...Kisah yang berlarut namun
tak larut...
Ibarat
kata yang sudah terucap, namun tak pernah di dengar si pendengar. Akh, masalah
hati. Masalah yang tak pernah ada habisnya. Kegagalan terbesarku adalah
mengendalikan hati. Perjalanan hati ini sudah begitu sangat panjang. Jujur aku
sendiri merasa lelah, hingga bisa dikatakan aku bosan dan jenuh dengan
permainannya yang tak berujung. Setiap insan yang hadir dan mampu memberi warna
pada hati ini, berakhir mengecewakan. Ya. Aku tahu, bahwa berharap pada manusia
juga bukan sesuatu yang pasti. Jika aku tahu begitu, lalu mengapa hati ini masih
mau berharap pada hati manusia lainnya. Terlebih lagi mengharapkan rasa yang
sama dia rasakan.
Sekitar
sebulan yang lalu kembali dia datang. Masih sama seperti dulu, waktu pertama
kali dia hadir dalam kisah hati ini. Sejujurnya, aku paling tidak mudah
menerima hal yang baru, terlebih lagi jika ini masalah perasaan. Pertemuan pertama
kali semenjak dia menghilang dalam dunianya kala itu, aku merasakan hal yang
berbeda. Sumpah, aku deg-degan. Tangan dan tubuhku menjadi dingin, dan aku rasa
aku sedang menggigil mendadak berhadapan dengannya. Mungkin bukan secara
kebetulan kala itu aku jatuh sakit karena kecelakaan kecil yang menimpaku. Dia datang.
Dengan perhatian yang masih sama.
Akh,
lagi-lagi aku salah tingkah. Aku rasa waktu dulu aku tidak seperti ini padanya.
Mungkin karena dulu tidak ada perasaan padanya atau mungkin karena aku merasa
bersalah atau mungkin justru banyak rasa rindu yang terpendam padanya yang
tidak lekas tercapai. Hufft, aku mengatakan banyak hal yang mengundang tawa
malam itu. Pertemuanku dengannya. Beruntungnya ada seseorang adik diantara kami
yang datang waktu itu, sehingga sedikitnya suasana dapat cair dan berubah tidak
diam-diaman. Jujur aku ingin bercerita dan menanyakan banyak hal padanya. Mengenai
kabarnya sekian lama tak berkomunikasi, mengenai bagaimana perasaannya padaku
kini, mengenai bagaimana aku memendam rasa rindu berwaktu-waktu lamanya, hanya
karena aku percaya bahwa apa yang sudah aku putuskan harus aku jalani. Kala itu
aku sudah mendoakan serius seseorang, bertemu dengannya setelah itu membuat
banyak pertimbangan besar. Sempat mengalami pergolakan batin namun aku sadar
apa yang aku cari dari sebuah hubungan? Kembali lagi teringat bahwa Tuhan akan
mempertemukan jika berjodoh. Selama waktu berlalu aku tetap membawanya dalam
doa-doaku. Berharap dia tetap kuat, semangat dan bahagia dalam hidupnya dan
pastinya berharap dia mengalami kasih karunia Bapa.
Sebulan
berlalu ternyata banyak hal-hal yang semakin membuat kami tidak menyatu. Entah karena
perasaan ingin dimengertiku dan perasaaan bersalah menjadi satu diantara kami,
sehingga tidak pernah menemukan komunikasi yang sejalan setiap berbicara (via
chat). Sekitar seminggu lalu komunikasi terputus. Dia tetiba berhenti perhatian,
berhenti baik padaku. Aku rasa ada yang hilang. Mungkin benar juga status yang
aku baca pada dinding line, “cara membunuh seseorang adalah beri dia perhatian
lebih, chat terus menerus, tanyakan kabarnya setiap saat, lalu ketika dia sudah
mulai nyaman, selang beberapa waktu berlalu maka tinggalkan dia. Berhenti melakukan
segala bentuk perhatian padanya. Maka kamu berhasil membunuhnya saat itu.”
Ngeri
betul.
Tetapi
aku juga tetap menjaga marwah sebagai seorang wanita. Aku melakukan bagianku
secukupnya. Tidak semua harus dapat dimengerti dan dijelaskan, karena ada
beberapa hal yang sebenarnya ingin aku jelaskan mengapa aku begini padanya (atau
kepada semua lelaki yang pernah memberi warna pada kisah hati ini) bahwa aku
memiliki adat. Sebagai wanita dengan adat dan norma yang mengikat. Sejak kecil
orangtuaku selalu memberi nasehat, bahwa wanita harus menjaga sikap, ramah,
sopan, dekat dengan Tuhan, menjaga dirinya sebaik mungkin, wanita harus menjadi
wanita yang bisa mengerjakan pekerjaan rumah, bisa tetap tersenyum dalam luka,
peka terhadap keadaan sekitar, menghormati orangtua, bijaksana, berani dan
banyak lainnya yang tidak mungkin dituliskan pada cerita ini.
Dia mungkin tidak
tahu bahwa aku selalu berharap dia datang dengan beraninya meski aku menolak
bertemu. Mengerti bahwa ada ingin dibalik tawa mengalihkan pembicaraan, ada
hal-hal yang butuh proses lama untuk menerima perbedaan dan meruntuhkan
perfeksionis yang sudah tertanam dalam diri. Tetapi aku yakin. Bagaimanapun dan
apapun yang aku alami dalam perjalanan hati ini, aku percaya DIA telah
mengaturnya. Seindah-indahnya kisah adalah kisah yang sudah ditetapkan-Nya.
Sedih? iya. Pasti ada.
Rindu? Ya, pasti.
Melupakan sesegera mungkin bukan hal yang
bisa dilakukan. Butuh proses seperti menerima. Tetapi dibalik semua itu, aku
berlimpah syukur, Tuhan memperkenalkan cinta dalam hidupku melalui mereka,
insan yang Tuhan ciptakan dalam kesempurnaan kuasa-Nya. Setidaknya, aku belajar
banyak hal. Aku tetap dan akan tetap mendoakannya. Semoga ia juga berjumpa pada
insan yang terbaik dan sepadan baginya kelak. Aku bahagia melihat dia bahagia,
sebab aku sadar sang pemberi kisah yang menetapkannya. Dan terakhir, Yang aku
percaya adalah bahwa wanita yang baik akan bertemu dengan lelaki yang baik pada
waktu dan kesempatan yang sempurna dari-NYA.
#Menutup
kisah
#CKH
#10'12'17
E_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar