainnya. Saat ada luka yang dialami, akan ada penghiburan dalam hati karena melihat tujuan kita yang ingin dicapai.
Nikmatilah proses sebagai ungkapan rasa syukur karena masih dipercayakan untuk mengalami proses tersebut. Tidak ada sebuah rancangan dari-Nya yang jahat, semua baik dari semula Ia menjadikannya. Hanya saja, kita harus mengalami beberapa hal diluar keinginan kita karena itulah yang terbaik bagi kita saat itu. Tersenyum meski dalam tangis. Berpengharapan meski seperti takkan ada pintu terbuka. Berdoalah. #HZ
Bahagia yang sesungguhnya_
Senyuman lusuhnya, mempermalukanku_
Terik.
Haus dan ramai.
Suasana itu yang kurasakan siang tadi ditengah jalanan yang penduduk pekanbaru ini sedang asik melewatinya. Termasuk aku yang sedang melintas sembari memandang sekitar.
Pandanganku terhenti pada dua tokoh cerita yang sedang berdiri di pinggir jalan bak pemilik cerita yang sesungguhnya, mereka tidak memperdulikan orang yang melintas. Dua tokoh itu adalah seorang bapak tua lusuh dengan baju batik tuanya dan celana hitam dengan kulit yang gelap. Sedangkan yang satunya adalah seorang perempuan yang bisa dikatakan kategori muda, dengan penampilan biasa memakai baju batik dan sendal biasa serta kulit gelap dan wajah yang biasa saja.
Aku terpana dan iri seketika dengan kedua orang ini, meski jika dibandingkan dari penampilan sangat jauh dari kata 'keren' atau 'lumayan'. Rasanya, saat itu dunia kalah dari pancaran kebahagian yang mereka miliki. Sang jutawan maupun miss universe sekalipun akan kalah jika dibandingkan dengan apa yang terpancar dari hubungan kasih antara ayah dan anak itu.
Hanya dalam hitungan detik itu, aku melihat dan mengerti arti sebuah ketulusan, kekayaan, kebahagian, kepuasan dan kecantikan maupun ketampanan. Bapak tua itu dengan matanya yang agak tertutup tersenyum kepada anaknya sambil berbicara dan tangannya mengelus dadanya sendiri. Aku tidak tahu apa yang diucapkannya, tetapi yang aku lihat adalah gadis itu tersenyum kepada bapak itu dan membalas percakapan sambil menggandengnya dengan penuh kebahagiaan. Tidak ada kata MALU dari keduanya.
Lalu, akupun mengerti bahwa;
1. Aku tidak akan pernah malu dengan bagaimana atau seperti apapun ayahku, dimata ku ia adalah pangeran tergagahku.
2. Sukacita seseorang mampu menjadi kekuatan bagi orang lain.
3. Dalam kederhanaanlah ada kekayaan.
4. Dan ketulusanlah yang menjadikan itu semua berkat serta kekuatan baru untuk melakukannya lagi dan lagi.
E_
Terik.
Haus dan ramai.
Suasana itu yang kurasakan siang tadi ditengah jalanan yang penduduk pekanbaru ini sedang asik melewatinya. Termasuk aku yang sedang melintas sembari memandang sekitar.
Pandanganku terhenti pada dua tokoh cerita yang sedang berdiri di pinggir jalan bak pemilik cerita yang sesungguhnya, mereka tidak memperdulikan orang yang melintas. Dua tokoh itu adalah seorang bapak tua lusuh dengan baju batik tuanya dan celana hitam dengan kulit yang gelap. Sedangkan yang satunya adalah seorang perempuan yang bisa dikatakan kategori muda, dengan penampilan biasa memakai baju batik dan sendal biasa serta kulit gelap dan wajah yang biasa saja.
Aku terpana dan iri seketika dengan kedua orang ini, meski jika dibandingkan dari penampilan sangat jauh dari kata 'keren' atau 'lumayan'. Rasanya, saat itu dunia kalah dari pancaran kebahagian yang mereka miliki. Sang jutawan maupun miss universe sekalipun akan kalah jika dibandingkan dengan apa yang terpancar dari hubungan kasih antara ayah dan anak itu.
Hanya dalam hitungan detik itu, aku melihat dan mengerti arti sebuah ketulusan, kekayaan, kebahagian, kepuasan dan kecantikan maupun ketampanan. Bapak tua itu dengan matanya yang agak tertutup tersenyum kepada anaknya sambil berbicara dan tangannya mengelus dadanya sendiri. Aku tidak tahu apa yang diucapkannya, tetapi yang aku lihat adalah gadis itu tersenyum kepada bapak itu dan membalas percakapan sambil menggandengnya dengan penuh kebahagiaan. Tidak ada kata MALU dari keduanya.
Lalu, akupun mengerti bahwa;
1. Aku tidak akan pernah malu dengan bagaimana atau seperti apapun ayahku, dimata ku ia adalah pangeran tergagahku.
2. Sukacita seseorang mampu menjadi kekuatan bagi orang lain.
3. Dalam kederhanaanlah ada kekayaan.
4. Dan ketulusanlah yang menjadikan itu semua berkat serta kekuatan baru untuk melakukannya lagi dan lagi.
E_
Kata yang tak pernah berbunyi_
Telah aku jejerkan beberapa pinta padamu.
Telah ku rangkai menjadi karangan yang menarik bagi pandangmu,
namun tetap,
Pada akhirnya yang menawan bagi pandangmu hanyalah kata yang tak pernah berbunyi.
Telah ku rangkai menjadi karangan yang menarik bagi pandangmu,
namun tetap,
Pada akhirnya yang menawan bagi pandangmu hanyalah kata yang tak pernah berbunyi.
Senja yang kau tunggu_
Pada sepertiga malam, masih saja kau genggam harap di pelupuk mata.
Sedangkan, di ujung jari-jemari, kau juga masih berkelana mencari kata.
Seperti biasa, keengganan menjamu setiap kata yang hampir menyeruak dari relung kalbu yang telah menggunung hampir meledak dalam benteng pertahananmu.
"Ya atau tidak".
Pada akhirnya malam tetaplah kelabu dan hening tak berbunyi.
Gelap beralih terang lalu menyambut senja.
Pada caranya, selalu menduga.
Pada kisahnya tak pernah bersambut.
Karena spasi menjadi pemisah pada kata.
Pada sepertiga malam, masih saja kau genggam harap di pelupuk mata.
Sedangkan, di ujung jari-jemari, kau juga masih berkelana mencari kata.
Seperti biasa, keengganan menjamu setiap kata yang hampir menyeruak dari relung kalbu yang telah menggunung hampir meledak dalam benteng pertahananmu.
"Ya atau tidak".
Pada akhirnya malam tetaplah kelabu dan hening tak berbunyi.
Gelap beralih terang lalu menyambut senja.
Pada caranya, selalu menduga.
Pada kisahnya tak pernah bersambut.
Karena spasi menjadi pemisah pada kata.
Langganan:
Postingan (Atom)