Minggu, 14 Agustus 2016

HOMONIM DALAM BAHASA NIAS

Ernimawati Halawa1, Mangatur Sinaga 2, Charlina3.
No. Hp. 085355843412

Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau

               Abstract: Homonym is a word, phrase or sentence that has the same form and sound but has a different meaning. 
The problem that I researched in this study is what are homonyms in Nias language? 
What are the homonym meaning that contain in Nias language? 
The aims of this research are to analyze and describe the form and meaning of homonyms in the Nias language which has Gunungsitoli dialect. 
The method used in this research is descriptive method,a method is used to explain the data that is taken in this researc by using interview, data collection, record, documentation and literature. 
The application of interview is interviewingor questioning for Nias society in the town of Gunungsitoli were considered to meetcriteria 
as a sources who understand the language of homonyms in Nias then the result is written down and documentation as collecting the homonym words in Nias language used as research material then analyzed according to the research problem. 
There are two forms of research results homonym in Nias language, namely 457 that homophones and homonyms homograph and 1homograph homonym but not homophones. 
In terms of the meaning of homonyms, found 20 homonym meaning, e.g meaning annoyed/angry, understand the meaning, the meaning of the command, meaning informing, meaning conditions, meaning lazy, 
meaning asked, meaning the ban, meaning the nature, the meaning of work/activity, describe the type of meaning, the meaning of time, meaning size/weight/number, the meaning of the terms, meaning do not like, meaning approved, meaning

actors/subjects, meaning surrender, meaning bored and do not understand the meaning. Result of this research shows that the use of homonyms in Nias language community is very high. 

Key words: Homonyms, Homograph, Homophones, Nias Language.


HOMONIM DALAM BAHASA NIAS

Ernimawati Halawa1, Mangatur Sinaga 2, Charlina3.
No. Hp. 085355843412

Pendidikan Bahasa Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau

            Abstrak: Homonim adalah kata, frase atau kalimat yang memiliki bentuk dan bunyi yang sama tetapi berbeda makna. Permasalahan yang penulis teliti dalam penelitian ini adalah apa sajakah bentuk homonim dalam bahasa Nias? Makna homonim apa sajakah yang terdapat dalam bahasa Nias?. Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis dan mendeskripsikan bentuk dan makna homonim dalam bahasa Nias dialek Gunungsitoli. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang dipakai untuk menjelaskan data yang diperoleh dalam penelitian sebagaimana adanya dengan menggunakan teknik wawancara, pengumpulan data, catat, dan dokumentasi serta kepustakaan. Penerapan teknik wawancara yakni melakukan wawancara atau tanya jawab kepada masyarakat Nias di kota Gunungsitoli yang dianggap memenuhi kriteria sebagai narasumber yang memahami mengenai homonim dalam bahasa Nias kemudian dilakukan teknik catat dan dokumentasi serta kepustakaan yakni dengan mengumpulkan kata yang homonim dalam bahasa Nias yang dijadikan bahan penelitian kemudian dianalisis sesuai dengan masalah penelitian. Hasil penelitian terdapat dua bentuk homonim dalam bahasa Nias, yakni 457 homonim yang homofon dan homograf dan 1 homonim yang homograf tetapi tidak homofon. Dari segi makna homonim, ditemukan 20 makna homonim, yakni makna kesal/marah, makna paham, makna perintah, makna memberitahukan, makna kondisi, makna malas, makna bertanya, makna larangan, makna sifat, makna pekerjaan/kegiatan, makna menerangkan jenis, makna waktu, makna ukuran/berat/jumlah, makna syarat, makna tidak suka, makna menyetujui, makna pelaku/subjek, makna berserah, makna bosan dan makna tidak paham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan homonim dalam masyarakat bahasa Nias sangat tinggi.

Kata Kunci : Homonim, Homofon, Homograf, Bahasa Nias



PENDAHULUAN
Bahasa merupakan kunci utama dalam keberhasilan suatu proses komunikasi. Sampainya pesan atau informasi yang disampaikan kepada lawan bicara dapat terjadi jika penutur dan petutur sama-sama dapat memaknai pesan yang disampaikan oleh lawan bicaranya. Oleh sebab itu, penutur dan petutur suatu bahasa harus memiliki kemampuan memaknai bahasa dengan baik. Kemampuan memaknai dalam kegiatan berbahasa akan menghasilkan terjalinnya komunikasi dari dua belah pihak, yaitu penutur dan petutur. Makna dalam suatu bahasa adalah pengertian yang tersimpan dalam struktur suatu bentuk bahasa. Kita tidak akan bisa mengerti bahasa apabila hanya berupa bunyi dan bentuk tanpa makna yang terdapat dalam bahasa tersebut. Homonim mengkaji mengenai dua buah makna atau lebih yang dinyatakan dengan sebuah bentuk yang sama. Homonim ini juga banyak terdapat di dalam bahasa-bahasa di nusantara. Alwasilah (2011) yang menyatakan bahwa homonim adalah beberapa kata diucapkan persis sama, tetapi artinya berbeda.
Bahasa Nias sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia juga memiliki berbagai bentuk dan kaidah kebahasaan. Di dalam bahasa Nias terdapat berbagai kata yang memiliki bentuk dan ujaran yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Jika masyarakat Nias dan para penutur bahasa Nias tidak mengetahui bentuk-bentuk kata yang homonim dalam bahasa Nias, maka akan terjadi kekacauan di dalam memahami makna setiap ujaran yang diucapkan oleh penutur dan petutur bahasa Nias ketika berkomunikasi satu sama lainnya. Mengingat ruang lingkup tentang kajian bahasa sangat luas, maka penulis menetapkan judul penelitian ini yaitu Homonim dalam Bahasa Nias”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah (1) bagaimanakah bentuk homonim dalam bahasa Nias? (2) apa sajakah makna homonim dalam bahasa Nias?. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bentuk homonim dalam bahasa Nias (2) mendeskripsikan homonim dalam bahasa Nias.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang kepada paradigma naturalistik dan fenomenalogi. Penulis menggunakan metode ini guna mendeskripsikan dan mengkaji homonim yang terdapat dalam bahasa Nias baik melalui tuturan asli masyarakat Nias yang berdomisili di desa Wangõ, kecamatan Gunungsitoli maupun melalui kamus bahasa Nias-Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat Nias yang berdomisili di Nias, desa Wangõ, kecamatan Gunungsitoli Kabupaten Nias sebagai masyarakat asli penutur bahasa Nias dan juga penulis sendiri sebagai penutur asli bahasa.
Supaya data yang diperoleh tepat dan akurat maka dipilih jumlah informan yang ditetapkan sebanyak 6 orang yang berada di desa Wangõ, kecamatan Gunungsitoli. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan seluruh homonim yang terdapat dalam tuturan masyarakat Nias dengan melakukan wawancara dan obeservasi terhadap masyarakat Nias yang berdomisili di desa Wangõ, kecamatan Gunungsitoli kabupaten Nias. Selanjutnya dengan membandingkan dan mengumpulkan data dari Kamus Nias-Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta pada tahun 1985.
Teknik analisis data adalah cara-cara yang digunakan untuk menganalisis data yang telah ada dari penelitian. Usaha untuk menganalisis tersebut penulis lakukan melalui langkah-langkah berikut: (1) mencatat kata yang homonim  dalam catatan lembar data. (2) mengklasifikasikan kata berdasarkan bentuk homonim. (3) menganalisis dan menentukan proses pembentukan homonim. (4) kata yang telah diolah, kemudian ditranskripkan ke dalam bahasa Indonesia dan menentukan makna homonim dalam kalimat. (5)Menganalisis penyebab kalimat itu tergolong kalimat yang homonim. (6) Menyimpulkan data yang telah dipaparkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mengkaji homonim dalam bahasa Nias. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan 458 kata yang termasuk ke dalam bentuk homonim dalam bahasa Nias dialek Gunung Sitoli. Terdiri dari 457 homonim yang homograf dan homofon, satu homonim yang homograf  tetapi tidak homofon dan tidak ditemukan homonim yang tidak homograf tetapi homofon.
Bentuk Homonim
Bahasa Nias memiliki 457 kata yang termasuk bentuk homonim yang homofon dan homograf. Kata-kata itu diantaranya adalah:  (1) a, (2) abao, (3) ae, (4) afu, (5) afusi, (6) akha, (7) akhõli, (8) alau, (9) alawa, (10) alawaitõ, (11) alawu, (12) alisi, (13) alogo, (14) alõ, (15) alõwa, (16)  alu, (17) alukhõ, (18) amalimali, (19) amoho, (20) amu’u. Bentuk homonim yang homograf tetapi  tidak homofon dalam bahasa Nias yaitu kata bawa. Berdasarkan penelitian ini, tidak ditemukan kata yang termasuk kedalam bentuk homonim yang homofon tetapi tidak homograf. Hal ini terjadi karena bahasa Nias memiliki abjad yang lengkap dan setiap abjadnya mewakili fonem dalam bahasa Nias. oleh karena itu, bahasa Nias adalah bahasa yang sangat kecil kemungkinannya untuk memiliki bunyi yang sama tetapi berbeda bentuk.
Makna Homonim
Makna sebuah kata akan menjadi jelas jika sudah digunakan di dalam sebuah kalimat. Berdasarkan penelitian, ditemukan 20 makna homonim dalam bahasa Nias. Penulis menganalisis makna homonim ini sesuai dengan makna yang muncul dari tuturan  atau kalimat.
1.        Makna Kesal/Marah
Kalimat              : /A, na simanõ bõi ta lau rõrõda ia  sa’ae /
 


Glos                   : oh, kalau begitu jangan kita lakukan perdulikan dia lagi.
Arti                    : oh, kalau begitu kita jangan memperdulikan dia  lagi.
Pada kalimat di atas, kata a merupakan kata yang bermakna kesal. Kekesalan itu tampak dengan adanya intonasi yang panjang saat menyebutkan kata a  dan kata a diikuti dengan kata bõi yang bermakna larangan.
2.        Makna Paham
Kalimat  : /Ate da’õ mbõrõ wa hede-hedenia khõgu  menewi me falukha ga/
 


Glos       : oh, mungkin itu sebab ada tidak kata-katanya kepadaku kemarin saat   bertemu kami.

            
Arti        : oh, mungkin itulah sebabnya dia tidak menegurku ketika  kami bertemu kemarin.
Pada contoh kalimat di atas, kata a bermakna paham ditandai dengan  diikutinya kata te da’ õ yang berarti mungkin itu. Kata oh tersebut bermakna paham atau memahami alasan seseorang mendiaminya kemarin. Setiap kata a bermakna ‘oh’ jika diikuti dengan kata penunjuk itu, maka kalimat itu akan bermakna paham.
3.        Makna Perintah
Kalimat  : /a wakhe da’a yaha ofeta abusoõ!/
 


Glos       : makan  nasi ini sekarang sampai kenyang kamu!
Arti        : kamu makan nasi ini sampai kenyang, sekarang!
Contoh di atas menunjukkan penggunaan kata a yang memiliki arti leksikal ‘makan’. Makna a dalam kalimat bahasa Nias dapat bermakna perintah. Hal  ini ditandai dengan adanya kata keterangan waktu yang mengikutinya yaitu sekarang. Kata sekarang menunjukkan adanya perintah harus melakukan kegiatan makan itu dengan tidak boleh menunda-nunda dan memerintahkan agar segera menghabiskan nasinya sekarang juga.
4.        Makna Memberitahukan
Kalimat              : /No bawa silima  yaha/
 


Glos                   : sudah bulan kelima sekarang
Arti                    : sudah bulan kelima sekarang.
 Bawa merupakan kata yang digunakan dalam bahasa Nias untuk menyatakan nama suatu bulan. Kata bawa yang bermakna memberitahukan dapat ditandai dengan adanya kata keterangan waktu yaha ‘sekarang’. Setiap kata bawa ‘bulan’ yang diikuti oleh kata keterangan waktu dalam bahasa Nias, maka menunjukkan bahwa kalimat itu merupakan kalimat yang bertujuan atau bermakna memberitahukan.
5.        Makna kondisi
Kalimat           : /Lõ ibokai bawania na manunõ ia ono alawe /
 


Glos                 : tidak dibuka mulutnya jika bernyanyi Ia anak perempuan itu.
Arti                  : jika anak perempuan itu bernyanyi Dia tidak membuka mulutnya.
Kata bawa pada kalimat di atas bermakna menerangkan suatu kondisi. Hal ini ditandai dengan adanya kata na manunõ  ‘jika bernyanyi’. Sehingga, kalimat ini menjadi sebuah kalimat yang menerangkan bagaimana keadaan mulut perempuan itu saat bernyanyi.
6.        Makna Bertanya
Kalimat  : /lõ’ara meno mongowalu ndra’niha da’õ, no bara’ata?/
 


Glos       : tidak lama setelah menikah para orang itu, sudah cekcok?
Arti        : mereka yang belum lama menikah itu sudah tidak cocok?
Makna bertanya/mempertanyakan adalah makna yang muncul dari suatu kalimat dengan tujuan menanyakan sesuatu.. Makna bertanya muncul dengan adanya kata keterangan sudah. Adanya tanda tanya, menunjukkan adanya suatu perasaan tidak percaya seseorang. Sehingga, ketika kata sudah mendahului kata bara’ata dan dibubuhkan dengan tanda tanya maka kalimat itu dapat bermakna bertanya.
7.        Makna Malas
Kalimat  : /Ae arõu yae nomo ndra’akhida da’õ wõ/
 


Glos       : ah, jauh sekali rumah para adik kita itu loh.
Arti        : ah, rumah adik kita itu jauh sekali.
Makna malas dalam kalimat di atas ditandai dengan adanya kata ae yang setelahnya di ikuti kata arõu atau keterangan jarak. Kata ae bermakna ‘ah’ merupakan bentuk ungkapan yang menandakan tidak inginnya atau ada rasa malas penutur kalimat itu untuk pergi dikarenakan jarak yang terlalu jauh. Hal ini di dukung dengan adanya kata arõu yae ‘jauh sekali’. Selain itu, partikel merupakan penjelas makna malas.
8.        Makna Larangan
Kalimat  : /Bõi ofenu-fenu khõnia/
 


Glos       : jangan kamu marah-marah kepadanya.
Arti        : kamu jangan marah-marah kepadanya.
Kata bõi pada kalimat di atas bermakna larangan. Bõi dengan arti leksikal ‘jangan’dapat bermakna larangan jika setelah kata bõi di ikuti oleh kata kerja. Seperti pada kalimat di atas bõi yang diikuti dengan kata kerja marah-marah. Dapat dipastikan bahwa dalam bahasa Nias, setiap kata bõi yang diikuti kata kerja akan bermakna larangan.
9.        Makna Sifat
Kalimat  : /Abao sibai galawe da’õ, andrõ bõi fahuwu khõnia./
 


Glos       : genit sekali perempuan itu maka jangan berteman kepadanya.
Arti        : perempuan itu genit sekali, maka jangan berteman dengan dia.
Makna sifat pada kalimat di tandai dengan adanya kata abao ‘genit’. Sifat genit merupakan sifat yang dimiliki oleh perempuan yang tidak memiliki rasa malu. Genit akan bermakna sifat jika kata genit itu di lekatkan pada subjek atau objek yang dianggap memiliki sifat genit. Pada contoh kalimat di atas, setelah kata genit di ikuti oleh kata perempuan sehingga diketahui bahwa sifat perempuan yang dimaksudkan dalam kalimat di atas adalah genit.
10.    Makna Pekerjaan/Kegiatan
Kalimat  : / i ila i afu mbaru ndraono/

Glos       : /tidak ia lihat di jahit baju anak/
Arti        : dia tidak dapat menjahit baju anak.
Pada kalimat di atas, kata yang termasuk kata kerja adalah kata afu ‘jahit’. Kalimat di atas menerangkan bahwa dia atau seseorang itu tidak dapat melakukan pekerjaan untuk menjahit baju anak. Setiap kata kerja yang di dahului subjek dan diikuti oleh objek yang dikerjakan akan bermakna suatu pekerjaan/kegiatan.
11.    Makna Menerangkan Jenis
Kalimat  : /bulu zari nifakera dalu-dalu bulu zari sigide’ide
 


Glos       : /daun zari yang gunakan mereka obat daun zari yang kecil-kecil./
Arti        : obat yang mereka gunakan adalah daun zari yang kecil-kecil.
Makna jenis pada kalimat di atas yang dimaksudkan adalah jenis daun zari, yaitu daun zari yang kecil-kecil sebab daun zari juga ada yang bentuk atau jenisnya besar. Daun zari yang kecil-kecil merupakan jenis daun di Nias yang sering sekali digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit.
12.    Makna Waktu
Kalimat  : /Na tafaigi mbanua yaha, alawu adõgõ/
 


Glos       : /Jika kita lihat langit sekarang hampir tenggelam./
Arti        : jika kita melihat langit, sekarang pukul dua siang.
Makna waktu pada kalimat di atas ditandai dengan adanya kata alawu adõgõ. Kata alawu adõgõ menunjukkan keterangan waktu yang biasanya diketahui dengan melihat ketinggian matahari di langit. Kata alawu bermakna waktu jika diikuti kata keterangan jumlah, pada kalimat di atas yaitu kata adõgõ.
13.    Makna Ukuran/Berat/Jumlah
Kalimat  : /Wa ebua bawi da’a 5 alisi/
 


Glos       : /nya besar babi ini 5 bahu/
Arti        : babi ini berukuran 75 kilo.
Kata alisi merupakan ukuran berat suatu babi dalam masyarakat Nias. Kata alisi akan bermakna ukuran berat jika sebelum kata alisi di dahului oleh subjek (nama hewan) ataupun di ikuti oleh keterangan beratnya. Kata alisi dapat menduduki posisi pada awal kalimat, pertengahan maupun diakhir sebuah kalimat.
14.    Makna Syarat
Kalimat  : /La õli khõmi hondra asala mi sõndra juara ba kalasi/
 


Glos       : /mereka beli kepada kalian honda asalkan kalian dapat juara di kelas./
Arti          : honda akan dibelikan untu kalian asalkan kalian mendapatkan juara kelas.
Kata asala pada kalimat di atas akan bermakna syarat jika pada sebuah kalimat itu di dahului oleh kata kerja dan di ikuti pula dengan kata kerja. Contoh kata kerja sebelum kata asala pada kalimat di atas adalah kata kerja di beli dan kata kerja setelah kata asala adalah kata kerja mendapatkan. Dengan kata lain bahwa kata asala akan bermakna syarat jika ada keinginan dan ada pula kegiatan yang harus dilakukan untuk memenuhi syarat tersebut.
15.    Makna Tidak Suka
Kalimat  : /asala khõnia na lategu gamuata nia
 


Glos       : /risih kepadanya jika ditegur perbuatannya./
Arti          : Dia tidak suka jika ia ditegur karena perbuatannya.
Kata asala akan bermakna tidak suka ditandai dengan adanya kata jika di tegur. Selain bentuk kalimat di atas, posisi kata asala akan tetap bermakna tidak suka jika di letakkan pada posisi awal dan tengah kalimat. Sedangkan kata asala tidak akan bermakna tidak mau jika di letakkan pada akhir sebuah kalimat.
16.    Makna Menyetujui
Kalimat  : /Ya’ia we niwaõ nia da’õ./
 


Glos       : /benar yang dikatakannya itu./
Arti        : Dia mengatakan yang benar.
Makna menyetujui pada kalimat diatas merupakan kalimat persetujuan adanya kesamaan pemahaman ataupun menyetujui apa yang dikatakan oleh orang lain. Pada kalimat di atas, terdapat kata niwaõ yang berarti ‘dikatakan’. Kata dikatakan merupakan penjelasan bahwa yang di setujui adalah apa yang dikatakan oleh orang itu adalah benar adanya.
17.    Makna Pelaku / Subjek
Kalimat  : /Ya’ia zimõi mamasa numero nomo ba nomoma /
 


Glos       : /dia yang datang memasang nomor rumah di rumah kami/
Arti        : Dia yang datang memasang nomor rumah kami.
Kata ya’ia bermakna ‘pelaku/subjek’ pada kalimat di atas ditandai dengan adanya kata yang datang. Kata ya’ia bermakna pelaku/subjek jika kata itu di letakkan pada awal kalimat dan di ikuti dengan kata kerja. Kata ya’ia tidak dapat di letakkan pada pertengahan maupun diakhir sebuah kalimat karena akan menimbulkan makna baru. 
18.    Makna Berserah
Kalimat  : /Tali khenia manõ hewisa wolaunia /
 


Glos       : /terserah padanya saja bagaimana dilakukannya./
Arti        : Terserahnya bagaimana yang dilakukannya saja.     
Makna berserah adalah makna yang muncul karena ada perasaan tidak dapat berbuat apa-apa lagi dan hanya akan membiarkan apa yang terjadi atau dilakukan oleh orang lain. Kata tali dalam bahasa Nias biasanya di tujukkan kepada seseorang dengan nada pasrah. Kata tali akan bermakna berserah jika kata tali di ikuti dengan objek yang di tuju biasanya berupa orang atau pelaku lainnya.
19.    Makna Bosan
Kalimat     : /no wõ ae uwa’õ khõnia afu bõi arõrõ ia ba zilõ boto./
 


Glos           : sudah ah kukatakan kepadanya agar jangan terbuai dia di sia-sia.
Arti           : ah, aku sudah mengatakan kepadanya agar dia jangan terbuai dengan   hal yang sia-sia.
Pada kalimat di atas, makna bosan dapat di tandai dengan adanya kata no yang berarti ’sudah’ dan kata ae yang berarti ’ah’. Kebosanan itu terlihat saat si penutur merasa sudah pernah mengatakan hal itu sebelumnya kepada objek yang dibicaran tetapi tidak di hiraukan.



20.    Makna Tidak Paham
Kalimat     : /ambõ tobaha ba dõdõgu wehede nia nomege./
 


Glos           : kurang jelas di hatiku perkataannya tadi.
Arti            : saya kurang mengerti perkataannya tadi.
            Pada kalimat di atas, diketahui bahwa makna tidak paham ini di peroleh dari kata ambo yang berarti ’kurang’ dan kata tobaha ’kurang jelas’. Sangat jelas sekali pada tuturan ini si penutur merasa tidak dapat memahami apa yang telah ia dengar karena apa yang telah ia dengar tidak begitu jelas.

SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.    Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai homonim dalam bahasa Nias, penulis menyimpulkan bahwa:
1.         Bentuk homonim yang ada di dalam bahasa Nias ada 2, yaitu bentuk homonim yang homofon dan homograf dengan 457 data, dan homonim yang homograf  tetapi tidak homofon ditemukan sebanyak satu data. Sedangkan, homonim yang homofon tetapi tidak homograf tidak ditemukan dalam bahasa Nias dikarenakan setiap bunyi dalam bahasa Nias sudah diwakili oleh huruf / ejaan yang sesuai.
2.         Makna homonim yang ditemukan dalam kalimat tuturan yang homonim dalam bahasa Nias ada 20 makna. Maknanya ialah makna kesal/marah, makna paham, makna perintah, makna memberitahukan, makna kondisi, makna malas, makna bertanya, makna larangan, makna sifat, makna pekerjaan/kegiatan, makna menerangkan jenis, makna waktu, makna ukuran/berat/jumlah, makna syarat, makna tidak suka, makna menyetujui, makna pelaku/subjek, makna berserah, makna bosan dan makna tidak paham.  
3.         Berdasarkan penelitian ini ternyata ditemukan bahwa keunikan dan perbedaan bahasa Nias dari bahasa Indonesia maupun bahasa daerah lainnya adalah kelengkapan huruf/ejaan. Sehingga, hal ini menjadikan bahasa Nias tidak memiliki kata yang bunyinya sama, di karenakan setiap bunyi sudah di wakili oleh sebuah huruf/abjad dalam bahasa Nias.
B.     Rekomendasi
1.      Diharapkan melalui penelitian ini penulis sarankan agar ejaan bahasa Nias berdasarkan ejaan Latin segera disusun dan diresmikan pemakaiannya demi menghilangkan kesimpangsiuran serta dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan bahasa Nias.
2.      Diharapkan penulisan kata ulang menggunakan tanda hubung diantara kata yang mendapat perulangan.
3.      Diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan penelitian homonim dalam bahasa Nias ini.
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 2011. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Bandung.

Chaer, Abdul. 2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

       . . 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

       . . 2009. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

       . . 2009 Sintaksis Bahasa Indonesia (pendekatan proses). Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen pendidikan Nasional. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Halawa, T., dkk. 1983. Struktur Bahasa Nias. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Keraf, Gorys. 1990. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Kentjono, Djoko. 1982. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Laiya, Sitasi Z., dkk. 1985. Kamus Nias-Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Mustafa, M. Nur., dkk. 2013. Buku Panduan Tugas Akhir Mahasiswa S1 FKIP Universitas Riau. Pekanbaru: FKIP Universitas Riau.

Pateda, Mansoer. 1988. Linguistik (Sebuah Pengantar). Gorontalo: Angkasa Bandung.

       . . 2011. Linguistik Sebuah Pengantar. Bandung: Angkasa Bandung.

Sugono, Dendi. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2. Jakarta: Pusat Bahasa.

Ullmann, Stephen. 2011. Pengantar Semantik. Terjemahan Sumarsono. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar