Bara yang tak bisa kugenggam dan harus kulepas.
Duri yang ingin kumiliki namun tak mungkin bisa ku genggam.
Rembulan dan bintang yang terlihat, namun tak bisa kumiliki.
Demikianlah kisah dan ingin pada hatiku kepadamu.
Perlahan waktu memutar, seakan dengan begitu lembutnya ia menenggelamkan kita pada masa-masa yang melayang. Pupus kini semua doa-doa yang aku untaikan berjam-jam dan puluh kali itu. Sepersekian waktu yang hanyut bersama air mata yang mengisahkan betapa tak sanggupnya diri membendung emosi jiwa yang tak terkatakan dan tak terarahkan pada siapa hendak diri mengadu? pada siapa hendak cerita ini aku bagikan? akankah sang rembulan yang jauh tak tersentuh itu mendengarkan dan melihat betapa diri hancur sehancur-hancurnya? mata tak sanggup menguraikan lagi kisah yang hendak ia ceritakan pada sepinya malam ini. Batin menjerit, "mengapakah harus terjadi?! mengapakah begitu sulit?! oh... Tuhan...!".
Benar bahwa tak semua isi dunia akan bisa engkau genggam. Termasuk pada kisah yang tak pernah bisa kudapati berakhir bahagia ini. Malam dimana terakhir kalinya aku mendapati namamu terucap pada kata yang entah sudah menyerupai apa. Pada tangis yang entah sudah menyerupai apa. Juga, pada harap yang sudah membeku dan lenyap ditelan beribu kekecewaan. Dibungkam oleh jutaan tangisan penyesalan. Mengapakah harus bertemu? Mengapakah harus ada luka pada harap yang telah dipatahkan?!.
Menyerah dan tidak lagi mampu berjuang. Itulah diriku kini. Kudapati bahwa tumpukan penyesalan dan ketidakmungkinan ini membuat diri pasrah dan iklas. Mungkin memang sudah jalan kehidupan, bahwa meski kita bersikukuh, tapi jika takdir tak berpihak, maka semua akan kita dapati menutup jalan pada kisah.
Maaf,,,
Mungkin tak perlu lagi.
Aku berhenti mengharapkan semua ingin yang tak bisa menjadi nyata.
Seperti ilusi yang tak pernah berhenti menyelimuti pikir dan jiwa.
Maaf,,,
Maaf...
Maaf................................................!!!
Aku pergi.
Juli_Kesedihanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar