Rabu, 24 Desember 2014

Analisis puisi Kesabaran ciptaan Chairil Anwar


ANALISIS PUISI

Kesabaran
Karya Chairil Anwar

Aku tak bisa tidur
Orang ngomong, anjing nggonggong
Dunia jauh mengabur
Kelam mendinding batu
Dihantam suara bertalu-talu
Disebelahnya api dan batu

Aku hendak bicara
Suaraku hilang, tenaga terbang
Sudah ! tidak jadi apa-apa!
Ini enggan disapa, ambil perduli

Keras membeku air kali
Dan hidup bukan hidup lagi

Kuulangi yang dulu kembali
Sambil bertutup telinga, berpicing mata
Menunggu reda yang mesti tiba




Analisis puisi
v  Kata ( Diksi )
Kata yang digunakan dalam puisi disamping tidaklah terlalu sulit untuk di pahami tetapi estetisnya tetap terlihat dengan penyusunan dan penggunaan kata yang ekspresif kreatif (lisensia puitika) contoh : kata “nggonggong”

v  Larik
Larik dalam puisi tersebut menandakan puisi disamping merupakan puisi baru. Penggolongan ini ditandai dengan jumlah kata dalam lariknya yang tidak menentu, kadang 3,4,5 bahkan sampai 6 kata.

v  Bait
Jumlah bait puisi “kesabaran” ini terdiri dari 6,4,2,3. Sehingga, dapat ditandai bahwa puisi ini tergolong menjadi puisi puisi baru dikarenakan jumlah lariknya yang tidak dibatasi namun tetap memiliki kesatuan makna.

v  Bunyi
Rima yang membentuk puisi disamping menciptakan keindahan sehingga puisi ini mejadi enak didengar, meskipun tanpa dilagukan. Perulangan bunyi akhir seperti : tidur, mengabur, batu, talu, abu, hilang, terbang, hidup, kali, lagi, kuulangi, kembali, reda, tiba.

v  Makna
Makna bait pertama
           Penulis tidak dapat tenang atau tidak dapat merasakan ketenangan dalam hidupnya saat itu. Begitu banyak orang-orang yang selalu menjelekkan orang lain. Dunia dan kehidupan sudah tidak dapat dibedakan lagi kebaikan dan keburukan yang ada didalamnya hanyalah kekerasan hati yang meskipun ditegur namun tetap tidak didengar.

Makna bait kedua
           Penulis hendak menyampaikan isi hati, pikiran dan sarannya tetapi semuanya sia-sia dikarenakan semuanya tidak dihiraukan dan tidak didengarkan bahkan tidak di anggap.

Makna bait ketiga
           Kedamaian dan ketenangan sudah tidak ada lagi bahkan kehidupan seperti tidak selayaknya kehidupan.

Makna bait keempat
Kembali si penulis menyuarakan isi hatinya. Pada akhirnya karena penulis merasa tidak dihiraukan juga maka ia pun tidak memperdulikan lagi dan hanya berharap akan ada kedamaian dan akhir dari semuanya itu. 

Syair Pangeran


Syair
 Syair pangeran
Melintas paras laksana raja
Sang pangeran datang dengan gagahnya
Tergoyah rasa  untuk menerima
Sepucuk rindu yang membara

Pangeran duduk bak termangu
Menanti kata sang putri ungu
Terbuai mendengar sebuah lagu
Kisah pangeran dan putri ungu

Lama tersimpan dahulu kala
Kini tinggallah sebuah nama
Pangeran melangkah berkelana
Mencari kembali sang putri purnama
Kepada dosen maupun teman

Pantun


Pantun

1.      Para petani pergi keladang
Membawa petai dan cabai merah
Betapa hati tidakkan senang
Melihat pantai menjulang indah

2.      Melihat anak sedang memetik kembang
Anak menyimpan di dalam tas
Jangan membuang sampah dengan sembarang
Di jalan umum tempat melintas

3.      Duduk terdiam di suatu taman
Terpaku melihat indah pelangi
Jangan siakan bersama teman
Karena takkan pernah terulang lagi

4.      Adik berjalan bersama paman
Sambil tertawa dengan riang
Takjub mata melihat keagungan
Istana raja di Pagaruyuang

5.      Jalan-jalan ke pantai padang
Bermain air bersama teman
Janganlah kita bertindak lancang
Kepada dosen maupun teman

Puisi Sang Kaisar


PUISI

Torehan sang kaisar
Kaisar,
Engkaukah sosok yang ku lihat ini?
Kaisar,
Hentakan dan teriak kejayaan menggelegar
Kilauan kejayaan memancar
Berteriak sukma
Membumbung asa
Terbayang tingkatan masa

Tertoreh
Kau toreh
Menoreh
Ditoreh

Rakyat dan putri emas mu menari
Berseri
Di taman istana mu
Wahai engkau sang
Kaisar






HOMONIM KATA AE DALAM KALIMAT BAHASA NIAS


KATA AE DALAM KALIMAT BAHASA NIAS

Ae : pergilah
1.        Ae faigi ira banomo ra : pergilah lihat mereka dirumahnya
2.        Mi ae ba gowi yada’a : sekarang pergilah kalian ke ladang
3.        Tabu, ae ondrasi ira : mari, pergilah temui mereka
4.        Ae fondrorongo hadia niwaõ nia : pergilah dengarkan apa katanya
5.        Ae awõnia ba laza : pergilah temani dia ke ladang
6.        Waõ khõnia ae bada’a : katakan kepadanya pergilah kemari
7.        Bõi mitaha lakhõmi bada’a, mi ae : jangan berhenti disini, pergilah
8.        Ae awõnia hejoso mõi ia : pergilah temani kemanapun ia pergi
9.        Bõi mi ae misandrõ : jangan pergi kesana
10.    Bõrõ me iwa’õ mi ae, andrõ mõiga : kami berangkat karena ia mengatakan pergilah
11.    Ae mifao khõnia : pergilah dengan dia
12.    Ae dõnisi ia bada’a : pergilah ajak dia kemari
13.    La, ae midõni ia bada’a : baik, pergilah tarik ia kemari
14.    Ae mi lului halõwõ ninada : pergilah membantu pekerjaan ibu
15.    Mofanõ namada yaha, ae miorifi moto : ayah akan pergi berangkat, pergilah hidupkan mobil.
16.    Lõ mõiga, ae salahini ndra’aga : kami tidak datang, pergilah wakilkan kami
17.    Ae, bõi angawuli nalõ mangawuli ia : pergilah, kamu jangan kembali sebelum ia kembali
18.    Ae, halõ khõda danõmõ lada khõra : pergilah ambil bibit cabai dari mereka
19.    Waõ khõnia, iwaõ ninada ae banomo dania tanõ owi : katakan kepadanya, ibu mengatakan pergilah kerumah nanti sore.
20.    Ae lõlõwui gõda : pergilah tutupi makanan kita.

Ae : Ah
1.        Ae isuru-suru manõ ita : ah, selalu dia menyuruh kita
2.        Lõ sa’ae ulau rõrõgu : ah, aku tidak akan memperdulikannya lagi
3.        Mangawuli do sa’ae ba mbanua : ah, aku akan pulang ke kampung halaman
4.        Ae ifuli zui mofõnu ia : ah, ia kembali marah
5.        Ae lõmanõ i’ila geluaha wehededa : ah, ia tidak pernah tahu maksud pembicaraan kita
6.        Ae mifakao ndraono silõ mangila balõ : ah, kalian mempermainankan anak yang tidak tahu apa-apa
7.        Iwaõ khõda, ae lõbaga gamuata mi : ia mengatakan, ah, perbuatan kalian tidak baik
8.        Talafu sa’ae ami da’a : ah, kalian ini sungguh terlalu
9.        Hana lõ sõkhi-sõkhi ae dõdõgu : ah, mengapa hatiku tidak tenang
10.    Ae, nosa’ae mendrua kali nia uwaõ khõnia : ah, sudah kedua kali aku mengatakan kepadanya
11.    Tola wõ ae na irongo : ah, jika dia mau mendengar
12.    Ae, tebai sa’ae tawaõ khõnia : ah, tidak dapat lagi kita mengatakannya
13.    Ae, tafaigi mahemolu : ah kita lihat saja besok
14.    Ae, afõli do sa’ae : ah, aku sudah bosan
15.    Ae, no i’beci ndraodo : ah, dia sudah membenci ku
16.    Ae, ara yae ia : ah, dia lama sekali
17.    Ae, bõi tabase’õ ia : ah, tidak perlu kita menunggunya
18.    Ae, tibo’õ manõ : ah, buang saja
19.    Ae, hana yai’a-yai’a manõ : ah, mengapa selalu dia
20.    Ae, tebai u taha: ah, aku tidak dapat menahannya

Ae : Sudah
1.        No wõsa’ae alua da’õ : itu sudah terjadi
2.        Mehauga bongi no ae uwaõ khõmi : aku sudah mengatakan kepada kalian kemarin
3.        No wõ ae la awaisi : mereka sudah menyelesaikannya
4.        No ae terongo khora : mereka sudah mendengarnya
5.        No ae u’ila ira : aku sudah melihat mereka
6.        No sa ‘ae uwaõ khõu : aku sudah mengatakan kepada kamu
7.        Menewi no sa’ae fabali ira : mereka sudah berpisah kemarin
8.        Lawa’õ khõma no ae larongo : mereka mengatakan kepada kepada kami bahwa mereka sudah mendengarnya
9.        No sa’ae lafalua : mereka sudah mengerjakannya
10.    No sa’ae labõzi : mereka sudah memukulnya
11.    No ae urongo duria daõ : aku sudah mendengar kabar itu
12.    Hadia no sa’ae lahuku ira? : apakah mereka sudah di hukum?
13.    Hadia no sa’ae lõ mõrõ ira bada’a? : apakah mereka sudah tidak tidur disini?
14.    No ae u’õli tasi da’õ : aku sudah membeli tas itu
15.    Lõ hera do, no ae u ila lagura : aku tidak akan heran karena aku sudah mengetahui sifatnya
16.    No sa’ae ma bõzi ia : kami sudah memukulnya
17.    Talafu ami na no mihorigõ gõda : jika kalian sudah menghabiskan makanan, kalian sungguh terlalu
18.    No ae tafuli khõnia menewi : kita sudah mengembalikannya kemarin
19.    No ae manõre ira menewi : mereka sudah bermain-main kemarin
20.    Nasimanõ no ae irai talau fefu da’a : kalau begitu ini semua sudah pernah kita lakukan


Biografi Alexander agung



Alexander Agung (bahasa Yunani: Μέγας λέξανδρος ("Megas Alexandros"), bahasa InggrisAlexander the Great) adalah seorang penakluk asal Makedonia. Ia diakui sebagai salah seorang pemimpin militer paling jenius sepanjang zaman. Ia juga menjadi inspirasi bagi penakluk-penakluk seperti HannibalPompey danCaesar dari Romawi, dan Napoleon. Dalam masa pemerintahannya yang singkat, Alexander mampu menjadikan Makedonia sebagai salah satu kekaisaran terbesar di dunia.
Riwayat Alexander dilahirkan pada tanggal 20 Juni 356 SM di Pella, ibu kota Makedonia, sebagai anak dari Raja Makedonia, Fillipus II, dan istrinya Olympias, seorang Putri dari Epirus. Ketika kecil, ia menyaksikan bagaimana ayahnya memperkuat pasukan Makedonia dan memenangkan berbagai pertempuran di wilayahBalkan. Ketika berumur 13 tahun, Raja Filipus mempekerjakan filsuf Yunani terkenal, Aristoteles, untuk menjadi guru pribadi bagi Alexander. Dalam tiga tahun, Aristoteles mengajarkan berbagai hal serta mendorong Alexander untuk mencintai ilmu pengetahuan, kedokteran, dan filosofi. Pada tahun 340 SM, Filipus mengumpulkan sepasukan besar tentara Makedonia dan menyerang Byzantium. Selama penyerangan itu, ia memberikan kekuasaan sementara kepada Alexander yang ketika itu berumur 16 tahun, untuk memimpin Macedonia.
Raja Phillip II meninggal tahun 336 SM oleh pembunuh gelap pada saat pernikahan putrinya. Alexander pun naik tahta menggantikan ayahnya pada usia 20 tahun. Sesaat setelah kematian Phillip, kota-kota di Yunani yang sebelumnya telah tunduk pada Makedonia seperti Athena dan Thebes memberontak. Alexander segera bertindak dan berhasil menggagalkan pemberontakan tersebut. Namun, tahun beikutnya terjadi pemberontakan kembali, dia memutuskan untuk bertindak tegas dengan mengahancurkan Thebes dan menjual seluruh penduduknya sebagai budak. Kejadian ini berhasil memadamkan keinginan kota-kota lain untuk memberontak.
Tahun 335 SM, Alexander menyerang Persia dengan membawa sekitar 42.000 pasukan. Selama dua tahun berikutnya Alexander memenangkan berbagai pertempuran melawan pasukan Persia hingga akhirnya dia berhasil mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Raja Persia Darius III pada 333 SM. Darius yang kabur berusaha untuk damai dengan menawarkan Alexander wilayah dan harta namun ditolak. Alexander mengatakan bahwa dia sekarang adalah Raja Asia dan hanya dia yang berhak menentukan pembagian wilayah. Alexander kemudian meneruskan ekspansi militernya hingga berhasil menaklukkan wilayah Mesir hingga ke perbatasan India sebelum terpaksa berhenti karena prajuritnya yang kelelahan karena pertempuran terus-menerus selama sepuluh tahun.
Alexander kemudian kembali ke kerajaanya untuk merencanakan ekspansi baru. Selama perjalanan ia mengeksekusi banyak satrap (semacam gubernur) dan pejabat yang bertindak melenceng sebagai contoh. Kemudian sebagai wujud terima kasih pada para prajuritnya, Alexander memberi sejumlah uang pada mereka dan menyatakan bahwa ia akan mengirim para veteran dan cacat kembali ke Makedonia. Namun tindakan ini justru diartikan sebaliknya oleh prajurit Alexander. Selain itu, mereka juga menentang sejumlah keputusan Alexander, seperti mengadopsi budaya Persia dan dimasukkanya pasukan dari Persia ke dalam barisan prajurit dari Makedonia. Sejumlah Prajurit kemudian memberontak di kota Opis. Alexander mengeksekusi para pemimpin pemberontakan tersebut, namun mengampuni para prajuritnya. Dalam upaya menciptakan perdamaian yang bertahan antara orang-orang Makedonia dan rakyat Persia, Alexander mengadakan pernikahan massal antara para perwiranya dengan wanita bangsawan dari Persia. Akan tetapi, hanya sedikit pernikahan yang bertahan lebih dari setahun.
Sewaktu di Babilonia, Alexander tiba-tiba terkena sakit parah dan mengalami demam selama 11 hari sebelumnya akhirnya meninggal pada tanggal 10 Juni 323 SM, dalam usia sekitar 33 tahun. Penyebab kematian yang sesungguhnya tidak jelas.
Setelah kematian Alexander, tidak adanya ahli waris menyebabkan terjadi perpecahan dan pertempuran antara para bawahannya. Akhirnya, setelah perselisihan bertahun-bertahun, sekitar tahun 300 SM, kekuasaan atas bekas kerajaan Alexander terbagi menjadi 4 wilayah yang masing dikuasai salah satu jendral Alexander.
Dunia pada saat kematian Alexander, menunjukkan kemaharajaannya dalam konteks geopolitik yang lebih besar walaupun hanya memerintah selama 13 tahun, semasa kepemimpinannya ia mampu membangun sebuah imperium yang lebih besar dari setiap imperium yang pernah ada sebelumnya. Pada saat ia meninggal, luas wilayah yang diperintah Alexander berukuran 50 kali lebih besar daripada yang diwariskan kepadanya serta mencakup tiga benua (EropaAfrika, dan Asia).
Penyatuan wilayah dari makedonia hingga persia oleh Alexander Agung menyebabkan terbetuknya perpaduaan kebudayaan Yunani, Mediterrrania, Mesir, dan Persia yang disebut dengan kebudayaanHellenisme. Pengaruh Hellenisme ini bahkan sampai ke India dan Cina. Khusus di Cina, pengaruh kebudayaan ini dapat ditelusuri di antaranya dengan artefak yang ditemukan di Tunhuang.
Alexander selama ekspansinya juga mendirikan beberapa kota yang semuanya dinamai berdasakan namanya, seperti Alexandria atau Alexandropolis. Salah satu dari kota bernama Alexandria yang berada di Mesir, kelak menjadi terkenal karena perpustakaannya yang lengkap dan bertahan hingga seribu tahun lamanya serta berkembang menjadi pusat pembelajaran terhebat di dunia pada masa itu.
Gelar The Great atau Agung di belakang namanya diberikan karena kehebatannya sebagai seorang raja dan pemimpin perang lain serta keberhasilanya menaklukkan wilayah yang sangat luas hanya dalam waktu 10 tahun.
Alexander Agung dan Dzulqarnain Alexander Agung adalah salah satu tokoh yang dianggap sebagai Dzul Qarnain (Iskandar Zulkarnain) yang dapat ditemukan pula pada kitab suci Al Qur'an, Surah Al Kahfi 83-101. Dikisahkan ialah yang mengurung bangsa Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) - yang menurut hadist shahih, bangsa tersebut akan keluar di akhir zaman. Riwayat ini bemula dari saat ia akan menaklukkan suatu daerah, penduduk tersebut tanpa disangka bersedia mengikutinya. Asal bangsa Yajuj dan Majuj dikurungnya. Maka Iskandar Dzulqarnain mengurung kedua bangsa tersebut. Dan para penduduk pun bersedia ditaklukkan dengan suka cita.
Anggapan tersebut datang dari kisah Alexander Romance yang sudah ada sebelum Islam. Beberapa allamah Muslim menolak anggapan Alexander Agung adalah Dzul Qarnain, sebab Alexander Agung bukanlah monoteis, sedangkan Dzul-Qarnain adalah penyembah Allah dan hanya seorang penguasa.
Setelah Iskandar Zulkarnain dapat menaklukkan negeri-negeri lainnya ditimur, barat, diutara dan diselatan, maka kerajaannya kini meliputi: Moroko, Rom, Yunani, Mesir, Persia dan India, sehingga merupakan sebuah kerajaan yang amat luas, yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana penduduknya kini hidup dengan aman, tenteram dan makmur. Cita-cita Iskandar Zulkarnain telah dapat dicapainya, berkat pertolongan Allah, kerana dia selalu berlindung diri kepadaNya. Tetapi sayang setelah Iskandar Zulkarnain meninggal dunia, kerajaan yang besar dan bahagia itu menjadi berpecah-belah, kerana perebutan kekuasaan para pengikutnya yang ditinggalkannya. Iskandar Zulkarnain yang bererti raja Timur dan Barat, telah dapat mempersatukan kerajaan Timur dengan kerajaan Barat, menjadi suatu kerajaan yang adil dan makmur, berkat ilmu dan pengetahuannya, serta berkat dasar ketuhanan yang selalu dipegangnya teguh dalam mendirikan kerajaan besar itu.
Cita-cita Iskandar Zulkarnain yang suci murni dan maha besar itu, untuk sementara telah dilanggar oleh manusia yang berkuasa sesudahnya. Tetapi pada saatnya nanti cita-cita ini akan menjelma lagi serta menjadi kenyataan, sehingga akan berdiri nanti sebuah negara yang terdiri atas Timur dan Barat, yang adil dan makmur. Kita sedang menunggu berdirinya negera itu, menunggu-nunggu kedatangan Iskandar Zulkarnain abad keduapuluh.
“beliau adalah raja yang agung,yang merendahkan keagungannya dibawah naungan keagungan yang Esa..beliau adalah raja yang agung,yang keagungannya anugrah dari yang maha agung..beliau adalah raja yang bijaksana,yang kebijaksanaannya adalah amanah dari yang kuasa”