PRINSIP
SOPAN SANTUN
DALAM
NOVEL KEMBANG TURI
KARYA
BUDI SARDJONO
OLEH
ERNIMAWATI
HALAWA
1205113229
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyusun tugas makalah prinsip sopan santun dalam novel kembang
turi karya Budi sardjono dalam mata
kuliah Pragmatik sehingga tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tidak lupa pula saya mengucapakan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Pragmatik Dra. Charlina, M. Hum. serta kepada teman-teman yang telah membantu menyusun
makalah tindak tutur ini.
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran
dari teman-teman yang sifatnya membangun kesempurnaan tugas ini di lain
kesempatan sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga tugas ini dapat diterima
dan dapat memberi manfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Pekanbaru,
05 Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang
.................................................................................................
B.
Rumusan Masalah
...........................................................................................
C.
Tujuan Penelitian
..............................................................................................
D. Manfaat
Penelitian............................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN .........................................................................................
A. Implikatur Percakapan
.....................................................................................
B. Ciri-ciri Implikatur Percakapan
......................................................................
C. Jenis-jenis Implikatur Percakapn
....................................................................
D. Contoh
maksim prinsip kesopanan dalam novel
Kembang turi
Karya
Budi sardjono .........................................................................................
BAB
III PENUTUP
..................................................................................................
A.
Simpulan
.............................................................................................................
B.
Saran ..................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa
merupakan suatu alat yang paling utama untuk berkomunikasi antar manusia.
Dengan kata lain, manusia akan sangat tergantung sekali pada suatu bahasa dan
mengingat juga bahwa manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak dapat
hidup tanpa orang lain. Dalam hal ini tentulah antar manusia akan terjadi suatu
interaksi (komunikasi) untuk berbagai tujuan.
Berbagai
fenomena yang muncul di dalam kehidupan praktis akan berpengaruh besar terhadap
suatu bahasa. Sering kali kaidah-kaidah bahasa yang disepakati mengalami
perubahan menghadapi fenomena penggunaan bahasa pada tataran praktis.
Percakapan
pada hakikatnya adalah peristiwa berbahasa lisan antara dua orang partisipan
atau lebih yang pada umumnya terjadi dalam suasana santai maupun formal.
Percakapan merupakan wadah yang memungkinkan terwujudnya prinsip-prinsip
Pragmatik dalam peristiwa berbahasa. Untuk itu perlu memahami prinsip sopan
santun Percakapan, agar kita mengetahui ataupun pembaca dapat memahami
bagaimana prinsip sopan santun yang terdapat di dalam Dialog-Dialog antar tokoh
dalam suatu novel khususnya novel kembang turi karya Budi sardjono ini.
Dalam
hal ini pengkajian dari sudut prinsip sopan santun Percakapan dimungkinkan
dapat memperjelas proses komunikasi yang terjadi dalam suatu Dialog-Dialog
dalam novel tersebut sehingga pembaca
lebih paham mengenai isi dari kisah novel tersebut serta pembaca juga dapat
memahami bagaimana sopan santun yang terikat di dalam Dialog-Dialog antar tokoh.
Oleh karena itulah, peneliti mengkaji mengenai prinsip sopan santun percakapan
dalam novel Kembang Turi karya Budi Sardjono.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan maksim prinsip sopan santun ?
2. Apasajakah jenis-jenis maksim-maksim dalam
prinsip sopan santun?
3. Apasajakah
contoh-contoh maksim prinsip sopan santun percakapan yang terdapat dalam novel
Kembang turi karya Budi sardjono?
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah, tujuan penelitian ini yaitu untuk
medeskripsikan :
1. Pengertian
prinsip sopan santun Percakapan
2. Jenis-jenis maksim prinsip sopan
santun
3. Contoh-contoh
maksim prinsip sopan santun dalam novel kembang turi karya Budi sardjono.
D.
Manfaat
Penelitian
Manfaat dari penelitian
ini ialah agar pembaca dapat :
1. Mengetahui
apa itu prinsip sopan santun
2. Mengetahui
bagaimana saja Dialog-Dialog dan percakapan dalam novel kembang turi karya Budi
sardjono
3. Menjadi
bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
E.
Defenisi
Operasional
1. Prinsip
sopan santun adalah kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual :
kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya dan
interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya.
2. Novel
Kembang Turi adalah salah satu novel yang menceritakan mengenai perjuangan
hidup dua orang kakak beradik, yang di tulis oleh seorang penulis asal Jogjakarta
yang bernama Budi Sardjono.
3. Prinsip
sopan santun dalam novel kmbang turi karya Budi sardjono adalah sebuah
penelitian ataupun analisis mengenai kaidah-kaidah penggunaan bahasa, tindakan
dan interpretasi-interpretasi kesopanan yang terdapat dalam novel Kembang turi
karya Budi sardjono.
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Prinsip Sopan Santun
Kesopansantunan pada
umumnya berkaitan dengan hubungan antara dua partisipan yang dapat disebut
sebagai diri sendiri dan orang lain. Dalam percakapan, diri sendiri biasanya dikenal
sebagai pembicara dan orang lain sebagai penyimak.
Pandangan kesantunan
dalam kajian pragmatik diutarakan oleh beberapa ahli diantaranya adalah Leech.
Menurut Leech (1983) maksim merupakan kaidah kebahsaan di dalam interaksi
lingual : kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya dan
interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya.
Selain itu, maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik. Maksim-maksim prinsip
sopan santun ini menganjurkan agar kita mengungkapkan keyakinan-keyakinan
dengan sopan dan menghindari ujaran yang tidak sopan.
B.
Jenis-jenis
Maksim Prinsip Sopan Santun
Berdasarkan
prinsip sopan santun atau kesopanan, terdapat enam maksim atau aturan bentuk
pragmatik, yaitu:
1. Maksim
Kebijaksanaan (tact maxim)
Maksim
kebijaksanaan diungkapkan dalam ujaran impositif dan komisif. Menurut Leech,
maksim ini berdasarkan pada aturan: (a) buatlah kerugian orang sekecil mungkin,
dan (b) buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin.
2. Maksim
kedermawaan (generosity maxim)
Maksim
ini diungkapkan dalam ujaran impositif dan komisif. Maksim ini berdasarkan
aturan : (a) buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan (b) buatlah
kerugian diri sendiri sebesar mungkin.
3. Maksim
penghargaan atau pujian (approbation maxim)
Maksim
ini di ungkapkan dalam ujaran ekspresif dan asertif. Maksim ini berdasarkan
pada aturan (a) kecamlah orang lain sedikit mungkin dan (b) pujilah orang lain
sebanyak mungkin.
Maksim
pujian bisa diberi nama lain yang kurang baik, yakni “maksim rayuan” tetapi
istilah rayuan biasanya digunakan untuk pujian yang tidak tulus. Pada maksim
ini aspek negatifnya yang lebih penting yaitu, jangan mengatakan hal-hal yang
tidak menyenangkan mengenai orang lain. Terutama mengenai orang lain.
4. Maksim
kesederhanaan atau kerendahan hati (modesty maxim)
Maksim
ini diungkapkan dalam ujaran ekspresif dan asertif. Maksim ini berdasarkan pada
aturan : (a) pujilah diri sendiri sedikit mungkin dan (b) kecamlah diri sendiri
sebanyak mungkin.
5. Maksim
kecocokan atau kesepakatan (agreement maxim)
Maksim
ini diungkapkan dalam ujaran ekspresif
dan asertif. Maksim ini berdasarkan pada aturan: (a) usahakan agar
ketaksepakatan antara diri dan yang lain atau antara pembicara dan lawan bicara
terjadi sesedikit mungkin, dan (b) usahakan agar kesepakatan antar diri dan
yang lain terjadi sebanyak mungkin.
6. Maksim
kesimpatian (sympathy maxim)
Maksim
ini diungkapkan dalam ungkapan ekspresif dan asertif. Maksim ini berdasarkan
pada aturan: (a) kurangilah rasa antipati antar diri sendiri dengan yang lain
hingga sekecil mungkin dan (b) tingkatkan rasa ssimpati sebanyak-banyaknya
antara diri sendiri dan yang lain.
C. Contoh-contoh
Dialog yang Mengandung Maksim Prinsip Kerja Sama dalam Novel Kembang Turi Karya
Budi Sardjono
1.
Maksim
Kebijaksanaan (tact maxim)
Maksim
kebijaksanaan diungkapkan dalam ujaran impositif dan komisif. Menurut Leech,
maksim ini berdasarkan pada aturan: (a)
buatlah kerugian orang sekecil mungkin, dan (b) buatlah keuntungan orang lain
sebesar mungkin.
Pada
novel Kembang Turi terdapat teks, Dialog yang menunjukkan maksim Kebijaksanaan.
Yaitu:
·
Halaman,
paragraf :
Halaman 164, paragraf
keempat
“mami juga tidak
serakah. Di tempat lain kami cuma mendapat bagian paling tinggi empat puluh
persen. Mami tidak. Kita bagi-bagi, sama besar. Karena itu, kalau kita dapat
tip besar, dengan rela juga kami bagi dengan Mami.”
·
Konteks
:
Dirman
dan Nuri salah seorang anggota Marni, sedang berbincang-bincang sembari Dirman
menunggu kakaknya Marni. Nuri menceritakan bahwa Marni adalah seorang mami yang
sangat bijaksana dan baik hati dengan pembagian uang yang adil dan tidak
serakah. Itu semua Marni lakukan kepada anggotanya sehingga anggotanya sangat
senang bekerja kepadanya.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim kebijaksanaan.
Kalimat
kebijaksanaan diatas dapat di tandai dengan adanya suatu prinsip bahwa Marni
sebagai seorang Mami atau sebagai seorang bos yang memiliki beberapa anggota
yang bekerja kepadanya, namun ia tetap memberikan keuntungan bagi anggotanya
dan juga tidak memberikan kerugian yang begitu besar kepada anggotanya. Marni
adil dalam membagi jatah setiap anggotanya namun ia tetap tidak rugi namun
mendapat keuntungan juga. Sikapnya itu menandakan maksim kebijaksanaan yaitu
kebijaksanaan dari tokoh Marni.
2.
Maksim
kedermawaan (generosity maxim)
Maksim
ini diungkapkan dalam ujaran impositif dan komisif. Maksim ini berdasarkan
aturan : (a) buatlah keuntungan diri
sendiri sekecil mungkin dan (b) buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin.
Pada
novel Kembang Turi terdapat teks, Dialog yang menunjukkan maksim kedermawaan.
Yaitu:
·
Halaman,
paragraf :
Halaman 16, paragraf
kedua
“ah, mas Dirman!”
lelaki itu, Pak Manaf, merangkul Dirman.
“mas Dirman tak usah
mikir yang lain-lain. Semuanya saya yang menanggung”.
·
Konteks
:
Dirman
dan Pak Manaf sedang melakukan kesepakatan atas penawaran Dirman terhadap tanah
yang di Jual oleh Pak Manaf. Setelah melakukan penawaran dan perjanjian, ketika
Dirman hendak bergegas pergi tetapi tiba-tiba Pak Manaf menawarkan agar Dirman
beristirahat sejenak di kampung itu dengan memberikan teman tidur seorang
perempuan tanpa Dirman harus membayar apapun.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim kedermawaan.
Kalimat
kedermawaan dapat di tandai dengan adanya suatu prinsip bahwa Pak Manaf memberikan
keuntungan kepada Dirman sebanyak mungkin meskipun tidak ada keuntungan yang di dapat oleh Pak Manaf dan ia membuat
Dirman untung dan tidak merasa rugi sedikitpun. Kedermawaan Pak Manaf di tandai
dalam kalimat “Semuanya saya yang
menanggung”.
3.
Maksim
penghargaan atau pujian (approbation maxim)
Maksim
ini di ungkapkan dalam ujaran ekspresif dan asertif. Maksim ini berdasarkan
pada aturan (a) kecamlah orang lain sedikit mungkin dan (b) pujilah orang lain
sebanyak mungkin.
Maksim
pujian bisa diberi nama lain yang kurang baik, yakni “maksim rayuan” tetapi
istilah rayuan biasanya digunakan untuk pujian yang tidak tulus. Pada maksim
ini aspek negatifnya yang lebih penting yaitu, jangan mengatakan hal-hal yang
tidak menyenangkan mengenai orang lain. Terutama mengenai orang lain.
1.
Halaman,
paragraf :
Halaman 52, paragraf
kelima
“bukankah bulan depan,
saya akan naik ke kelas dua, mak?”
“ya, ya , kamu memang
anak pintar.”
·
Konteks
:
Dirman,
Marni dan Ibunya sedang berbincang-bincang. Saat itu keadaan ibunya sedang
dalam keadaan sakit. Di sela-sela pembicaraan mereka Dirman menyatakan kepada
ibunya bahwa bulan depan ia akan naik kelas oleh sebab itu ibunya harus
bertahan dalam keadaan sakitnya saat itu. Lalu ibunya menyatakan bahwa Dirman
pasti akan naik kelas karena ia anak pintar.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim penghargaan
atau pujian..
Maksim
penghargaan atau pujian yang terdapat dalam dialog diatas dapat di tandai
dengan adanya suatu prinsip bahwa ibu Dirman mengatakan bahwa Dirman pasti akan
naik kelas. Pujian itu bertambah lagi ketika ibunya mengatakan bahwa Dirman
memang adalah anak yang pintar. Perkataan ibunya itu adalah sebuah pujian
terhadap Dirman yang termasuk kedalam maksim penghargaan atau pujian.
2.
Halaman, paragraf :
Halaman 94, paragraf
ketiga
Titin
mengangguk-angguk. Baru kali ini ada manusia yang mau bicara dengan dirinya
begitu jujur.jauh dari gelagak nafsu hewani. Tak ada dengus berahi. Padahal,
yang dibicarakan adalah nasib dirinya.
·
Konteks
:
Dirman
sedang berbincang-bincang dengan seorang perempuan yang telah mengikutinya dan
memasuki kamarnya tanpa meminta izin darinya. Dirman menyadari bahwa perempuan
itu adalah perempuan yang bekerja sebagai wanita malam yang ingin menggoda
Dirman. namun, Dirman tidak menghiraukannya justru Dirman menasihati dan
memberikan perempuan itu wejangan dan beberapa lembar uang dengan cuma-cuma.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim
penghargaan atau pujian..
Maksim
penghargaan atau pujian yang terdapat dalam dialog diatas dapat di tandai
dengan adanya suatu prinsip bahwa Titin memuji Dirman dengan mengatakan bahwa Dirman adalah satu-satunya
orang yang berkata jujur kepadanya dan jauh dari gelagatnafsu hewani seperti
para lelaki sebelumnya yang pernah bersama dengannya. Pujian terhadap Dirman
itu termasuk kedalam maksim penghargaan atau pujian.
3.
Halaman, paragraf :
Halaman 96, paragraf
kelima
“tidak
apa-apa, Mas. Saya berterimakasih sekali karena saya merasa masih dianggap
manusia. Setidak-tidaknya oleh Mas.” Perempuan itu
merapikan rambutnya, juga gaunnya yang berwarna merah darah dengan kombinasi
rompi warna hitam bintik-bintik putih.
·
Konteks
:
Setelah
Dirman berbincang-bincang dengan seorang
perempuan yang telah mengikutinya dan memasuki kamarnya tanpa meminta izin
darinya. Dirman seketika itu mengakhiri pembicaraan dan bergegas pergi setelah
memberikan beberapa uang kepada wanita itu.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim
penghargaan atau pujian..
Maksim
penghargaan atau pujian yang terdapat dalam dialog diatas dapat di tandai
dengan adanya suatu prinsip yang diketahui melalui perkataan Titin yang
mengatakan bahwa Dirman adalah satu-satunya orang yang menganggap Titin yang
berprofesi sebagai wanita panggilan itu, sangat menghargai Titin sebagai
manusia yang juga sangat ingin hidupdihargai dan layak.
4.
Halaman, paragraf :
Halaman 121, paragraf
keenam
“emmmm.
Bagus itu. Semakin banyak orang ke kota membeli tanah ke sini, maka dusun ini
semakin cepat maju. Kalau Cuma mengandalkan penduduk asli, seabad lagipun dusun
ini tetap begini. Ketinggalan zaman. Ya tho?!”
·
Konteks
:
Manaf
sedang melihat-lihat pekarangan setelah keluar dan berpamitan kepada Bu Lurah
pemilik tanah tersebut. Tanah yang akan di jual kepada Dirman. namun, tiba-tiba
Kastam menghampirinya dan berbicara kepadanya. Seseorang yang memiliki
pekerjaan yang sama dengan Manaf yaitu menjadi perantara penjual tanah di
kampung mereka.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim
penghargaan atau pujian..
Maksim
penghargaan atau pujian yang terdapat dalam dialog diatas dapat di tandai
dengan adanya penghargaan atau pujian yang di ucapkan oleh Kastam kepada Manaf.
Yaitu ada kata “bagus itu”. Kalimat
Kastam itu bermakna suatu pujian atas pembelian tanah oleh Dirman yang melalui
Manaf.
4.
Maksim
kesederhanaan atau kerendahan hati (modesty maxim)
Maksim
ini diungkapkan dalam ujaran ekspresif dan asertif. Maksim ini berdasarkan pada
aturan : (a) pujilah diri sendiri sedikit mungkin dan (b) kecamlah diri sendiri
sebanyak mungkin.
1.
Halaman,
paragraf :
Halaman 19, paragraf
ketiga
“jip baru ya, mas?” tanya
laki-laki itu begitu Dirman membuka pintu jipnya. “berapa juta sekarang?”.
“Cuma mobil bekas” ucap
Dirman
·
Konteks
:
Dirman
dan Pak Manaf hendak berpisah. Dirman
hendak pulang. Saat itu Pak Manaf mengikuti dan mengantarnya sampai di halaman.
Melihat mobil yang digunakan Dirman, Pak Manaf tiba-tiba bertanya mengenai
mobil Dirman itu.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas sebagai
prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim kesederhanaan atau
kerendahatian.
Kalimat
kesederhanaan atau kerendahatian diatas terlihat jelas pada kata-kata Dirman.
dirman menjawab bahwa mobilnya “Cuma
mobil bekas”. Padahal, sebelumnya Manaf memuji dia dengan mengatakan bahwa
mobil Dirman sangat bagus. Kerendahatian Dirman sangat jelas terlihat melalui
jawaban-jawaban Dirman yang tidak sekalipun menyatakan jawaban yang mengandung
makna meninggikan dirinya ataupun kepunyaannya.
2.
Halaman, paragraf :
Halaman 69, paragraf
kedelapan
“woalah, lha sudah tua
begini kok, apanya yang mau di openi?”
“lho, biar tua asal
masih seger, ya bisa bikin orang ngiler. Hahaha...”
·
Konteks
:
Seorang
ibu yang bertemu dengan Marni dan Dirman di perjalanan tiba-tiba memberikan
bantuan kepada Marni dan Dirman untuk mengantarkan mereka ketempat tujuan Marni
dan Dirman. Ketika dalam perjalanan di
dalam sebuah bus kernet bus meledek ibu itu, supaya ibu itu berhati-hati dengan
pencuri.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim
kesederhanaan atau kerendahatian.
Kalimat
kesederhanaan atau kerendahatian diatas terlihat jelas pada kata-kata Bu Lurah
yang sangat merendahkan martabatnya dan tubuhnya. Bu Lurah mengatakan bahwa
takkan ada orang lagi yang akan memperdulikan dirinya, terlebih lagi para kaum
laki-laki melihat dirinya yang kini sudah semakin tua. Padahal, saat itu pasti ada laki-laki yang akan tertarik dengan
keberadaan Bu Lurah saat itu yang ditinggalkan oleh suaminya. Namun, Bu Lurah hanya merendah dengan
mengatakan bahwa tidak akan ada yang mengopeninya lagi karena ia sudah tua.
3.
Halaman, paragraf :
Halaman 113, paragraf
kelima
“aku
ini apa? Sudah tua. Sudah kisut. Tidak bisa apa-apa. Sebentar lagi, ya modar.
Biarpun sudah akan modar, mau masuk Leng, kalau laki-laki ya masih ngiler kalau
melihat perempuan muda. Begitu toh?!”
·
Konteks
:
Manaf
dan Dirman mendatangi rumah Pak Lurah yang menjual tanah yang akan dibeli oleh
Dirman melalui perantara Pak Manaf. Namun, setelah mereka sampai, yang
menjumpai mereka adalah Bu Lurah dan akhirnya mereka memulai percakapan dengan
menanyakan Pak Lurah tetapi Bu
Lurah hanya menjawab dengan merendahkan
dirinya dan mengatakan bahwa Pak Lurah dengan istrinya yang lain karena Bu
Lurah itu merasa sudah tidak lagi cantik dan muda seperti dulu.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim
kesederhanaan atau kerendahatian.
Kalimat
kesederhanaan atau kerendahatian diatas terlihat jelas pada kata-kata Bu Lurah
yang sangat merendahkan martabatnya dan tubuhnya. Bu Lurah mengatakan bahwa
takkan ada orang lagi yang akan memperdulikan dirinya, terlebih lagi para kaum
laki-laki melihat dirinya yang kini sudah semakin tua dan keriput. Padahal, saat itu pasti ada laki-laki
yang akan tertarik dengan keberadaan Bu Lurah saat itu yang ditinggalkan oleh
suaminya. Namun, Bu Lurah hanya
merendah dengan mengatakan bahwa tidak akan ada yang mengopeninya lagi karena
ia sudah tua dan keriput
5.
Maksim
kecocokan atau kesepakatan (agreement maxim)
Maksim ini diungkapkan dalam ujaran ekspresif dan
asertif. Maksim ini berdasarkan pada aturan: (a) usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan yang lain atau antara
pembicara dan lawan bicara terjadi sesedikit mungkin, dan (b) usahakan agar
kesepakatan antar diri dan yang lain terjadi sebanyak mungkin.
1.
Halaman,
paragraf :
Halaman 55, paragraf
kelima
“kota mana? Yogya?”
“ya.”
·
Konteks
:
Marni
pada pagi hari saat kokok ayam sudah terdengar bersahutan tiba-tiba Marni
mengajak Dirman untuk segera berangkat ke kota. Tetapi, pada saat itu Dirman
heran mendengar hal tersebut oleh sebab itu ia bertanya kepada kakaknya dan
Marni langsung menjawab dengan singkat dan jelas arah tujuannya mengajak Dirman
saat itu .
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim kecocokan
atau kesepakatan.
Kalimat
maksim kecocokan atau kesepakatan diatas dapat di tandai dengan adanya suatu
prinsip bahwa setiap jawaban yang di tanya oleh penutur selalu di jawab dengan
singkat dan padat tanpa melebar luas tetapi jawaban yang diinginkan dapat
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penanya dalam dialog diatas.
Jika
dianalisis lebih jauh, pada dialog di atas, Marni selalu menjawab dengan
singkat namun tetap menjadi jawaban yang tepat terhadap Dirman. dalam dialog
itu terdapat kesepakatan dan kecocokan antara yang ditanyakan dan jawaban yang
diberikan.
2.
Halaman, paragraf :
Halaman 72, paragraf
keempat
Ibu tadi baik hati yah,
Yu?”
Marni
mengangguk.
·
Konteks
:
Seorang
ibu yang ditemui oleh Marni dan Dirman di perjalanan, mengajak Marni dan Dirman
untuk singgah sebentar kerumahnya. Ibu itu menyarankan kepada mereka supaya
tidak segan-segan dan menganggap rumah mereka sendiri. Melihat itu Dirman
merasa kagum dengan kebaikan hati ibu
itu. Setelah Dirman bertanya dengan tujuan mendapatkan persetujuan kepada
kakaknya bahwa ibu itu baik.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim kecocokan
atau kesepakatan.
Kalimat
maksim kecocokan atau kesepakatan diatas dapat di tandai dengan adanya suatu
prinsip bahwa setiap jawaban yang di tanya oleh penutur selalu di jawab dengan
singkat dan padat tanpa melebar luas tetapi jawaban yang diinginkan dapat
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penanya dalam dialog diatas.
Jika
dianalisis lebih jauh, pada dialog di atas, Dirmani selalu menjawab dengan
singkat namun tetap menjadi jawaban yang tepat terhadap Marni. dalam dialog itu
terdapat kesepakatan dan kecocokan antara yang ditanyakan dan jawaban yang
diberikan.
3.
Halaman, paragraf :
Halaman 138, paragraf
keenam
“oh,
film anak-anak?”
“ya,
ya.” Dirman mengusap air matanya dengan
punggung tangan.
“ceritanya
menyedihkan rupanya?”
“ya”
·
Konteks
:
Dirman
yang saat itu melihat tanah yang akan ia beli, tanah yang dahulunya adalah
tanah milik kedua orang tuanya yang menjadi tempat mereka lahir dan tumbuh
menjadi anak-anak. Hal itu membuat Dirman begitu senang akan kejadian itu, yang
sebentar lagi tanah itu akan menjadi miliknya dan yu Marni. Dirman teringat
akan kenangan masa lalunya dan seketika ia menyebut nama Ayah dan Ibunya.
Tetapi, saat itu juga Manaf melihat
Dirman yang berkata-kata seorang diri dan seketika itu juga Dirman berkilah
dengan mengatakan bahwa ia sedang terbayang-bayang cerita tadi malam dalam fil
yang ia tonton tadi malam.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim kecocokan
atau kesepakatan.
Kalimat
maksim kecocokan atau kesepakatan diatas dapat di tandai dengan adanya suatu
prinsip bahwa setiap jawaban yang di tanya oleh penutur selalu di jawab dengan
singkat dan padat tanpa melebar luas tetapi jawaban yang diinginkan dapat
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penanya dalam dialog diatas.
Jika
dianalisis lebih jauh, pada dialog di atas, Dirman selalu menjawab dengan
singkat namun tetap menjadi jawaban yang tepat terhadap pertanyaan pak Manaf.
Dalam dialog itu terdapat kesepakatan dan kecocokan antara yang ditanyakan dan
jawaban yang diberikan oleh Dirman terhadap Pak Manaf.
4.
Halaman, paragraf :
Halaman 143, paragraf
ketiga
“o...,
Mas dari mana?”
“Dari
Semarang, Mbah.”
·
Konteks
:
Selepas
Manaf meninggalkan Dirman di pekarangan tanah yang akan menjadi miliknya itu,
Dirman kembali termenung dan merasa sangat bahagia dapat memilki kembali tanah
kelahirannya yang telah direbut secara paksa oleh Lurah Karang Manding desanya,
yang sangat kejam. Ia teringat kenangan masa kecilnya yang pahit. Tiba-tiba ia
dikejutkan oleh sapaan seorang perempuan tua yang jalannya sudah
terbungkuk-bungkuk. Ia menanyakan dari manakah Dirman berasal dan Dirman pun
menjawab pertanyaan perempuan itu dengan tersenyum ia mengatakan bahwa ia
berasal dari Semarang. .
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim kecocokan
atau kesepakatan.
Kalimat
maksim kecocokan atau kesepakatan diatas dapat di tandai dengan adanya suatu
prinsip bahwa setiap jawaban yang di tanya oleh penutur selalu di jawab dengan
singkat dan padat tanpa melebar luas tetapi jawaban yang diinginkan dapat
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penanya dalam dialog diatas.
Jika
dianalisis lebih jauh, pada dialog di atas, Dirman menjawab pertanyaan Mbah itu
dengan singkat namun tetap menjadi jawaban yang tepat terhadap pertanyaan Mbah
itu. dalam dialog itu terdapat kesepakatan dan kecocokan antara yang ditanyakan
dan jawaban yang diberikan Dirman yaitu dari Kota Semarang dari pertanyaan Mbah
tentang asal daerah Dirman.
6.
Maksim
kesimpatian (sympathy maxim)
Maksim
ini diungkapkan dalam ungkapan ekspresif dan asertif. Maksim ini berdasarkan
pada aturan: (a) kurangilah rasa
antipati antar diri sendiri dengan yang lain hingga sekecil mungkin dan (b)
tingkatkan rasa ssimpati sebanyak-banyaknya antara diri sendiri dan yang lain.
1.
Halaman,
paragraf :
Halaman 145, paragraf
ketiga
“kasihan
anak-anaknya. Tidak ada yang tahu kemana keduanya pergi. Tahu-tahu, rumah itu
sudah kosong. Mungkin dibawa lampor. Atau, mungkin diajak arwah Warimin,
entahlah. Sampai sekarang, tidak ada yang tahu. Mungkin saja sudah mati, lha wong keduanya masih kecil waktu itu. Tak
mungkin bisa hidup.”
·
Konteks
:
Saat
Dirman sedang bercakap-cakap dengan perempuan tua yang tiba-tiba menghampirinya
saat melihat tanah yang akan di belinya, perempuan tua itu menceritakan kisah
yang terjadi di tanah itu pada tahun silam, dengan penuh rasa iba ia mengulas
kembali kisah masa lalu Dirman yang sebenarnya adalah anak yang perempuan tua
itu sedang ceritakan, tetapi perempuan tua itu tidak menyadarinya. Dirman hanya
mendengar dan memperhatikan cerita itu.
·
Analisis:
Berdasarkan
kalimat atau Dialog diatas, maka penulis mengklasifikasikan kalimat diatas
sebagai prinsip kesopan santunan yang termasuk kedalam bagian maksim kesimpatian.
Kalimat yang menunjukkan
kesimpatian diatas dapat di tandai dengan adanya suatu prinsip bahwa Mbah itu
menyatakan rasa kasihannya yang di ikuti dengan beberapa kata setelah itu yang
mnerangkan bahwa betapa sedihnya hati sih Mbah mengenang kejadian itu terhadap
apa yang dialami oleh Dirman dan keluarganya dahulu.
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Setiap
percakapan yang terjadi di dalam novel mengkhususkan kajian pada prinsip sopan santun yang terdapat
dalam novel kembang turi. Maka peneliti menemukan bahwa setiap maksim dalam
prinsip sopan santun yang terdapat dalam novel kembang turi di deskripsikan
adalah sebagai berikut:
1. Maksim
Kebijaksanaan (tact maxim); memiliki contoh sebanyak satu dialog atau kalimat.
2. Maksim
kedermawaan (generosity maxim) ; memiliki contoh sebanyak satu dialog atau
kalimat.
3. Maksim
penghargaan atau pujian (approbation maxim) ; memiliki contoh sebanyak empat dialog atau kalimat.
4. Maksim
kesederhanaan atau kerendahan hati (modesty maxim) ; memiliki contoh sebanyak
tiga dialog atau kalimat.
5. Maksim
kecocokan atau kesepakatan (agreement maxim) ; memiliki contoh sebanyak empat
dialog atau kalimat.
6. Maksim
kesimpatian (sympathy maxim) ; memiliki
contoh sebanyak satu dialog atau
kalimat.
DAFTAR PUSTAKA
Charlina dan Mangatur
Sinaga. 2007. Pragmatik. Pekanbaru: Cendikia insani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar