Selasa, 28 Agustus 2018

Catatan ketidakmungkinan_

Aku bermimpi kelak ada hal yang bisa menjadi mungkin, ketika rasa seperti tidak sanggup dan ketidakmungkinan ini terjadi. Sama halnya, sekian lama engkau bertahan dan menjaga, lalu semua berubah seketika seperti mimpi. Drastis, 180 derajat kondisi menjadi seakan tak pernah engkau kenal sebelumnya.

Terlalu banyak pula catatan-catatan kecilku menjadi saksi bagaimana setiap proses itu terlalu cepat menjadi angan semu yang bertebaran dimana-mana. Melayang. Sirna. Yah. itulah mimpi dari ketidakmungkinan. Juahnya perjalanan dalam malam gelap tanpa teman, bahkan tetes air mata yang membasahi pipi membuat ketidakpercayaan pada malangnya nasib ini terjadi. Apalah daya saat ini? Hanya lirih "Tuhan, tolonglah hambamu".

Rasanya, terlalu cepat waktu ini kian berputar. Permainannya seakan berlangsung dalam kilatan detik tak terduga, saat tetiba rasa menjadi asa. Saat tetiba pilu menjadi duka. Semakin lama semakin membayang. Tak jelas dan buram bahkan samar menghilang dalam kesendirian sepi.

Tahukah bagaimana beratnya dan lelahnya menatap senja tanpa sapa? tahukah engkau bagaimana menghela nafas yang bersisa dalam sesaknya batinmu? Mungkin tak pernah kau tahu. Tapi, percayalah itu lebih berat dari pada mendekap duri dan menggenggam bara api yang tak terkira. Kamu tahu itu akan melukai ragamu, namun kamu pertahankan agar tak lepas. Semakin lama semakin sakit. Detik pun menyerah pada ujungnya. Tapi tidak pada tekad hatiku. Lalu, seketika pertahananku luluh ketika bara api itu sendiri yang habis dalam genggaman tak bertahanku karena aku kira aku kuat, nyatanya aku tak lebih pada seorang pecundang yang menyerah jauh sebelum berperang. Ya, aku tak berani mengambil resiko. Aku kalah.

Selasa, 27 Agustus'18
#Catatan ketidakmungkinan seorang pecundang
#Catatan seorang penyerah sebelum berjuang
#Catatan diriku. Ya. Aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar