HOMONIM DALAM BAHASA NIAS
Ernimawati Halawa1, Mangatur Sinaga 2, Charlina3.
No. Hp. 085355843412
Pendidikan
Bahasa Indonesia
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Riau
Abstract: Homonym is a word, phrase or sentence that has the same form and sound but has a different meaning.
The problem that I researched in this study is what are homonyms in Nias language?
What are the homonym meaning that contain in Nias language?
The aims of this research are to analyze and describe the form and meaning of homonyms in the Nias language which has Gunungsitoli dialect.
The method used in this research is descriptive method,a method is used to explain the data that is taken in this researc by using interview, data collection, record, documentation and literature.
The application of interview is interviewingor questioning for Nias society in the town of Gunungsitoli were considered to meetcriteria
as a sources who understand the language of homonyms in Nias then the result is written down and documentation as collecting the homonym words in Nias language used as research material then analyzed according to the research problem.
There are two forms of research results homonym in Nias language, namely 457 that homophones and homonyms homograph and 1homograph homonym but not homophones.
In terms of the meaning of homonyms, found 20 homonym meaning, e.g meaning annoyed/angry, understand the meaning, the meaning of the command, meaning informing, meaning conditions, meaning lazy,
meaning asked, meaning the ban, meaning the nature, the meaning of work/activity, describe the type of meaning, the meaning of time, meaning size/weight/number, the meaning of the terms, meaning do not like, meaning approved, meaning
actors/subjects, meaning surrender, meaning bored and do not understand the meaning. Result of this research shows that the use of homonyms in Nias language community is very high.
Key words:
Homonyms, Homograph, Homophones, Nias Language.
HOMONIM DALAM BAHASA NIAS
Ernimawati Halawa1, Mangatur Sinaga 2, Charlina3.
No. Hp. 085355843412
Pendidikan
Bahasa Indonesia
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Riau
Abstrak: Homonim adalah kata, frase atau kalimat yang memiliki
bentuk dan bunyi yang sama tetapi berbeda makna. Permasalahan yang penulis
teliti dalam penelitian ini adalah apa sajakah bentuk homonim dalam bahasa
Nias? Makna homonim apa sajakah yang terdapat dalam bahasa Nias?. Penelitian
ini bertujuanuntuk menganalisis dan mendeskripsikan bentuk dan makna homonim
dalam bahasa Nias dialek Gunungsitoli. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang dipakai untuk menjelaskan data
yang diperoleh dalam penelitian sebagaimana adanya dengan menggunakan teknik
wawancara, pengumpulan data, catat, dan dokumentasi serta kepustakaan.
Penerapan teknik wawancara yakni melakukan wawancara atau tanya jawab kepada
masyarakat Nias di kota Gunungsitoli yang dianggap memenuhi kriteria sebagai
narasumber yang memahami mengenai homonim dalam bahasa Nias kemudian dilakukan
teknik catat dan dokumentasi serta kepustakaan yakni dengan mengumpulkan kata
yang homonim dalam bahasa Nias yang dijadikan bahan penelitian kemudian
dianalisis sesuai dengan masalah penelitian. Hasil penelitian terdapat dua
bentuk homonim dalam bahasa Nias, yakni 457 homonim yang homofon dan homograf
dan 1 homonim yang homograf tetapi tidak homofon. Dari segi makna homonim,
ditemukan 20 makna homonim, yakni makna kesal/marah, makna paham, makna
perintah, makna memberitahukan, makna kondisi, makna malas, makna bertanya,
makna larangan, makna sifat, makna pekerjaan/kegiatan, makna menerangkan jenis,
makna waktu, makna ukuran/berat/jumlah, makna syarat, makna tidak suka, makna
menyetujui, makna pelaku/subjek, makna berserah, makna bosan dan makna tidak
paham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan homonim dalam
masyarakat bahasa Nias sangat tinggi.
Kata
Kunci : Homonim,
Homofon, Homograf, Bahasa Nias
PENDAHULUAN
Bahasa
merupakan kunci utama dalam keberhasilan suatu proses komunikasi. Sampainya pesan atau informasi yang disampaikan kepada lawan bicara dapat
terjadi jika penutur dan petutur sama-sama dapat memaknai pesan yang
disampaikan oleh lawan bicaranya. Oleh sebab itu,
penutur dan petutur suatu bahasa harus memiliki kemampuan memaknai bahasa
dengan baik. Kemampuan memaknai dalam kegiatan berbahasa akan menghasilkan terjalinnya
komunikasi dari dua belah pihak, yaitu penutur dan petutur. Makna dalam suatu bahasa adalah pengertian yang tersimpan dalam
struktur suatu bentuk bahasa. Kita tidak akan bisa mengerti bahasa apabila
hanya berupa bunyi dan bentuk tanpa makna yang terdapat dalam bahasa tersebut.
Homonim mengkaji mengenai dua buah makna atau lebih yang dinyatakan dengan
sebuah bentuk yang sama. Homonim ini juga banyak terdapat di dalam
bahasa-bahasa di nusantara. Alwasilah (2011) yang menyatakan bahwa homonim
adalah beberapa kata diucapkan persis sama, tetapi artinya berbeda.
Bahasa
Nias sebagai salah satu bahasa daerah di
Indonesia juga memiliki berbagai bentuk dan kaidah kebahasaan. Di dalam bahasa
Nias terdapat berbagai kata yang memiliki bentuk
dan ujaran yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Jika masyarakat Nias
dan para penutur bahasa Nias tidak mengetahui bentuk-bentuk kata yang homonim
dalam bahasa Nias, maka akan terjadi kekacauan di dalam memahami makna setiap
ujaran yang diucapkan oleh penutur dan
petutur bahasa Nias ketika berkomunikasi satu sama lainnya. Mengingat
ruang lingkup tentang kajian bahasa sangat luas, maka penulis menetapkan judul
penelitian ini yaitu “Homonim dalam Bahasa Nias”.
Rumusan masalah
dalam penelitian ini ialah (1) bagaimanakah bentuk homonim dalam bahasa Nias?
(2) apa sajakah makna homonim dalam bahasa Nias?. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) mendeskripsikan bentuk homonim dalam bahasa Nias (2) mendeskripsikan homonim
dalam bahasa Nias.
METODE
PENELITIAN
Jenis
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang berpegang kepada paradigma naturalistik dan fenomenalogi. Penulis
menggunakan metode ini guna mendeskripsikan dan mengkaji homonim yang terdapat
dalam bahasa Nias baik melalui tuturan asli masyarakat Nias yang berdomisili di
desa Wangõ, kecamatan Gunungsitoli maupun melalui kamus bahasa Nias-Indonesia.
Sumber
data dalam penelitian ini adalah masyarakat Nias yang berdomisili di Nias, desa
Wangõ, kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias sebagai masyarakat asli penutur
bahasa Nias dan juga penulis sendiri sebagai penutur asli bahasa.
Supaya data yang
diperoleh tepat dan akurat maka dipilih jumlah informan yang ditetapkan
sebanyak 6 orang yang berada di desa Wangõ, kecamatan Gunungsitoli. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi
yaitu dengan mengumpulkan seluruh homonim yang terdapat dalam tuturan
masyarakat Nias dengan melakukan wawancara dan obeservasi terhadap masyarakat
Nias yang berdomisili di desa Wangõ, kecamatan Gunungsitoli kabupaten Nias. Selanjutnya
dengan membandingkan dan mengumpulkan data dari Kamus Nias-Indonesia yang
diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Jakarta pada tahun 1985.
Teknik
analisis data adalah cara-cara yang digunakan untuk menganalisis data yang
telah ada dari penelitian. Usaha untuk menganalisis tersebut penulis lakukan
melalui langkah-langkah berikut: (1) mencatat kata yang
homonim dalam catatan lembar data. (2) mengklasifikasikan kata berdasarkan bentuk homonim. (3) menganalisis
dan menentukan proses pembentukan homonim. (4) kata yang telah
diolah, kemudian ditranskripkan ke dalam bahasa Indonesia dan menentukan makna homonim dalam kalimat. (5)Menganalisis penyebab
kalimat itu tergolong kalimat yang homonim. (6) Menyimpulkan
data yang telah dipaparkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini
mengkaji homonim dalam bahasa Nias. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 458
kata yang termasuk ke dalam bentuk homonim dalam bahasa Nias dialek Gunung
Sitoli. Terdiri dari 457 homonim yang homograf dan homofon, satu homonim yang
homograf tetapi tidak homofon dan tidak
ditemukan homonim yang tidak homograf tetapi homofon.
Bentuk
Homonim
Bahasa Nias
memiliki 457 kata yang termasuk bentuk homonim yang homofon dan homograf.
Kata-kata itu diantaranya adalah: (1) a,
(2) abao, (3) ae, (4) afu, (5) afusi, (6) akha, (7) akhõli, (8) alau, (9) alawa, (10) alawaitõ, (11)
alawu, (12) alisi, (13) alogo, (14)
alõ, (15) alõwa, (16) alu, (17) alukhõ, (18) amalimali, (19) amoho,
(20) amu’u. Bentuk homonim yang homograf tetapi
tidak homofon dalam bahasa Nias yaitu kata bawa. Berdasarkan penelitian ini, tidak ditemukan kata yang
termasuk kedalam bentuk homonim yang homofon tetapi tidak homograf. Hal ini
terjadi karena bahasa Nias memiliki abjad yang lengkap dan setiap abjadnya
mewakili fonem dalam bahasa Nias. oleh karena itu, bahasa Nias adalah bahasa
yang sangat kecil kemungkinannya untuk memiliki bunyi yang sama tetapi berbeda
bentuk.
Makna
Homonim
Makna sebuah
kata akan menjadi jelas jika sudah digunakan di dalam sebuah kalimat. Berdasarkan
penelitian, ditemukan 20 makna homonim dalam bahasa Nias. Penulis menganalisis
makna homonim ini sesuai dengan makna yang muncul dari tuturan atau kalimat.
1.
Makna
Kesal/Marah
Kalimat : /A, na simanõ bõi ta lau rõrõda
ia sa’ae /
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|||||
Glos : oh, kalau begitu jangan kita lakukan
perdulikan dia lagi.
Arti : oh, kalau begitu kita
jangan memperdulikan dia lagi.
Pada kalimat di
atas, kata a merupakan kata yang
bermakna kesal. Kekesalan itu tampak dengan adanya intonasi yang panjang saat
menyebutkan kata a dan
kata a diikuti dengan kata bõi yang bermakna larangan.
2.
Makna
Paham
Kalimat : /A’
te da’õ mbõrõ wa lõ hede-hedenia khõgu
menewi me falukha ga/
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||||
![]() |
|||||||||||||||
Glos : oh,
mungkin itu sebab ada tidak kata-katanya
kepadaku kemarin saat bertemu kami.
Arti : oh, mungkin itulah sebabnya dia tidak
menegurku ketika kami bertemu kemarin.
Pada contoh
kalimat di atas, kata a bermakna
paham ditandai dengan diikutinya kata te da’ õ yang berarti mungkin itu.
Kata oh tersebut bermakna paham atau
memahami alasan seseorang mendiaminya kemarin. Setiap kata a bermakna ‘oh’ jika
diikuti dengan kata penunjuk itu, maka kalimat itu akan bermakna paham.
3.
Makna
Perintah
Kalimat : /a
wakhe da’a yaha ofeta abuso’õ!/
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|||||
Glos : makan nasi ini sekarang sampai
kenyang kamu!
Arti : kamu makan nasi ini sampai kenyang,
sekarang!
Contoh di atas
menunjukkan penggunaan kata a yang
memiliki arti leksikal ‘makan’. Makna
a dalam kalimat bahasa Nias dapat
bermakna perintah. Hal ini ditandai
dengan adanya kata keterangan waktu yang mengikutinya yaitu sekarang. Kata sekarang menunjukkan adanya perintah harus melakukan kegiatan makan
itu dengan tidak boleh menunda-nunda dan memerintahkan agar segera menghabiskan
nasinya sekarang juga.
4.
Makna
Memberitahukan
Kalimat : /No bawa silima yaha/
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||
Glos : sudah bulan kelima sekarang
Arti : sudah bulan kelima sekarang.
Bawa merupakan kata
yang digunakan dalam bahasa Nias untuk menyatakan nama suatu bulan. Kata bawa yang bermakna memberitahukan dapat
ditandai dengan adanya kata keterangan waktu yaha ‘sekarang’. Setiap kata bawa
‘bulan’ yang diikuti oleh kata keterangan waktu dalam bahasa Nias, maka
menunjukkan bahwa kalimat itu merupakan kalimat yang bertujuan atau bermakna
memberitahukan.
5.
Makna
kondisi
Kalimat : /Lõ ibokai bawania
na manunõ ia ono alawe hõ/
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||||||||
Glos : tidak dibuka mulutnya
jika bernyanyi Ia anak perempuan itu.
Arti : jika anak perempuan itu
bernyanyi Dia tidak membuka mulutnya.
Kata bawa pada kalimat di atas bermakna
menerangkan suatu kondisi. Hal ini ditandai dengan adanya kata na manunõ ‘jika
bernyanyi’. Sehingga, kalimat ini menjadi sebuah kalimat yang menerangkan
bagaimana keadaan mulut perempuan itu saat bernyanyi.
6.
Makna
Bertanya
Kalimat : /lõ’ara
meno mongowalu ndra’niha da’õ, no bara’ata?/
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||
Glos : tidak
lama setelah menikah para orang itu, sudah cekcok?
Arti : mereka yang belum lama menikah itu
sudah tidak cocok?
Makna bertanya/mempertanyakan
adalah makna yang muncul dari suatu kalimat dengan tujuan menanyakan sesuatu..
Makna bertanya muncul dengan adanya kata keterangan sudah. Adanya tanda tanya, menunjukkan adanya suatu perasaan tidak
percaya seseorang. Sehingga, ketika kata sudah
mendahului kata bara’ata dan
dibubuhkan dengan tanda tanya maka kalimat itu dapat bermakna bertanya.
7.
Makna
Malas



![]() |
|||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||
Glos : ah,
jauh sekali rumah para adik kita itu
loh.
Arti : ah, rumah adik kita itu jauh sekali.
Makna malas
dalam kalimat di atas ditandai dengan adanya kata ae yang setelahnya di ikuti kata arõu atau keterangan jarak. Kata ae bermakna ‘ah’ merupakan bentuk ungkapan yang menandakan tidak
inginnya atau ada rasa malas penutur kalimat itu untuk pergi dikarenakan jarak
yang terlalu jauh. Hal ini di dukung dengan adanya kata arõu yae ‘jauh sekali’. Selain itu, partikel wõ merupakan penjelas makna malas.
8.
Makna
Larangan

![]() |
![]() |
![]() |
|||
Glos : jangan
kamu marah-marah kepadanya.
Arti : kamu jangan marah-marah kepadanya.
Kata bõi pada kalimat di atas bermakna
larangan. Bõi dengan arti leksikal
‘jangan’dapat bermakna larangan jika setelah kata bõi di ikuti oleh kata kerja. Seperti pada kalimat di atas bõi yang diikuti dengan kata kerja
marah-marah. Dapat dipastikan bahwa dalam bahasa Nias, setiap kata bõi yang diikuti kata kerja akan bermakna
larangan.
9.
Makna
Sifat


![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||
Glos : genit
sekali perempuan itu maka jangan berteman
kepadanya.
Arti : perempuan itu genit sekali, maka
jangan berteman dengan dia.
Makna sifat pada
kalimat di tandai dengan adanya kata abao
‘genit’. Sifat genit merupakan sifat
yang dimiliki oleh perempuan yang tidak memiliki rasa malu. Genit akan bermakna sifat jika kata genit itu di lekatkan pada subjek atau
objek yang dianggap memiliki sifat genit. Pada contoh kalimat di atas, setelah
kata genit di ikuti oleh kata perempuan sehingga diketahui bahwa sifat
perempuan yang dimaksudkan dalam kalimat di atas adalah genit.
10.
Makna
Pekerjaan/Kegiatan







Glos : /tidak
ia lihat di jahit baju anak/
Arti : dia tidak dapat menjahit baju anak.
Pada kalimat di
atas, kata yang termasuk kata kerja adalah kata afu ‘jahit’. Kalimat di atas menerangkan bahwa dia atau seseorang
itu tidak dapat melakukan pekerjaan untuk menjahit baju anak. Setiap kata kerja
yang di dahului subjek dan diikuti oleh objek yang dikerjakan akan bermakna
suatu pekerjaan/kegiatan.
11.
Makna
Menerangkan Jenis

![]() |
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
![]() |
||||||||
Glos : /daun zari yang gunakan
mereka obat daun zari yang kecil-kecil./
Arti : obat yang mereka gunakan adalah daun
zari yang kecil-kecil.
Makna jenis pada
kalimat di atas yang dimaksudkan adalah jenis daun zari, yaitu daun zari yang
kecil-kecil sebab daun zari juga ada yang bentuk atau jenisnya besar. Daun zari
yang kecil-kecil merupakan jenis daun di Nias yang sering sekali digunakan
sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit.
12.
Makna
Waktu
Kalimat : /Na
tafaigi mbanua yaha, alawu adõgõ/
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||||||||
Glos : /Jika kita lihat langit
sekarang hampir tenggelam./
Arti : jika kita melihat langit, sekarang
pukul dua siang.
Makna waktu pada
kalimat di atas ditandai dengan adanya kata alawu
adõgõ. Kata alawu adõgõ
menunjukkan keterangan waktu yang biasanya diketahui dengan melihat ketinggian
matahari di langit. Kata alawu
bermakna waktu jika diikuti kata keterangan jumlah, pada kalimat di atas yaitu
kata adõgõ.
13.
Makna
Ukuran/Berat/Jumlah

![]() |
![]() |
||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
Glos : /nya
besar babi ini 5 bahu/
Arti : babi ini berukuran 75 kilo.
Kata alisi merupakan ukuran berat suatu babi
dalam masyarakat Nias. Kata alisi
akan bermakna ukuran berat jika sebelum kata alisi di dahului oleh subjek (nama
hewan) ataupun di ikuti oleh keterangan beratnya. Kata alisi dapat menduduki posisi pada awal kalimat, pertengahan maupun
diakhir sebuah kalimat.
14.
Makna
Syarat



![]() |
![]() |
||||
![]() |
|||||
Glos : /mereka beli kepada
kalian honda asalkan kalian dapat juara
di kelas./
Arti : honda akan dibelikan untu kalian
asalkan kalian mendapatkan juara kelas.
Kata asala pada kalimat di atas akan bermakna
syarat jika pada sebuah kalimat itu di dahului oleh kata kerja dan di ikuti
pula dengan kata kerja. Contoh kata kerja sebelum kata asala pada kalimat di atas adalah kata kerja di beli dan kata kerja setelah kata asala adalah kata kerja mendapatkan.
Dengan kata lain bahwa kata asala
akan bermakna syarat jika ada keinginan dan ada pula kegiatan yang harus
dilakukan untuk memenuhi syarat tersebut.
15.
Makna
Tidak Suka

![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||
Glos : /risih
kepadanya jika ditegur perbuatannya./
Arti : Dia tidak suka jika ia ditegur
karena perbuatannya.
Kata asala akan bermakna tidak suka ditandai
dengan adanya kata jika di tegur.
Selain bentuk kalimat di atas, posisi kata asala
akan tetap bermakna tidak suka
jika di letakkan pada posisi awal dan tengah kalimat. Sedangkan kata asala tidak akan bermakna tidak mau jika di letakkan pada akhir
sebuah kalimat.
16.
Makna
Menyetujui


![]() |
![]() |
![]() |
|||
Glos : /benar
yang dikatakannya itu./
Arti : Dia mengatakan yang benar.
Makna menyetujui pada kalimat diatas merupakan
kalimat persetujuan adanya kesamaan pemahaman ataupun menyetujui apa yang
dikatakan oleh orang lain. Pada kalimat di atas, terdapat kata niwaõ yang berarti ‘dikatakan’. Kata dikatakan merupakan penjelasan bahwa
yang di setujui adalah apa yang dikatakan oleh orang itu adalah benar adanya.
17.
Makna
Pelaku / Subjek
Kalimat : /Ya’ia
zimõi mamasa numero nomo ba nomoma /
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||||
Glos : /dia
yang datang memasang nomor rumah di rumah
kami/
Arti : Dia yang datang memasang nomor rumah kami.
Kata ya’ia bermakna ‘pelaku/subjek’ pada
kalimat di atas ditandai dengan adanya kata yang
datang. Kata ya’ia bermakna
pelaku/subjek jika kata itu di letakkan pada awal kalimat dan di ikuti dengan
kata kerja. Kata ya’ia tidak dapat di
letakkan pada pertengahan maupun diakhir sebuah kalimat karena akan menimbulkan
makna baru.
18.
Makna
Berserah

![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||
Glos : /terserah
padanya saja bagaimana dilakukannya./
Arti : Terserahnya bagaimana yang
dilakukannya saja.
Makna berserah
adalah makna yang muncul karena ada perasaan tidak dapat berbuat apa-apa lagi
dan hanya akan membiarkan apa yang terjadi atau dilakukan oleh orang lain. Kata
tali dalam bahasa Nias biasanya di
tujukkan kepada seseorang dengan nada pasrah. Kata tali akan bermakna berserah
jika kata tali di ikuti dengan objek
yang di tuju biasanya berupa orang atau pelaku lainnya.
19.
Makna
Bosan
Kalimat : /no
wõ ae uwa’õ khõnia afu bõi arõrõ ia
ba zilõ boto./
![]() |
![]() |
![]() |
|||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
Glos : sudah
ah kukatakan kepadanya agar jangan terbuai
dia di sia-sia.
Arti : ah, aku sudah
mengatakan kepadanya agar dia jangan terbuai dengan hal yang sia-sia.
Pada kalimat di atas, makna bosan dapat di tandai dengan adanya kata no yang berarti ’sudah’ dan kata ae yang berarti ’ah’. Kebosanan
itu terlihat saat si penutur merasa sudah pernah mengatakan hal itu sebelumnya
kepada objek yang dibicaran tetapi tidak di hiraukan.
20.
Makna
Tidak Paham
Kalimat : /ambõ
tobaha ba dõdõgu wehede nia nomege./
![]() |
![]() |
||||||||||||
![]() |
|||||||||||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
||||||||||
Glos : kurang
jelas di hatiku perkataannya tadi.
Arti : saya kurang mengerti perkataannya
tadi.
Pada kalimat di atas, diketahui
bahwa makna tidak paham ini di peroleh dari kata ambo yang berarti ’kurang’ dan kata tobaha ’kurang jelas’. Sangat jelas sekali pada tuturan ini si
penutur merasa tidak dapat memahami apa yang telah ia dengar karena apa yang
telah ia dengar tidak begitu jelas.
SIMPULAN
DAN REKOMENDASI
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai homonim
dalam bahasa Nias, penulis menyimpulkan bahwa:
1.
Bentuk homonim yang ada di
dalam bahasa Nias ada 2, yaitu bentuk homonim yang homofon dan homograf dengan
457 data, dan homonim yang homograf
tetapi tidak homofon ditemukan sebanyak satu data. Sedangkan, homonim
yang homofon tetapi tidak homograf tidak ditemukan dalam bahasa Nias
dikarenakan setiap bunyi dalam bahasa Nias sudah diwakili oleh huruf / ejaan
yang sesuai.
2.
Makna homonim yang ditemukan
dalam kalimat tuturan yang homonim dalam bahasa Nias ada 20 makna. Maknanya
ialah makna kesal/marah, makna paham, makna perintah, makna memberitahukan,
makna kondisi, makna malas, makna bertanya, makna larangan, makna sifat, makna
pekerjaan/kegiatan, makna menerangkan jenis, makna waktu, makna
ukuran/berat/jumlah, makna syarat, makna tidak suka, makna menyetujui, makna
pelaku/subjek, makna berserah, makna bosan dan makna tidak paham.
3.
Berdasarkan penelitian ini ternyata ditemukan bahwa keunikan dan
perbedaan bahasa Nias dari bahasa Indonesia maupun bahasa daerah lainnya adalah
kelengkapan huruf/ejaan. Sehingga, hal ini menjadikan bahasa Nias tidak
memiliki kata yang bunyinya sama, di karenakan setiap bunyi sudah di wakili
oleh sebuah huruf/abjad dalam bahasa Nias.
B.
Rekomendasi
1.
Diharapkan melalui penelitian
ini penulis sarankan agar ejaan bahasa Nias berdasarkan ejaan Latin segera
disusun dan diresmikan pemakaiannya demi menghilangkan kesimpangsiuran serta
dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan bahasa Nias.
2.
Diharapkan penulisan kata ulang
menggunakan tanda hubung diantara kata yang mendapat perulangan.
3.
Diharapkan agar peneliti
selanjutnya dapat menyempurnakan penelitian homonim dalam bahasa Nias ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung:
Angkasa Bandung.
Chaer, Abdul. 2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta



Departemen pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Halawa, T., dkk. 1983. Struktur Bahasa Nias. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Keraf, Gorys. 1990. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Kentjono, Djoko. 1982. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta:
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Laiya, Sitasi Z., dkk. 1985. Kamus Nias-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mustafa, M. Nur., dkk. 2013. Buku
Panduan Tugas Akhir Mahasiswa S1 FKIP Universitas Riau. Pekanbaru: FKIP
Universitas Riau.
Pateda, Mansoer. 1988. Linguistik (Sebuah Pengantar). Gorontalo:
Angkasa Bandung.

Sugono, Dendi. 2003. Buku Praktis
Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: Pusat Bahasa.
Ullmann, Stephen. 2011. Pengantar Semantik. Terjemahan
Sumarsono. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar